22. Ella Yang Cantik

182K 4.2K 207
                                    

"Vero, ayo bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Vero, ayo bangun."

Ella menggoyang bahu Vero yang masih tidur lelap di atas tempat tidur.

"Bun ... da?" Vero mengusap matanya yang masih tertutup rapat. Bibir merahnya yang mungil mencebik ke bawah begitu matanya terbuka dan bertemu dengan kondisi gelap di luar jendela, "Bunda ... masih gelap ..."

"Tidak apa-apa, Sayang." Ella membelai pipi Vero, lalu menggendong tubuh ringannya untuk di bawa ke dalam bathtub yang berisi air hangat.

"Bunda .... pelan-pelan ...." Rintih Vero karena Ella memandikannya dengan begitu tergesa-gesa.

Ella melakukan semua ini agar Ella tidak bertemu dengan Roy. Ella takut bertemu dengan pria itu lagi. Ella mengetahui kebiasaan tuannya yang selalu bangun di atas pukul 07.00.

Tuannya? Tidak! Ella menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ella bukan lagi pembantu. Ingat itu! Ingat!

Ella kemudian menarik wajah sedih Vero, lalu mencium bibir merahnya yang mungil, "Maaf, Sayang."

Vero mengangguk kecil, lalu ikut melingkarkan kedua tangannya yang pendek ke leher Ella.

“Bunda lagi sedih, ya?”

Ella tertegun mendengar pertanyaan Vero. Apa wajahnya sebegitu menyedihkan sampai putra kecilnya yang polos mengatakan hal itu?

"Kenapa kamu tanya begitu, Sayang?" Ella mencoba menghindari pertanyaan Vero dengan suara yang ia buat setenang mungkin.

“Tadi malam Vello dengal (dengar) Bunda nangis,” Vero berkata polos.

"Selama ada Vero, Bunda tidak akan sedih, Sayang." Ella membelai wajah pangeran kecilnya dengan kasih sayang seorang ibu.

"Vello sayang Bunda." Vero mencium pipi Ella dengan mata berbinar, menggemaskan.

"Bunda juga sayang sama Vero." Balas Ella tulus, "Sekarang Vero siap-siap berangkat ke sekolah ya."

Senyum Vero tiba-tiba pudar begitu Ella menggendong dan membawanya kembali ke dalam kamar. Kesedihannya kian merambat ketika Ella membantu Vero memakai seragam sekolahnya.

"Kenapa Vero sedih?" Tangan Ella terhenti di kancing seragam bagian atas milik Vero.

"Vello sakit Bunda ..."

"Vero sakit?!" Ella otomatis menyentuh kening Vero. Namun Ella tidak menemukan keanehan di suhu badan sang putra.

Vero menundukkan kepala, "Vello nggak mau sekolah. Vello mau di lumah (rumah) sama Bunda."

"Kenapa Vero tidak mau sekolah?" Ella menangkup wajah kecil Vero. Hatinya hancur melihat dua buah mata bening yang tengah ditatap langsung olehnya tiba-tiba menitikkan air mata.

"Nggak ada yang mau temenan sama Vello. Meleka (mereka) jijik sama Vello, Bunda."

Ella tidak sanggup melihat kesedihan di mata lugu Vero. Dipeluknya tubuh rapuh Vero dengan erat seolah takut terlepas.

Cinta Sang Majikan (21+) / END | RepostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang