Putih.Hanya kabut putih yang dapat dilihat oleh seorang wanita bersurai coklat keemasan. Kulit tangan pada tubuhnya yang pucat mencoba mengibaskan kabut yang menghalangi pandangan. Matanya menoleh ke seluruh penjuru, namun wanita berparas ayu itu tidak menemukan sesuatu kecuali suara tangis seorang anak.
"Hiks ... Bunda ..."
Dalam kabut putih Ella mencoba menajamkan indera pendengarannya. Suara tangis derita seorang anak begitu menyakitkan hatinya yang telah dipenuhi luka. Suara yang menyerupai tangisan dari sang putra kecilnya ... satu-satunya buah hati yang Ella miliki dan sayangi tengah menangis dengan suara tersedu.
Vero?!
Dengan jantung berdebar, Ella mempercepat langkah kaki menuju ke sumber suara. Langkah panjang berubah cepat, nyaris berlari begitu suara tangis anak lelaki itu semakin kencang memekak telinga.
"Bunda ... hiks!"
Ella berlari menembus kabut tebal yang mengganggu penglihatan. Tanpa dapat Ella sadari, air matanya mulai jatuh ketika iris mata sendu menangkap sosok kecil rapuh tengah duduk sendirian, membelakanginya. Tubuh mungilnya yang gemetar membuat Ella sakit untuk melihat. Ella ingin memeluk dan menghapus kesedihannya.
"Vero!" Ella mempercepat laju lari agar dapat menggapai tubuh kecilnya yang lemah. Namun semakin cepat Ella berlari, semakin jauh pula jarak yang dapat Ella gapai. Isak tangisnya tak lagi terbendung begitu sosok rapuh itu bergerak menjauhinya.
"Vero! Tunggu Bunda!" Ella menangis dengan genangan air mata yang mulai mengaburkan seluruh pandangan. Tubuhnya yang tak seimbang akhirnya terhempas dengan keras tanpa dapat ia hindari.
"VERO!" Rasa sakit pada tubuhnya tak sebanding dengan guncangan hebat yang melanda hati Ella ketika surga kecilnya telah menghilang dari pandangan matanya.
Kabut tebal dihadapannya menebal dan membawa Ella ke sebuah pusaran angin kencang dan gelap.
"Vero!" Ella terbangun dengan satu tangan terangkat ke udara, seolah ingin menggapai sesuatu. Wajahnya yang cantik dipenuhi oleh air mata dan keringat.
Hanya mimpi?
Ella mengusap matanya yang berair. Aroma lavender dan mint segar manguar menyelimuti hidung dan berhasil membuat Ella kembali dalam kesadaran penuh.
Ella mengerjapkan matanya di antara silau matahari pagi yang mengenai retina. Saat ia mencoba bangun, tiba-tiba rasa sakit di area intim datang menyerang.
"Aahh ..." Ella bangun dan terkejut dengan kondisi tubuhnya. Telanjang?
Ketakutan yang teramat sangat mulai melanda tubuhnya. Ella melihat ke seluruh penjuru ruang dan terkejut ketika mendapati dirinya berada di dalam sebuah kamar dengan segala perabot mewah dan elegan."Ahh!" Pusing di kepalanya tiba-tiba melanda. Ella memijat pelipisnya yang terasa ditusuk oleh benda tajam yang tak kasat mata. Ella mencoba memejamkan mata sejenak untuk mengurangi rasa sakit di kepala. Dalam usahanya itu tiba-tiba sebuah memori asing datang melintas dan membayangi pelupuk matanya yang rapuh.
"Hentikan! Sakit ... kumohon..."
"Tidak sakit, Sayang."Ella mengingatnya. Ella berusaha keras untuk menolak persenggamaan itu, namun pria dengan wajah samar itu terus memaksa dan menyerang tubuhnya. Bulu kuduknya meremang mengingat cumbuan pria itu jatuh secara bertubi-tubi di sekujur tubuhnya. Saat Ella menundukkan kepala, jejak merah di kulit payudara menjadi hiasan penuh yang menjadi pertanda bahwa tadi malam ia telah mengalami pelecehan. Ella diperkosa.
Air matanya kembali jatuh. Dengan rasa sakit yang melanda organ intim, Ella berusaha bangun dan meraih gaun pesta pemberian Abraham.
Ella memakai gaun pesta dengan luka baru di hatinya. Setelah terpakai dengan sempurna, Ella berdiri dengan rasa sakit yang melanda pangkal paha.
Rasa sakit yang melanda Ella saat ini sama persis dengan rasa sakit ketika kesuciannya diambil oleh majikannya. Tuan Roy.
Ella menghapus air matanya dengan punggung tangan. Saat ini yang Ella inginkan adalah bertemu dengan Vero. Putranya.
Ella melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Ketika ia berniat meraih gagang pintu, tiba-tiba seseorang sudah terlebih dulu membuka.
"Kamu sudah bangun?" Seorang pria bertubuh tinggi, berdiri menghalangi pintu. Pakaian santai menyelimuti tubuhnya yang atletis. Rambut pendeknya tampak berantakan, namun memberikan kesan liar di wajahnya yang tampan.
Ella mematung dengan ketakutan yang kembali menyerang benteng pertahanannya. Ella mempererat cengkeraman pada ujung gaunnya agar getaran pada tubuhnya terhenti.
"Kamu menangis, Sayang?" Ella terkesiap karena sentuhan itu kembali datang.
Satu tangan Roy jatuh di pinggang Ella, sementara tangan lainnya fokus membelai pipinya.
Ella mulai dilanda rasa panik begitu tubuhnya dipeluk mesra oleh mantan majikannya itu.
"Aku merindukanmu." Bisiknya posesif.
***
"Hiks!" Tangis tergugu seorang anak yang saat ini tengah duduk di ruang tamu membuat pria dengan setelan semi resminya tak henti-hentinya memijat pelipis.
"Buat Vero diam, Nila." Desis Abraham kepada Nila.
"Sebentar lagi Bunda pulang, Vero. Jadi, jangan menangis lagi ya." Nila mencoba meredam tangis kencang Vero. Seluruh wajah anak itu memerah karena terlalu lama menangis dan Nila mulai merasa iba karenanya.
"Diam, Vero?!" Amarah telah menghilangkan kesabaran Abraham. Pria itu melangkah dan mencengkram erat kedua bahu Vero.
"Diam atau Om hukum kamu sekarang juga!" Ancam Abraham seraya mengguncang kuat tubuh kecil Vero. Matanya berkilat menatap mata jernih dan lugu milik Vero.
Ancaman itu membuat Vero diam dengan tekanan yang menimpa seluruh jiwa.
"Kalau Vero masih ingin tinggal bersama Bunda, turuti ucapan Om." Sugesti kejam Abraham bagaikan aturan dan neraka untuk Vero.
"Bu ... Bunda..." Suara Vero bergetar karena rasa takut.
Abraham berjongkok di depan Vero, "Kalau Vero tidak mau nurut sama Om, Vero akan Om kirim ke panti asuhan."
------
Cerita ini udah ada versi pdf di platform KARYAKARSA ya
.----.----.----
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Majikan (21+) / END | Repost
RomanceBlurb Novel Romantis (21+), DEWASA. Kisah perjuangan gadis cantik yatim piatu (16 tahun) yang harus melayani nafsu majikannya. Inilah kisahnya ....