23. Malam Yang Dingin

162K 3.9K 284
                                    

"Aku hanya ingin menciummu sebagai kekasih, Ella." Abraham mulai mencari alasan.

"Aku bukan kekasihmu." Balas Ella dengan ketegasan penuh.

Abraham memutar mata dan dalam hati bersumpah akan membuat Ella jatuh ke dalam pelukannya.

"Kita ke bawah. Semua tamuku sudah menungguku di bawah." Abraham mengulurkan tangannya kepada Ella, namun Ella enggan untuk menyambut.

"Aku tidak akan melakukan kontak fisik dengan pria manapun, termasuk denganmu Abraham. Aku harap kamu ingat." Ella mengulangi ucapannya yang entah sudah berapa kali diucapkan olehnya.

Abraham mengepalkan tangan dan menarik nafasnya dalam-dalam, "Baiklah."

Abraham mengajak Ella pergi, dan sebelum benar-benar meninggalkan kamar, Ella meminta Nila untuk menjaga buah hatinya.

"Aku akan menjaga putramu, Nona. Percayalah padaku." Ella mengangguk dan mempercayainya.

Ella kemudian melangkah keluar dengan tangan yang berubah dingin. Berjalan bersisian dengan Abraham menjadikannya sebagai pusat perhatian penuh. Ella benar-benar telah keluar dari dalam kamar persembunyiannya. Ella berkali-kali melihat ke segala arah, mencari sosok familier yang memenuhi kepalanya dan bersyukur karena pria itu tidak ada.

Terima kasih Tuhan ...

Ella kembali memperhatikan keramaian pesta tanpa antusiasme di matanya. Meja-meja tertata rapi di sepanjang ruangan. Para wanita dan pria bergerombol di antara meja-meja. Mereka bercanda riang sambil membawa gelas berisi anggur. Para pelayan berjalan mondar-mandir melayani para tamu yang diundang khusus untuk hari spesial ini.

Ella tidak pernah menyukai pesta karena para wanita selalu mencibirnya dengan bisikan sadis.
Mulut para wanita berbisik-bisik seolah-olah ingin mencari kecacatan dalam penampilannya hari ini. Sayangnya, Ella telah mengecewakan mereka. Nila telah memastikan ia menjadi bintang hari ini. Ella tampil sempurna dengan rambut coklat pucat yang ditata sedemikian rupa sehingga warnanya yang pucat menonjolkan perhiasan yang menghiasi kepala. Kulitnya yang pucat disembunyikan oleh gaun merah muda terang yang senada dengan sepatu high heelsnya. Setiap lipatan gaun yang dipilih Nila menonjolkan setiap lekukan tubuhnya yang indah.

"Apa dia kekasih Abraham?"

"Aku rasa tidak. Aku dengar dia sudah memiliki seorang anak."

"Dia sudah menikah?"

"Dia janda. Menurutmu kenapa wanita semuda itu menjadi janda? Dia pasti menjadi wanita simpanan."

Bisikan mereka membuat rasa nyaman Ella hilang. Saat Ella berniat untuk pergi, Abraham lagi-lagi menahan niatnya.

"Minumlah." Abraham memberikan segelas minuman kepadanya.

Ella melihat gelas itu dan merasa aneh dengan aroma dan warna pekatnya.

"Tidak akan membuatmu mati, Ella. Minumlah." Abraham menggunakan gurauan kejam kepada Ella.

Ella mengambil gelas Abraham dan menegaknya dengan maksud agar cepat mengakhiri pesta itu. Namun dalam sekali teguk rasa panas di tenggorokannya membuat Ella terbatuk.

"Ini apa?" Ella menyentuh bibirnya dan Abraham tertawa kecil melihat respon Ella yang menggemaskan.

"Hanya minuman khas pesta, Ella." Abraham mendorong gelas Ella dan meminta Ella untuk meminumnya lagi hingga tandas tanpa sisa.

Dalam sepersekian detik, Ella tiba-tiba merasa pusing. Kepalanya berdenyut dan meninggalkan rasa sakit.

"Ella, kamu tidak apa-apa?" Ella mendongak dan sekilas melihat senyum aneh di wajah Abraham.

Cinta Sang Majikan (21+) / END | RepostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang