35. Keluarga Bahagia ... Mimpi atau Harapan?

135K 2.6K 83
                                    

Ella bahagia begitu selesai membersihkan diri, ia tidak mendapati Roy berada di dalam kamar bersamanya. Nafas lega mengembus pelan. Ella menggunakan kesempatan itu untuk menyembuhkan kerinduannya yang dalam terhadap Vero.

Ella berjalan mengendap, melihat ke sekeliling yang beruntung dalam keadaan sepi. Langkahnya semakin cepat begitu pintu kamar yang ada di sisi tangga bercabang menampakkan diri. Tidak lagi peduli dengan sekitar, Ella meraih kenop pintu, kemudian dibukanya tanpa sedikitpun rasa ragu.

Sosok kecil sang buah hati yang tengah tertidur bersama seorang pria yang membelakangi pintu menyambut matanya saat ini. Ella terkejut mendapati Roy ikut tidur di samping Vero.

Ella menutup pintu, lalu berjalan mendekat. Ella melihat pria yang telah menjerat hidupnya dalam duka tengah tidur sambil memeluk putra terkasih. Vero tampak menikmati. Baru kali ini Ella melihat Vero tidur sepulas itu. Setitik harapan mulai tumbuh, membuat hati Ella kembali dilanda rasa gundah.

Ella takut berharap. Ella tidak ingin mengulang rasa sakit yang melebihi fisik. Ella hanya ingin bahagia bersama putranya, Vero.

"Berbaringlah." Tarikan lembut di pergelangan tangannya membuat Ella jatuh lumpuh di samping kiri Vero. Ella ikut berbaring, menyadari bahwa Roy ternyata dalam posisi terjaga.

"Lepaskan tanganku." Ella berusaha bangkit, namun Roy menahannya dengan tenaga yang lebih kuat.

"Hanya sebentar." Roy membuka mata, suaranya melembut, "Aku ingin menikmati kebersamaan kita. Tidur bersama seperti keluarga bahagia. Aku ... kamu ... dan Vero. Hanya kita bertiga."

Ella kehilangan kata-kata. Keheningan menguasai ruangan megah bernuansa cerah. Ella tiba-tiba merasa gugup. Ia bisa merasakan tatapan Roy menusuk hingga menembus seluruh syaraf pada tubuhnya. Ella tidak berani membalas tatapan Roy, setidaknya sampai gerakan kecil di tengah-tengah mereka datang mencairkan suasana.

Ella melihat si kecil menggeliat. Matanya yang memejam tampak bergerak. Bibir merah mungilnya mengecap-ngecap seolah tengah mengunyah sesuatu. Vero terlihat menggemaskan, membuat tarikan di kedua sudut bibir Ella mengembang alami. Senyumnya kian lepas begitu kedua mata bulat dan jernih si kecil terbuka.

"Selamat pagi, Sayang." Ella mencium pipi tembem Vero. Menikmati aroma tubuh buah hatinya dalam-dalam.

"Bunda?" Vero mengusap matanya, tersenyum begitu mengetahui Ella ada di sampingnya.

Vero mengalungkan kedua tangannya ke leher Ella. Vero menjerit polos, "Bunda!"

Ella membalas pelukan Vero dengan menepuk-nepuk punggungnya pelan. Mereka saling berpelukan, mengabaikan sosok lain yang tengah memandangnya dengan campuran rasa sedih dan bahagia.

"Ayah juga ingin dipeluk." Roy meraih punggung Ella dan memeluk keduanya.

Ella terkejut, begitupun dengan Vero yang juga bereaksi sama. Vero menoleh dan terkejut karena mendapati Roy berada tepat di belakang tubuh, memeluknya erat, "Ayah?"

Roy mencium pipi Vero, sisi berbeda yang sebelumnya dicium oleh Ella.

"Ucapkan sekali lagi." Roy kembali mencium pipinya yang saat ini tertegun, dan dua kali lebih menggemaskan dari sebelumnya, "Ayo, panggil aku Ayah."

Vero mengerjapkan matanya yang tiba-tiba berkaca-kaca, lalu mengikuti permintaan Roy, "Ayah ..."

Roy merasa otot-otot disekitar wajahnya kembali relaks. Ini kedua kalinya Roy bisa bahagia dan selega ini. Pertama adalah saat Roy menikahi Ella dan menjadikannya sebagai istri sah. Kedua adalah saat darah daging yang telah lama terpisah dengannya memanggilnya dengan sebutan Ayah.

Roy bangkit, meraih tubuh Vero, lalu digendongnya seolah ini pertama kalinya mereka bertemu.

"Ucapkan lagi." Roy menciumi wajah Vero.

"Ayah! Ayah!" Vero menyentuh wajah Roy, takut jika kebahagian yang baru di dapat hanya mimpi.

"Mau menemani Ayah ke taman hiburan?" Tanya Roy kepada Vero. Matanya sekilas mencuri pandang ke arah Ella.

"Taman hiburan?" Vero membeo takjub. Seumur hidupnya, Vero tidak pernah pergi ke taman hiburan. Dan sekarang ayah kandungnya mengajaknya ke taman hiburan?! Vero tentu saja bahagia.

"Iya. Kita bertiga pergi ke taman hiburan." Roy tidak memberikan kesempatan untuk Ella menolak, dan tampaknya Ella tidak akan melakukan hal itu. Ella telah dibuat luluh olehnya.

"Vello mau!" Vero bersorak. Kebahagiaan yang disambut oleh Roy dengan mengajaknya mandi bersama.

"Sebelum pergi, Ayah akan memandikanmu. Mau mandi dengan Ayah?" Ajak Roy, lalu dibalas dengan anggukan semangat Vero.

Mereka larut dalam kebahagiaan. Ella bahkan tidak bisa berpura-pura lagi untuk tidak tersenyum melihat tingkah laku keduanya. Senyum Vero menularkan kebahagiaan untuknya. Sikap lembut Roy menularkan kehangatan di hatinya yang dingin. Ella berharap bahwa ini semua bukan mimpi ... berharap bahwa apa yang terjadi saat ini adalah awal kebahagiaan baru untuknya.

Disaat Ella mulai memberanikan diri untuk berharap, sosok lain di balik pintu datang mencuri dengar. Dengan tangan mengepal menjinjing tas kecil, sosok itu berpikir keras, merencakan hal buruk untuk mereka. Dia meraih ponsel di tas branded originalnya, lalu mengirim sebuah pesan singkat kepada seseorang.

Kepada : +62813657*****

Bagaimanapun caranya, rencana kita harus berhasil!

---

Buka PO lagi ya ...

Buka PO lagi ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika berminat ... Bisa chat penerbit : 0818 - 331 - 696 ... atau order lewat online shop langganan kalian.

--+---+

Atau ...

Atau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cinta Sang Majikan (21+) / END | RepostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang