12. Menikahi Ella

195K 4K 140
                                    


"Ishh geli ..." Ella tertawa kecil saat Roy menggelitik perut, "Tuan Roy ... sudah ..."

Ella terus mengelak dan menggelengkan kepalanya ke segala arah, tanda bahwa Ella benar-benar tidak tahan.

"Sejak kapan kamu berubah begitu menggemaskan seperti ini, Ella." Roy mengendus leher Ella. Bibir tak luput menciumi tanda merah yang sempat lelaki itu berikan kepadanya tadi malam.

Tadi malam?

Tadi malam menjadi bagian dari daftar kesalahan Roy, yang untuk kesekian kalinya dilakukan olehnya.
Roy yang sepantasnya melakukan malam pertamanya dengan Jena, memilih untuk bermalam dengan Ella.

Kesalahan Roy yang lain adalah mengajak Ella bercinta di saat Ella tengah hamil muda. Padahal efek sampingnya bisa merenggut nyawa Ella dan calon bayi yang ada dalam kandungnya.

"Bagaimana dengan perutmu, Ella?" Masih berada di atas tubuh telanjang Ella, Roy mengusap perutnya yang masih rata.

Roy memberikan kehangatannya kepada Ella, mengingat bahwa beberapa saat yang lalu, setelah Roy mengeluarkan sperma cintanya ke dalam, Ella tiba-tiba menangis dan mengeluh rasa sakit di perutnya.

"Hiks ... perut Ella sakit ..."

Tangis tergugu Ella membuat Roy harus bersusah payah untuk menenangkannya. Setelah memberikannya pil pereda rasa sakit yang diberikan khusus oleh dokter, perlahan kondisi Ella telah kembali normal.

"Apa masih sakit?" Roy kembali bertanya kepada Ella, dan kali ini Roy telah merubah posisi tubuhnya menjadi duduk. Lalu diciumnya perut Ella yang saat ini tengah mengandung calon bayinya. Dan sekali lagi Roy merasakan kelembutan kulit Ella di bibirnya.

Dengan wajah tersipu merah, Ella kemudian membalasnya dengan suara lirih yang terdengar merajuk, "Perut Ella masih mual ..."

"Sebentar lagi pasti sembuh, Ella." Roy turun dari atas tempat tidur. Dalam posisi membelakangi Ella, Roy kemudian mengenakan pakaiannya kembali.

"Tapi perut Ella masih sakit ..." Suara Ella tiba-tiba bergetar begitu tahu Roy berniat akan pergi.

Ella duduk dengan mata yang sepenuhnya jatuh ke punggung lebar majikannya. Ella masih ingin berlama-lama dengannya.

Seolah tahu apa isi pikiran Ella, Roy kemudian memutar tubuhnya. Sambil tersenyum, Roy berjalan menghampirinya lagi.

"Mulai sekarang kamu tidak perlu bekerja. Kamu bisa minta apapun kepada Tari atau pelayan lainnya." Roy duduk di samping Ella, lalu diciumnya sudut mata Ella yang berair.

Ella menundukkan kepalanya. Tangannya secara refleks meraih kemeja Roy untuk mengurangi rasa gundah. Selain mual, Ella tiba-tiba dilanda rasa cemas berlebih.

"Kalau Nona Jena dan Nyonya besar tidak setuju ..."

"Aku akan tetap menikahimu, walaupun itu siri." Roy memotong kalimat Ella yang menggantung.

"Siri?" Ella semakin sedih mendengar rencana Roy yang akan menikahinya dengan siri.

Ella cukup banyak menonton sinetron di Indonesia. Pernikahan siri tidak pernah menguntungkan pihak wanita, sebaliknya pihak pria-lah yang selalu diuntungkan.

"Jangan banyak berpikir, Ella. Cukup percaya padaku. Tuanmu." Roy melepaskan cengkraman Ella di kemejanya, lalu membawanya ke bibir.

Roy menciumnya dengan kasih sayang yang dapat membuat Ella luluh dalam sekejap.

"Selama aku menemui Jena, aku ingin kamu tetap istirahat disini. Setelah semuanya beres, kita sarapan bersama." Perintah Roy dibalas dengan anggukan patuh Ella.
Sebelum pergi, Roy memberikan ciuman mesra di bibir Ella.

"Aku pergi dulu." Selepas ciuman itu, Roy akhirnya pergi meninggalkan Ella di dalam kamar.

Ella akhirnya sendirian dan menunggu dalam penantian.

***

Satu jam kemudian ...

Satu jam— seperti yang diperintahkan oleh Roy, Ella masih bergelung nyaman di atas tempat tidur.

Bahagia, lega, dan sedih dirasakan oleh Ella saat Roy mengajukan proposal nikah kepadanya. Walaupun menjadi istri kedua, namun Ella bersyukur karena setidaknya Ella dan bayinya tidak akan sendirian. Ada seseorang yang akan menjaga mereka.

"Tuan Roy ..." Ella bergumam lirih.
Senyum polos mengembang tipis, sebelum akhirnya seseorang datang ke dalam kamar disertai gebrakan pintu bersuara nyaring, kasar.

BRAK!—Ella menoleh, matanya melebar mengikuti keterkejutannya bahwa orang yang masuk ke dalam kamarnya adalah Jena, diikuti oleh dua pria berkulit gelap dengan fisik seperti preman.

Kenapa Nona Jena kesini? Bukankah seharusnya Nona bersama dengan Tuan Roy?—Ella membatin penuh tanya.

"No ... Nona?" Ella berusaha menutupi tubuhnya dengan menaikkan selimutnya hingga ke batas dada. Ella menyesal karena ia belum mengganti pakaian tidurnya.

Jena berjalan mendekat. Dengan amarah yang berkobar di kedua mata, wanita itu kemudian menampar pipi Ella.

PLAK!—"Dasar Jalang!" Tamparan dan umpatan kasar itu disematkan untuk Ella.

"Arghh ..." Ella jatuh mencium bibir ranjang karena Jena menamparnya begitu keras.

"Berani-beraninya gadis kecil dan rendahan sepertimu mengambil milikku!" Jena meraih rambut Ella, lalu menariknya kuat sampai Ella mengeluarkan rintih kesakitan di mulutnya.

"Arghh ... sakit Nona ..." Ella tidak berani untuk meronta, takut jika Jena semakin menaruh benci kepadanya.

"Kamu pantas mendapatkan semua ini! Seharusnya kubunuh kalian berdua! Kamu beserta janin di perutmu dengan kedua tanganku!" Kalimat hina dan benci itu membuat Ella gemetar, takut.

Ella terdiam dan merasa tidak mempunyai harga diri lagi.

Setelah puas mencaci-maki Ella, Jena melepaskan siksaannya. Wanita itu memerintahkan dua pria berwajah mengerikan di belakangnya untuk melakukan sesuatu kepada Ella.

Ella yang masih merasakan perih di pipi dan rambut kepala, tiba-tiba bergerak mundur ketika dua pria suruhan Jena datang menghampirinya.

"Ka-kalian mau apa?!"

-+-+-+-+

Terima kasih sudah setia mengikuti kisah Ella, Vero, Roy untuk kesekian kali .... Semoga tidak kena report lagi. Aamiin.

Oh ya cerita ini udah ada versi pdf di Karyakarsa ya

Cinta Sang Majikan (21+) / END | RepostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang