37. Mimpi dan Harapan (edit)

72.1K 1.5K 107
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit cerah membentang sepanjang sudut ibukota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit cerah membentang sepanjang sudut ibukota. Suara tawa dan senyum bahagia mengembang menyelimuti wajah sepasang kekasih yang telah terikat janji. Mereka adalah orang tua yang Vero sayangi.

Air mata yang biasa menghiasi wajah cantik Bunda kini dipenuhi oleh keceriaan. Wajahnya berseri-seri menimbulkan debaran baru di jantung Vero.

Vero menyentuh jantungnya yang berdebar. Ingatan tentang kesedihan sang Bunda melayang di kepalanya.

"Kenapa Bunda menangis?"

"Bunda baik-baik saja, Sayang. Mata Bunda terkena debu,"

Dulu Bunda selalu menangis. Vero tahu Bunda bohong. Vero diam-diam selalu melihat Bunda pergi di loteng apartemen hanya untuk menangis. Saat itu Vero hanya bisa bersembunyi dan ikut menangis di belakang pintu menyaksikan tangis Bunda.

Sejak saat itu Vero selalu berdoa agar Tuhan menghapus kesedihan dan air mata di wajah Bunda dengan memberikannya kebahagian.

Hari-hari berlalu, Vero tidak pernah menyerah untuk berdoa demi kebahagiaan Bunda sampai pertemuannya dengan Ayah kandung yang selalu Vero impikan datang. Perlahan namun pasti tangis duka di wajah Bunda pudar dan berganti dengan sinar bahagia.

"Bunda ..." Vero menjauhkan tangannya dari dada, menyembunyikan rasa sakit pada jantung yang datang secara tiba-tiba saat Bunda datang mendekatinya. Vero tidak ingin melihat Bunda menangis dan khawatir.

"Es krim coklat kesukaanmu, Sayang." Vero tersenyum menyambut es krim padat pemberian Ella.

"Kenapa wajahmu pucat?" Ella berjongkok dihadapannya, menempelkan telapak tangan di kening Vero.

Reaksi sama diperlihatkan oleh Roy yang ikut cemas dan berjongkok di samping Ella, "Apa Vero sakit? Vero ingin pulang?"

Vero buru-buru menggeleng cepat. Vero tidak ingin kebahagiaan orang tuanya pudar karena kondisi jantungnya yang tidak bersahabat. Vero ingin lebih lama menikmati kebahagiaan ini bersama kedua orang tuanya. Lebih lama bersama mereka.

"Vello mau pelmen (permen) kapas." Vero menunjuk pada stand makanan yang berada di dekat air mancur.

Roy tertawa mendengar permintaan Vero, "Jadi jagoannya Ayah ingin makan permen kapas?"

Cinta Sang Majikan (21+) / END | RepostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang