Ella terbangun ketika seberkas cahaya masuk dari celah jendela kamar berbentuk wajik. Sekilas pandangannya terasa kabur. Ella mengusap matanya berkali-kali dan mencoba fokus.
Ella meraba ke samping ranjang. Keningnya terlipat begitu tidak ada siapapun yang berbaring selain dirinya.
"Vero!" Ella otomatis bangun dan mengambil posisi duduk. Dia melihat ke seluruh sudut ruangan mencari keberadaan sang buah hati. Sebuah kamar yang sangat luas dengan dominasi warna hitam pada setiap perabotan dan dinding.
Ella buru-buru turun dari atas tempat tidur dan saat ia akan berjalan meraih pintu, seseorang sudah terlebih dahulu membukanya dan masuk ke dalam.
"Nona sudah bangun rupanya." Seorang pria paruh baya melempar senyum hangat kepada Ella. Satu tangannya memegang kenop pada pintu sementara tangannya yang lain membawa sebuah kotak.
Untuk sesaat Ella merasa tersentuh karena untuk pertama kali dalam hidupnya ada seseorang yang menghargai keberadaannya, bahkan memanggilnya dengan sebutan 'Nona'.
Ella tidak pantas dipanggil Nona. Walaupun usianya masih cukup muda, 22 tahun, namun Ella telah memiliki buah hati yang lahir dari hubungan gelapnya bersama dengan sang mantan majikan, Roy.
Seolah tahu apa yang ada dipikiran Ella saat ini, pria itu berkata dengan nada ramah, "Putra Nona baik-baik saja. Tuan sedang membawanya jalan-jalan. Mereka sebentar lagi pasti akan kembali."
Ella jatuh lemas di atas tempat tidur. Ella akhirnya bisa bernafas lega. Kedua tangan menyentuh dada. Ella merasakan dentuman keras pada jantung beberapa saat yang lalu telah kembali normal.
"Tuan sudah menyiapkan pakaian untuk Nona." Pria itu memberikan sebuah kotak berukuran sedang kepada Ella, "Tuan berharap Nona akan memakainya."
Lagi-lagi senyum hangat layaknya seorang ayah tersemat di wajah pria itu.
"Jika Nona memerlukan sesuatu, jangan sungkan untuk meminta bantuan." Pria itu kemudian menarik diri dan keluar dari dalam kamar, meninggalkan Ella sendiri dengan sebuah kotak berisi gaun sederhana, namun terlihat anggun dan indah dipandang.
***
Taman Kota.
Seorang anak laki-laki yang sebentar lagi genap berusia 6 tahun duduk tenang di atas bangku taman. Kedua buah mata bening bergerak polos mengikuti keceriaan salah satu keluarga kecil yang tengah berpadu ceria.
"Gendong! Doni mau gendong, Yah!" Seorang anak lelaki dengan dua gigi siung di depan tiada henti menarik-narik celana sang Ayah.
"Sini Ayah gendong." Si Ayah tersenyum dan meraih tubuh kecil si anak untuk digendong olehnya.
"Ibu, aku mau es krim!" Anak lelaki itu kembali merajuk, dan kali ini ditujukan kepada si Ibu yang berdiri tidak jauh dari Ayah.
"Doni mau es krim rasa apa?" Si Ibu bertanya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Majikan (21+) / END | Repost
RomanceBlurb Novel Romantis (21+), DEWASA. Kisah perjuangan gadis cantik yatim piatu (16 tahun) yang harus melayani nafsu majikannya. Inilah kisahnya ....