Chapter 4 : Telepon

4.6K 214 0
                                    

"Mungkin salahku melewatkanmu, tak mencarimu sepenuh hati. Maafkan aku.Kesalahanku melewatkanmu, hingga kau kini dengan yang lain. Maafkan aku."

°°°

"Neyla, kan gue udah ngelakuin apa yang lo suruh. Tolong lah, jangan kaya gini. Gue bener - bener gak mau nyakitin anak orang yang gak bersalah sama sekali dan gak tau apa - apa." kata Fero dengan sedikit tekanan pada setiap kalimatnya.

Saat ini, Neyla dan Fero sedang berada di sebuah kafe. Hari ini hari minggu, dan tadi pagi - pagi sekali——menurut Fero. Padahal sudah jam duabelas lebih—Neyla meneleponnya dan mengajaknya untuk mengobrol di kafe ini.

"Gak secepet itu, Fero. Baru juga kemarin. Sabar sedikit, lah. Kalau lo mau mendapatkan apa yang lo mau, lo harus berjuang keras dulu. Baru gini aja ngeluh, lo." balas Neyla dengan santai, sambil mengaduk - aduk minumannya, kemudian meminumnya dari selang sedotan.

Fero menghembuskan napasnya berat. Pandangannya tak teralihkan dari Neyla yang tengah asyik menikmati minumannya.

"Tapi gue ngerasa bersalah, Ney, sama dia. Dia gak tau apa - apa." lanjut Fero.

Neyla menatap Fero tajam. "Tapi itu syarat dari gue! Kalau lo gak mau, ya udah." balasnya.

"Kenapa harus kaya gini, Ney? Gak ada cara yang lain, gitu?" tanya Fero dengan suara lirih.

"Ya emang harus kaya gitu." ucap Neyla telak.

"Lo gak kasihan sama dia, Ney?"

Neyla menarik sudut bibirnya.Membentuk senyuman kecut sarat akan sesuatu yang tak terungkap.

"Dia aja gak kasihan sama gue." batinnya. "Gak. Lagipula, ini syarat termudah, Fer." ucapnya.

Fero mengacak - acak rambutnya frustrasi. Dia benar - benar kehilangan akalnya sekarang. Hanya karena gadis di depannya ini. Akalnya hilang dalam sekejap kalau bersama Neyla. Semua yang gadis itu inginkan seperti sebuah keharusan yang harus ia lalukan walaupun berat untuk dilakukan.

"Kenapa harus dia? Kenapa gak yang lain aja? Dia polos banget, Ney."

Neyla menatap Fero, lalu ia tertawa. Tertawa dengan nada kecut.

"Karena dia suka sama lo, Fer. Jadi gampang kan, buat lo dapetin hatinya. Kalau gue suruh yang lain, belum pasti mereka suka sama lo. Nanti adanya malah tambah lama karena lo harus pendekatan dulu." ucapnya jelas.

Fero semakin tak mengerti dengan isi kepala gadis di depannya ini. Tak terduga oleh akalnya sama sekali. Neyla benar - benar tak tertebak.

"Tapi gue enggak! Dan karena itu, gue gak mau kasih harapan palsu buat dia!" balas Fero.

Lagi - lagi, Neyla melayangkan tatapan tajam pada Fero. Apa susahnya sih, laki - laki itu menuruti kemauannya. Lagipula ini juga tak merugikan Fero.

"Udahlah, Fer! Lo harus nunggu kalau lo mau dapetin sesuatu!" kata Neyla, lalu memakan kentang goreng yang sudah mulai mendingin di depannya.

"Tapi sampai kapan? Gue gak mau lama - lama. Karena gue gak mau membuat sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Gue gak mau berpindah hati." katanya. Tentu saja kalimat terakhirnya itu hanya ia ucapkan dalan hati.

Neyla menatap Fero dengan seringai yang tercetak jelas di ujung bibirnya. Akhirnya Fero mau juga. Susah sekali perasaan hanya untuk membujuk laki - laki keras kepala di depannya itu.

"Sampai dia merasakan apa yang pernah gue rasakan." ucapnya dengan kepercayaan diri yang tinggi.

Fero mengernyitkan dahinya. "Maksud lo?" Feto tak mengerti dengan apa yang dikatakan Neyla. Apa yang Neyla rasakan, memang?

Pretending Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang