Chapter 22 : Pamit

4.4K 216 1
                                    

"Logikaku bilang pergi dan lupakan. Namun hatiku bilang jangan munafik hanya untuk berpura - pura tak peduli."

°°°

Lisa terus berlari sambil menahan tangisannya yang sudah pecah dari tadi saat ia berlari meninggalkan Fero di ujung koridor.

Hatinya hancur. Dan semakin hancur saat mendengar penuturan Fero tadi.

Logikanya bilang untuk pergi dan tak ingin memaafkan Fero karena telah banyak luka dan kekecewaan yang diberikan Fero. Ia tak ingin lagi salah meletakkan hatinya.

Namun hatinya bilang sebaliknya. Sebagaimana usahanya untuk pergi menjauh dari Fero saja tidak bisa. Ia terlalu cinta. Terlalu berharap. Terlalu tak bisa membenci pemuda itu.

"Kenapa cinta harus sesakit ini? Kenapa gue harus ngerasain kaya gini?" kata Lisa dengan terisak.

Ia tak peduli dengan tatapan siswa lainnya yang melihatnya menangis di taman belakang sekolah.

Lisa bingung antara akan memaafkan Fero atau tidak.

Logikanya bilang jangan. Namun hatinya bilang iya.

Karena mau di bagaimanakan lagi, Lisa sudah jatuh terlalu dalam pada jeratan hati Fero.

°°°

Rafly menepuk pundak Fero. Belakangan ini, Fero selalu diam merenung saja hingga membuat teman - temannya yang lain kewalahan. Rafly tahu apa yang dialami Fero dan Lisa. Karena waktu itu Lisa langsung mendatanginya dan menangis dipelukannya. Rafly marah sekali pada Fero saat itu. Namun melihat Fero yang jadi berantakan seperti ini membuatnya merasa kasohan padanya.

Fero menatap Rafly. "Gue harus gimana?" tanyanya Frustasi.

Dari kemarin, hanya kata itu yang diucapkan Fero.

"Maaf, Fer. Gara - gara gue, lo dan Lisa jadi kaya gini." kata Rafly.

Fero menggeleng. "Ini bukan salah lo, Raf. Semuanya salah gue. Kalau aja gue gak terima tawaran Ney-"

"-Fer, udahlah. Jangan terlalu dipikirin. Kita harus fokus sama festival besok. Jangan salahin diri lo sendiri." sahut Rizko.

"Bener kata Rizko, Fer. Galau boleh, asal jangan lupain kewajiban." tambah Rafly.

"Gini, deh! Gue ada ide." timpal Gilang.

Fero, Rafly, Rizko dan Marko mengernyitkan dahi mereka heran.

"Apa?" tanya Marko.

"Kita bantuin Fero biar Lisa mau maafin dia!" lanjut Gilang.

"Gimana caranya?" tanya Fero.

"Nanti malam, kita kumpul di rumahnya Rafly! Lagian deket kan, sama rumahnya Lisa? Gue udah siapin rencana. Kalian tinggal melaksanakan aja." katanya dengan percaya diri.

"Lo-"

"-Plis, Riz! Percaya sama gue kali ini! Gue bener - bener gak tahan sama Fero yang lemah letoy kaya gini." kata Gilang meyakinkan.

"Okelah." jawab mereka.

Rafly menatap Fero penuh selidik. "Lo beneran Sayang sama Lisa, Fer?" tanya Rafly.

Sontak Fero mengalihkan tatapannya pada Rafly. "Buat apa gue galau kaya gini kalau gue gak bener - bener sayang sama dia?" kata Fero mantap.

Rafly menghela napasnya kasar. "Maafin gue pernah musuhin lo karena gue gak terima Lisa lo mainin. Jujur, sebenarnya gue udah gak ada rasa lagi buat Lisa. Sekarang, gue cuma nganggep dia gak lebih dari adik gue." tutur Rafly.

Pretending Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang