Chapter 15 : Cinta boleh, goblok jangan

3.8K 211 0
                                    

"Karena ada dua hal yang harus kamu rasakan saat sedang jatuh cinta. Pertama perasaan cinta itu sendiri, dan kedua yaitu luka yang harus kamu terima sebagai pelengkap dari cinta."

°°°

Lisa terus melirik jam dinding yang tertempel di kedai eskrim tersebut. Sesekali ia juga mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk kedai.
Pukul tujuh malam. Namun tak ada tanda - tanda Fero akan kembali. Menjawab telpon Lisa saja tidak. Sebenarnya Fero kemana? Lisa benar - benar takut sekarang.

Lisa takut Mamanya akan mencari dan mengkhawatirkannya. Terlebih ponselnya mati karena baterainya habis. Apalagi ia belum bilang tadi kepada Mamanya kalau ia pulang bersama Fero.

"Maaf, mbak. Mbak kalau udah makannya bisa pulang. Soalnya kedai ini akan tutup satu jam lagi." kata salah satu pelayan kedai.

Lisa menggerang pelan. Ah, ia sampai lupa kalau kedai ini akan tutup sebentar lagi. Tapi Fero bagaimana? Kalau dia kembali tapi tak ada Lisa disini, nanti Fero bisa marah padanya.

Tapi kalau Lisa tidak pulang, nanti Mamanya pasti khawatir. Dan, dia mau pulang pakai apa malam - malam seperti ini? Sedangkan angkot semalam ini pasti sudah tidak ada yang lewat.

"Emm, sebentar lagi ya, Mbak. Kalau setengah jam lagi temen saya gak dateng juga, nanti saya pulang." kata Lisa.

Si pelayan hanya menghembuskan napasnya. "Oke, Mbak." sebenarnya ia kasihan melihat Lisa yang seperti kehilangan arah. Sendirian di sini, dan tidak tahu apa yang akan dilakukan gadis polos tersebut.

Dan tanpa Lisa duga sebelumnya, tiba - tiba ada suara gemuruh yang ditimbulkan oleh petir. Ya, hujan baru saja turun sangat deras.

"Yah, hujan.. Terus aku pulangnya gimana, dong?" kata Lisa lirih sembari menahan tangis. Dia takut kalau sudah seperti ini. Tau begini, dia tak akan menunggu Fero. Pasti dia akan pulang setelah mengetahui bahwa Fero meninggalkannya.

"Fer, kamu kemana, sih?" sambungnya.

Akhirnya, Lisa memutuskan untuk pulang saja. Ia tahu, jika nanti Fero kembali dan Lisa sudah pergi, Fero pasti akan marah padanya. Tapi apa Lisa harus menunggu lebih lama lagi? Lisa juga lelah kalau harus menunggu terus.

Lisa menunggu angkutan umum di luar kedai sambil berteduh. Meskipun ia tahu, mungkin tak ada lagi angkutan umum yang lewat. Ya, siapa tahu saja ada orang yang dikenalnya jadi dia bisa numpang untuk pulang ke rumah.

Dingin. Air tampuan hujan mengenai tubuhnya, membuat baju seragamnya lembab. Ditambah angin yang agak kencang, membuat Lisa menggigil. Lisa tak menggunakan jaket, jadi dia pasti kedinginan.

Tiba - tiba tubuh Lisa yang semula dingin, seketika menghangat karena ada seseorang yang memakaikannya jaket.

Ia menoleh ke belakang. Tanpa pikir panjang, ia memeluk orang yang memberinya jaket tadi. Lisa ingin menangis sekarang. Namun ia tahan, karena ia tak ingin orang yang sedang dipeluknya saat ini tahu ia sedang bersedih. Tak mau membuat orang itu khawatir lagi padanya lebih tepatnya.

"Lo kenapa belum pulang? Mama lo khawatir sama lo, Lis. Ini udah malem banget, Lis dan lo belum pulang juga dari tadi. Gue sampe bingung nyariin lo kemana - mana." kata Rafly sedikit berteriak karena suaranya teredam oleh suara hujan yang cukup lebat.

Pretending Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang