Chapter 17 : Sorry, Lis

4.1K 194 0
                                    

"Mungkin benar aku terlalu cinta. Hingga akalku tak pernah ku pakai saat bersamamu. Karena bagiku, bersamamu saja sudah lebih dari cukup membuat hatiku merasa nyaman."

°°°

Lisa meringis pelan. Perutnya benar - benar lapar sekali. Tadi ia sudah makan roti yang dibelikan Kina saat istirahat pertama. Tapi tetap saja ia merasa lapar lagi karena hanya memakan sebungkus kecil roti.

Ia sebenarnya ingin ke kantin karena sekarang ia sudah tidak terlalu merasa pusing. Tapi, Kina dan Yuma sedang berolahraga di lapangan. Ini masih jam pelajaran. Tak mungkin dia pergi ke kantin begitu saja. Meskipun dia izin untuk tidak ikut berolahraga di lapangan, tapi kalau sampai ketahuan guru dia bisa dihukum.

"Aihhhh! Kenapa laper banget! Kenapa coba tadi gue gak ikut Kina sama Yuma ke kantin aja? Jadi dobel - dobel gini kan, lepernya." kata Lisa merutuki dirinya sendiri yang tadi menolak diajak kekantin bersama kedua sahabatnya.

Lisa menelungkupkan kepalanya di lipatan tangannya. Ah, ternyata seperti ini rasanya kelaparan saat sedang sakit. Apalagi ia sedang di ruang kelas sendiri karena teman - teman sekelasnya sedang berolahraga.

Tiba - tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya. Lisa kira, itu Rafly. Karena tadi Rafly kesini menawari Lisa untuk ke kantin bersama. Tapi bodohnya Lisa malah menolak ajakan Rafly.

"Raf, gue kan udah bilang kalau gu——"

Ucapan Lisa terhenti saat melihat semangkuk mie ayam dan sebotol air mineral yang ada dihadapannya.

Ia mengucek - kucek matanya. Siapa tahu ini hanya halusinasinya? Masa iya ada mie ayam tiba - tiba di hadapannya? Datang dari mana?

"Ahhh, pas banget gue laper—" kata Lisa lalu tanpa pikir panjang ia langsung memakan mie ayam tersebut dengan lahap. Efek kelaparan yang pasti.

"Pelan - pelan makannya. Nanti kesedak."

Deg.

Lisa menghentikan gerakannya. Tunggu, ia mengenali suara tersebut. Bukan. Ini bukan suara Rafly. Jelas sekali kalau suara Rafly tidak seberat ini.

Lisa mendongakkan kepalanya. Matanya langsung bersinggungan dengan manik mata cokelat pekat itu. Begitu dalam hingga Lisa merasa lagi - lagi harus terjatuh.

"Kenapa berhenti?" tanyanya.

Lisa membuang mukanya. Mencoba setenang mungkin. Padahal sebenarnya hatinya sedang tak setenang itu. Tapi, mengingat hal yang dilakukan cowok itu kemarin, ia jadi naik darah sendiri.

Lisa memajukan mangkuk mie ayam tersebut. Menjauhkan dari jangkauannya.

Fero mengernyitkan dahinya heran. Bukannya tadi katanya Lisa sedang sangat lapar? Kenapa malah berhenti  makan?

"Kenapa berhenti? Katanya laper?" heran Fero.

Lisa mencoba tidak menatap mata Fero. Karena kalau ia menatap mata Fero sedetik saja, pasti ia akan memaafkan Fero dengan sangat mudah.

"Lis—"

"Aku kenyang." sela Lisa.

"Masa? Tadi katanya lo kelaperan banget?" lanjut Fero.

"Enggak. Siapa bilang?"

"Tadi. Lo bilang sendiri. Katanya lo laper."

"Enggak tuh. Kamu paling salah denger." balas Lisa dengan suara yang dibuat secuek - cuek mungkin.

Tapi diam - diam Fero tersenyum. Setidaknya Lisa masih memanggilnya dengan aku kamu.

"Lis.. Maaf buat kemaren. Aku bener - bener lupa. Ada masalah serius soalnya yang gak bisa aku tinggal—" kata Fero. "—Maaf, Lis." sambungnya.

Pretending Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang