Chapter 9 : Bekal

3.7K 195 0
                                    

"Hatiku telah kau bawa lari sepenuhnya. Hingga aku mencoba berhenti pun tak mampu."

°°°

Lisa memandang penuh binar tempat bekal berwarna pink miliknya yang berada di tangannya. Sebenarnya antara ragu dan malu. Apa ia harus memberikan bekal ini untuk Fero? Jujur saja, ini pertama kalinya dia memberikan Fero sesuatu. Biasanya kan, dia hanya akan asyik memandangi pemuda itu dari jauh.

"Ayo lah, Lis! Lo pasti bisa! Jangan gugup gitu, lah. Lo harus buktikan ke Fero kalau lo itu pantes jadi pacarnya." kata Kina menyemangati Lisa yang tampak gelisah.

Hari ini, sesuai rencana Kina dan Yuma kemarin, Lisa harus memberikan perhatiannya untuk Fero. Dan, kali ini ia akan memberikan bekal untuk Fero.

Tadi pagi - pagi sekali, ia rela bangun sebelum subuh demi membuatkan nasi goreng untuk Fero. Ya, meskipun dibantu mamanya. Karena jujur, Lisa belum mahir memasak.

"Gue deg - deg-an tau! Gimana kalau Fero gak suka bekalnya? Gimana kalau dia bakal saki perut setelah makan nasi goreng gue?" umpat Lisa sambil menetralkan detakan jantungnya yang malah semakin cepat berdetak.

"Yaelah nih bocah! Tinggal ngasih bekalnya aja ke fero susah amat. Santai aja, Lis jangan tegang kaya gitu. Gak baik buat urat - urat lo ntar putus. Habis lo kasih bekalnya terus lo harus bilang begini ke Fero, 'Dimakan ya, sayang. Aku buat pakai cinta. Semoga kamu suka.' gitu aja susah." gerutu Yuma yang gusar melihat sahabatnya sedang berkeringat dingin. Apa susahnya memberikan sekotak berisi nasi goreng itu pada Fero, pikir Yuma.

"Lo tinggal ngomong enak banget! Lah ini gue yang jalanin!" balas Lisa lalu menoyor jidat Yuma.

"Iya, iya. Maaf!" ucap Yuma sambil mengusap - usap jidatnya yang menjadi korban jitakan Lisa. Sakit juga jitakan jari Lisa itu. Sepertinya jidat Yuma saat ini tengah memerah.

"Udah - udah! Mending lo buruan samperin Fero. Keburu orangnya pergi. Istirahat juga cuma tinggal berapa menit lagi, Lis." Kata Kina.

Lisa sekali lagi menarik napas dalam - dalam, lalu menghembuskannya pelan - pelan. Hal itu terus dilakukannya entah sampai kapan, karena sama saja tak membantunya sedikitpun. Jantungnya tetap saja berdetak kencang tak karuan.

Dilihatnya Fero yang sedang bergurau dengan kedua temannya. Siapa lagi kalau bukan Gilang dan Rizko. Teman sehidup sematinya Fero. Jangan tanya bagaimana Lisa tahu kalau mereka bersahabat. Lisa itu stalker yang handal ngomong - ngomong.

Dengan perasaan campur aduk tak karuan, ia mendekati meja yang Fero dan teman - temannya duduki. Lisa melirik bekalnya sekali lagi. Semoga saja Fero suka.

"Fer—" panggil Lisa.

Sontak, Fero menghentikan tawanya saat ia mendengar seseorang memenggilnya. Kedua temannya pun juga sama.

Fero menatap Lisa dengan tatapan yang sulit diartikan. Jujur, Fero bingung dengan gadis dihadapannya ini. Tak ada angin tak ada hujan, tiba - tiba ia menghampirinya.

"Apa?" Tanya Fero sambil menaikkan sebelah alisnya. Heran dengan apa yang dilakukan gadis itu. Biasanya Lisa tak pernah menghampirinya terlebih dahulu. Fero tahu kalau Lisa itu tipikal gadis yang pemalu. Kalau bukan Fero yang memulai, Lisa tak akan pernah mau memulai karena dia memang pemalu.

Lisa meringis mendengar nada bicara Fero yang terkesan sangat dingin. Ia mencoba menetralisir detak jantungnya yang semakin menjadi - jadi. Ditambah lagi, saat ini banyak pasang mata yang memperhatikannya. Ia malu diperhatikan begitu.

Akhirnya, dengan tangan yang bergetar hebat karena gugup, Lisa menyodorkan kotak bekalnya. Sedikit menggoyangkannya ketika kotak bekal tersebut tepat berada di depan Fero.

Pretending Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang