"Katakan aku bodoh. Aku tak akan menolak. Karena aku memang bodoh telah memaafkan seseorang yang bahkan kesalahannya tak mungkin termaafkan. Namun harus kukatakan lagi. Bukankah cinta dapat membuat seseorang paling pintar sekalipun menjadi bodoh? Dan karena aku sangat mencintainya, maka aku sangat bodoh karena telah memaafkannya."
°°°
Lisa masih saja menatap langit malam yang bertaburkan banyak bintang. Menerawang jauh diatas sana. Tak menghiraukan desah angin malam yang menusuk kulitnya. Lisa hanya ingin menikmati malam sunyinya.
"Andai ayah masih ada disini. Pasti Lisa bakal cerita semuanya ke ayah. Pasti ayah bakalan hajar Fero kalau tau Lisa sedih gara - gara Fero." gumam Lisa kemudian terkekeh sendiri mendengar ucapannya.
Lisa bermonolog, membayangkan semoga saja ayahnya mendengar keluh kesahnya. Ia yakin, bahwa meskipun ayahnya sudah tenang di sana, namun ayahnya akan selalu menjaganya dari sana.
"Tapi, Lisa gak akan biarih ayah sakitin Fero. Karena Lisa sayang sama Fero." kata Lisa disertai senyuman.
"Sebenarnya Lisa marah banget sama Fero, ayah. Lisa kecewa. Kenapa Fero hanya jadiin Lisa bahan penawaran? Emamg Lisa barang dagangan yang bisa ditawar - tawar?"
"Yah, Lisa sayang sama Fero. Tapi, kenapa memaafkan Fero sepertinya sangat sulit sekali untuk Lisa lakukan." lanjutnya.
"Kenapa Fero harus-"
Drttt
Suara getaran ponselnya membuat Lisa menghentikan ocehannya.
"Rafly?" gumamnya saat melihat siapa yang menghubunginya.
"Halo?" kata Lisa setelah mengangkat panggilan tersebut.
"Lo dimana?" jawab Rafly di sana dengan nada tampak gelisah.
"Di rumah, Raf. Kenapa? Kok suara lo kaya panik gitu?"
"Mama sakit! Buruan kesini! Gue gak ngerti caranya ngurus orang sakit. Tolongin gue, Lis." kata Rafly dengan panik.
"Tante Jihan sakit? Oke. Gue kesana sekarang! Tunggu gue di rumah." katanya lalu menutup sambungan teleponnya.
"Kamu mau kemana malam - malam begini, sayang?" tanya mamanya saat ia menuruni anak tangga.
"Kerumah Rafly, Ma." jawab Lisa.
"Oo. Mau nginep di sana?" tanya Mamanya.
"Emmmm, gak deh kayanya. Nanti aku pulang agak maleman tapi. Boleh kan, Ma?" balas Lisa.
"Oke. Nanti suruh Rafly nganterin aja kalau kamu gak berani pulang sendiri."
"Siap, Ma! Aku pergi dulu, ya!" pamit Lisa.
"Iya. Hati - hati."
°°°
"Assalamualaikum!" Lisa sudah sampai di depan rumah Rafly.
Namun, ia heran. Kenapa lampu rumahnya mati? Bukannya tadi kata Rafly, Mamanya sedang sakit? Rafly tak mungkin berbohong padanya, kan? Sudah jelas tadi suara Rafly terlihat sangat panik.
"Assalamualaikum, Rafly! Tante Jihan! Kok lampunya mati?" sapa Lisa lagi namun sama sekali tak ada sahutan dari dalam rumah. Rumah Rafly tampak seperti rumah kosong yang ditinggal penghuninya mudik.
Lisa mencoba membuka pintu rumah tersebut.
"Gak dikunci? Tapi kok sepi banget, ya? Atau Rafly udah bawa tante Jihan ke rumah sakit?" gumamnya lalu memasuki rumah tersebut. "Assalamualaikum, tante!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretending Love [END]
Teen Fiction[Selesai Revisi] Alfero Mananta adalah seorang badboy yang digandrungi siswi - siswi SMA Jaya Sakti. Kalau kata orang, fisiknya itu sempurna. Tapi Fero bukanlah orang sempurna. Didalam, Fero mempunyai banyak masalah. Terutama masalah dengan kedua ga...