Chapter 6 : Memaafkan

4K 221 2
                                    

"Bukankah semua orang pernah berbuat salah? Jadi, bukan masalah, kan kalau kita memaafkannya?"

°°°

"Kalau lo gak kuat, mending jangan dilihat. Ketimbang lo jadi sakit hati. Dia aja gak ngertiin lo." celetuk seseorang yang mengagetkan Lisa dengan tiba - tiba, hingga membuat buku absensi nilai yang dipegangnya jatuh.

"Sampe jatuh gitu bukunya. Segitu kagetnya, ya lihat gue?" lanjut orang itu yang berada di belakangnya. Lisa tebak sekitar satu meter di belakangnya.

Tunggu. Lisa seperti tahu dan tidak asing dengan suara orang itu. Ia langsung membalikkan badannya. Mata hitamnya langsung bersiborok dengan mata coklat milik Rafly.

Rafly sempat terperanjat dalam manik hazel mata milik Lisa. Tenggelam terlalu jauh, sama seperti dulu. Tak ada yang beda. Mata yang dulu selalu menjadi objek kesukaannya. Mata terindah yang akan selalu paling indah. Dulu. Bahkan saat ini pun masih.

Hingga Lisa menyadari kesalahannya, ia langsung memutuskan kontak matanya, dan memalingkan wajahnya. Ini tak seharusnya terjadi. Harusnya ia pergi dan lari saat ia mendengar suara Rafly tadi. Harusnya ia tak usah menengok ke belakang. Tapi semua keinginannya seolah tak berguna. Ia tetap mematung di sana dengan kedua tangan yang mengepal.

Rafly tersenyum kecut. Semuanya telah berubah. Dulu, saat Lisa ditatap seperti itu olehnya, Lisa pasti tak akan melepaskan pandangan mereka. Pipinya selalu memerah karena malu. Lisa akan terus tersenyum saat mata mereka bertemu dan membuat Rafly ikut tersenyum. Namun sekarang jeadaannya berbeda. Semua yang dulu pernah ia lakukan dengan Lisa nyatanya hanya tinggal kenangan saja yang tersimpan dalam memori, tanpa bisa terulang kembali. Mungkin, Lisa memang kecewa dengannya. Bukan lagi mungkin. Tapi sudah dipastikan gadis itu kecewa padanya. Sangat kecewa.

Lisa berusaha sekuat mungkin untuk tidak lari dari tempatnya sekarang. Ya, kalau dia lari, pasti nanti Pak Faisal akan memarahinya. Selain itu, kakinya terasa kaku hanya untuk menjauh dari laki - laki itu.

"Lis," panggil Rafly dengan lembut. Ia tahu, kalau Lisa sekarang menghindarinya. Ini memang resikonya karena pernah menyakiti gadis rapuh itu. Ia pantas mendapatkannya. Tapi kenapa rasanya sesakit itu untuk Rafly.

Lisa mendengar Rafly memanggilnya. Tapi rasa kecewanya terlalu besar, hingga ia tak ingin sekali pun merespon Rafly. Rasa sakit hatinya masih membekas. Selain itu, mulutnya terlalu kelu hanya untuk berdeham menanggapi Rafly. Ia tak mengerti dengan dirinya sendiri yang bahkan tak bisa berkutik.

"Lis, gue tahu kalau gue sala—" ucapan Rafly disela oleh Lisa dengan cepat. Gadis itu tau kemana arah mana Rafly bicara. Lisa tak ingin lagi mengingat yang sudah - sudah.

"—Mending lo pergi sekarang. Daripada Pak Faisal kesini terus marahin lo." potong Lisa cepat. Sebenarnya bukan kata ini yang akan ia ucapkan. Tapi kenapa malah mulutnya mengeluarkan kalimat tersebut.

Lisa merutuki kebodohannya sendiri. Harusnya ia tak mengatakan hal itu pada Rafly. Karena Rafly bisa saja menyimpulkan bahwa ia perhatian dengannya, karena takut dimarahi Pak Faisal.

Padahal, aslinya ia hanya ingin Rafly pergi dari sana dengan menakutinya. Namun, bukannya Rafly pergi, malah ia duduk di sampingnya.

Lisa membelalakkan matanya. Bagaimana bisa orang itu malah duduk di sampingnya tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Lisa akhirnya memutuskan untuk berdiri dan pergi meninggalkan Rafly. Namun baru ia akan berancang - ancang untuk berdiri, lengan kanannya dicekal oleh Rafly.

"Bentar, Lis. Gue pengen bicara sesuatu sama lo. Jangan pergi dulu. Setelah gue bicara, lo bebas mau pergi ke mana aja." kata Rafly dengan masih menatap Lisa yang memalingkan wajahnya.

Pretending Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang