Dari Lisa,
Untuk Fero.
Fer, terimakasih banyak. Karena kamu, aku tahu apa rasanya benar - benar berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang tak mudah kudapatkan.
Karena kamu juga, aku tahu bagaimana rasa pahit manisnya cinta. Bagaimana rasanya mencintai dan dicintai, rasanya menyayangi dan disayangi.
Aku selalu bersyukur pada Tuhan karena telah menghadirkan perasaan ini pasaku. Walaupun dulu kamu bahkan tak pernah mau melihat aku, tapi itu bukan alasan untuk aku menyesali perasaan cintaku ini.
Awalnya ku kira, kamu itu hanya sebuah harapan yang mungkin tak akan pernah tersampaikan. Kamu yang terlalu sempurna membuatku merasa tak akan mampu untuk bisa ku dapatkan.
Aku masih ingat jelas bagaimana gugupnya aku saat mata kita tak sengaja bertemu. Dulu, mungkin hanya aku yang merasakannya.
Aku juga masih ingat bagaimana rasanya saat kamu dengan bodohnya menggoda adik kelas hingga wajahnya semerah tomat.
Dan sialnya, itu adalah aku.
Mungkin kamu tak menyadarinya dulu. Karena kamu bahkan mengenalku saja tidak.
Aku hanya bisa melihatmu dari jauh, aku tak berani hanya untuk mendekatimu. Memperhatikan semua kelakuan lucumu dari jauh sambil tersenyum dibalik jendela kelas. Berandai - andai suatu saat, senyum di bibir kamu itu terukir karena aku.
Bukankah menjadi penggemar rahasia itu menyenangkan?
Hingga hari itu tiba.
Seolah - olah mimpiku menjadi kenyataan. Hari dimana kamu merubah semuanya.
Awalnya aku tak percaya. Tapi, itu benar - benar terjadi dan itu bukan hanya sekedar mimpi. Bukan hanya pengantar tidur yang setiap malam bersarang di pikiranku.
Tapi aku merasa ragu. Bagaimana mungkin orang sepertimu bisa mencintai aku yang biasa seperti ini? Rasanya terlalu tak mungkin. Kamu yang sesempurna itu membuatku tak ingin percaya pada kenyataan.
Aku berusaha percaya. Aku berusaha untuk tidak berpikir buruk padamu, mengingat perlakuanmu padaku yang seperti itu.
Tapi kurasa, dugaanku itu memang benar.
Itu pertama kalinya aku benar - benar dikecewakan oleh hal yang orang sebut dengan cinta.
Aku terluka. Parah.
Tapi aku memaafkanmu. Karena mau bagaimananpun, perasaanku tak pernah berubah padamu. Dirimu telah mengambil alih seluruh fungsi hatiku.
Rasa sakit itu memang ada. Bahkan membekas sampai sekarang. Tapi aku selalu percaya, jika kamu tak akan pernah mengulanginya lagi.
Sekalipun kamu melukai aku lagi, aku tak apa. Bukankah cinta itu tau kemana ia harus pulang?
Terimakasih karena kamu selalu bersamaku.
Terimakasih karena kamu tak pernah meninggalkanku barang sedetikpun, meski di luar sana banyak perempuan yang lebih baik dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretending Love [END]
Teen Fiction[Selesai Revisi] Alfero Mananta adalah seorang badboy yang digandrungi siswi - siswi SMA Jaya Sakti. Kalau kata orang, fisiknya itu sempurna. Tapi Fero bukanlah orang sempurna. Didalam, Fero mempunyai banyak masalah. Terutama masalah dengan kedua ga...