"Kadang cinta terlalu munafik. Masuk kedalam ikatan persahabatan. Lalu meninggalkannya dengan luka tersendiri."
°°°
"Dasar brengsek!"
'Bugh!'
Umpat Rafly dengan disertai tonjokan di pipi kanan Fero. Emosinya meluap setiap kali melihat wajah Fero.
"Gue selalu sabar saat lo nyakitin Lisa berkali - kali! Tapi kali ini, saat lo buat dia nangis, gue gak bisa sabar lagi!" teriak Rafly sambil memegangi kerah seragam Fero.
Fero meringis mendapat bogeman tiba - tiba itu. Tubuhnya sampai tersungkur di lantai. Bukannya dia tak bisa melawan. Bisa saja dia melawan pukulan Rafly. Hanya saja, dia sadar diri untuk mengalah karena dirinya memang bersalah.
"Raf, Udah!" pekik Lisa sambil mencoba melepaskan cengkeraman tangan Rafly pada Kerah seragam Fero. Dia takut, sungguh. Takut kalau Rafly makin menjadi dan membuat Fero kenapa - kenapa.
Ya. Rafly tadi memergokinya sedang menangis di pelukan Fero. Dan Rafly pasti sudah mengira bahwa Fero sudah berbuat yang tidak - tidak padanya.
"Lis, gue gak nyangka lo secinta itu sama cowok berengsek ini! Setelah lo disakiti berkali - kali, lo bahkan masih mau bertahan sama dia?" balas Rafly.
"Raf, udah.. Cukup.. " lirih Lisa mencoba menahan air matanya, namun semua itu percuma saja. Karena tanpa malu, air mata itu mengalir begitu derasnya.
Perlahan, emosi Rafly mereda, digantikan perasaan menyesal karena telah membentak - bentak Lisa. Air mata itu, dia tak bisa melihatnya begitu saja membasahi kedua pipi Lisa.
"Lis, gue—"
"Mending lo pergi, Raf!" sela Lisa.
Rafly meringis. Ia tau, jika sudah seperti ini, artinya Lisa marah besar padanya. Lisa memang bukan orang yang suka dengan kekerasan. Dan baru saja, ia membuat Lisa takut karena ia baru saja berbuat sesuatu yang paling Lisa benci.
Rafly menghempaskan kerah seragam Fero dengan kasar. Lalu dipandangnya Fero dengan tajam. Fero membalas tatapan Rafly tak kalah tajamnya.
"Kita memang temen. Tapi saat lo bawa - bawa Lisa, apalagi lo nyakitin dia dan buat dia nangis. Kita bukan temen lagi, Fer." bisik Rafly tepat di telinga kanan Fero.
°°°
"Arghh! Pelan - pelan, Lis!" pekik Fero saat Lisa tak sengaja menekan luka di sudut bibir kanan Fero terlalu keras.
"Maaf. " kata Lisa sambil meringis, lalu kembali mengobati luka Fero.
Lisa mengobati luka di pipi kanan Fero dengan telaten. Untungnya, Lisa adalah salah satu anggota PMR di sekolah. Jadi, ia bisa mengobati luka Fero.
Fero meringis sekali lagi saat Lisa lagi - lagi tak sengaja menekan lukanya sedikit kencang.
"Tahan ya, Fer. Pasti sakit banget." kata Lisa dengan masih mengoleskan obat merah pada luka Fero.
Fero menatap dalam wajah Lisa. Baru pertama kali ini ia memandang wajah Lisa sedekat ini. Dan Fero akui, Lisa itu cantik. Tak kalah cantik dari Neyla. Dominan manis sebenarnya.
Kulit sawo matang, mungkin karena Lisa orangnya tak suka berdandan atau facial segala macamnya itu seperti yang dilakukan perempuan pada umumnya. Karena Fero melihat wajah Lisa itu mulus dan polos. Beda dengan kebanyakan perempuan lainnya yang memilih perawatan wajah hanya untuk tampil lebih cantik.
Tapi dibalik itu, Fero akui dengan kulit sawo matang—sebenarnya hampir mendekati kuning langsat—itu, membuat Lisa semakin manis. Bibir tipis, mata bulat dengan iris cokelat serupa lelehan madu, dan satu hal lagi. Lisa memiliki lesung pipit hanya di pipi kanannya saja. Lucu sekali, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretending Love [END]
Teen Fiction[Selesai Revisi] Alfero Mananta adalah seorang badboy yang digandrungi siswi - siswi SMA Jaya Sakti. Kalau kata orang, fisiknya itu sempurna. Tapi Fero bukanlah orang sempurna. Didalam, Fero mempunyai banyak masalah. Terutama masalah dengan kedua ga...