Side Story [1]

3.3K 154 2
                                    

"Jangan terlalu benci. Ingat yang terlalu benci mungkin akan jadi terlalu cinta. Begitupun sebaliknya."

°°°

Kina Rafly Side

Rafly masih berjalan dengan santai sambil memandang Kina yang tengah mengomel tidak jelas di depannya. Telinganya sampai sakit mendengar gerutuan Kina yang tak bisa dibilang lbut itu. Namun baginya, melihat Kina yang sedang marah - marah adalah sebuah hiburan paling menyenangkan untuknya.

"Ngapain lo pake senyum - senyum segala? Seneng lo kita dihukum bersihin toilet?! Ini gara - gara lo, ya! Pake acara ngejar gue segala. Gue jadi nabrak Pak Yoyo!" kata Kina sebal tepat didepan muka Rafly.

Rafly malah semakin menarik senyumnya. "Kan biar bisa dua - duaan kita. Pak Yoyo emang pengertian banget biar kita deketan terus." kata Rafly tenang sambil bersedekap.

"Mata lo dua - duaan! Ogah banget gue dua - duaan sama lo." sentak Kina sambil membawa beberapa peralatan kebersihan untuk membersihkan toilet di Jaya Sakti. Sebenarnya ia sangat malas, namun mau bagaimana lagi kalau ini sudah hukumannya.

Tadi siang setelah dari kantin, Rafly malah mengerjainya dengan menakut - takutinya dengan ulat bulu besar berwarna abu - abu dengan bulu yang sangat lebat. Entah Rafly dapat dari mana. Hey, segalak - galaknya Kina, ia sangat takut dengan makhluk bernama ulat bulu.

Dan, pada akhirnya terjadilah aksi kejar - kejaran antara Kina dan Rafly di tengah ruwetnya persiapan sekolah untuk festival besok siang. Bukannya membantu para pengurus keguatan, mereka malah mengacaukan persiapan.

Tanpa Kina sadari tadi karena saking takutnya dia, hingga berlari seperti kesetanan dan tak melihat jalan, ia malah menabrak Pak Yoyo, alias cleaning service Jaya Sakti yang sedang mengepel toilet guru. Sialnya, kejadian itu dipergoki langsung oleh Pak Bowo—wakil kepala sekolah. 

Jadilah karena Pak Yoyo sakit punggung karena kepleset, Kina dan Rafly dihukum untuk menggantikan tugas Pak Yoyo. Yaitu membersihkan seluruh toilet yang ada di Jaya Sakti.

"Raf, bantuin! Enak aja lo malah enak - enakan berdiri dibelakang gue! Gak tau apa ini berat embernya! Gue cewek, Raf. Gak kuat angkatnya. Angkatin, kek." keluh Kina.

Rafly mengedikkan bahunya berpura - pura acuh. Padahal dalam hatinya ia juga merasa kasihan pada Kina yang harus mengangkat peralatan pel itu sendirian. Tapi biarkan saja. Rafly hanya ingin melihat wajah marah Kina yang menurutnya sangat lucu. "Siapa tadi yang nabrak Pak Yoyo?" tanya Rafly.

Kina menatap Rafly dengan tatapan polosnya yang demi Tuhan membuat Rafly gemas sendiri melihatnya. "Gue." katanya bingung sambil menunjuk dirinya sendiri.

Mati - matian Rafly menahan kekehan geli melihat wajah bingung Kina."Jadi, yang seharusnya dihukum siapa?" tanya Rafly lagi.

Lagi - lagi Kina berpikir. "Gue, sih." katanya Lagi.

"Ya udah. Jadi, lo aja yang bersihin. Kan yang dihukum lo, bukan gue. Gue mau pulang. Kan gue gak nabrak Pak Yoyo." kata Rafly lalu menepuk puncak kepala Kina, dan berjalan meninggalkan Kina.

Sebentar. Kina merasa ada yang aneh di sini.

Sedetik kemudian ia menepuk dahinya, bahru menyadari kalau Rafly baru saja membodohinya. "Rafly sialan! Kan dia yang nakut - nakutin gue terus gue lari dan akhirnya nabrak Pak Yoyo! Jadi dia juga salah! Kok gue goblok banget sih bisa digoblokin sama Rafly!" katanya sambil menunjuk Rafly yang berjalan santai melewati koridor.

"Raflyy!! Berhenti, gak lo!" teriak Kina sambil berlari mengejar Rafly.

Rafly berpura - pura tak mendengar teriakan Kina. Ia tahu, kalau Kina sekarang sedang mengejarnya. Biarkan saja. Ia ingin melihat Kina memohon padanya.

"Lo budek atau gimana? Gue panggilin gak nyaut - nyaut! Woy! Budek ya, lo!" teriak Kina dibelakang Rafly yang masih berjalan santai dan tak menghiraukan Kina yang marah - marah sendiri.

Dan tanpa Kina duga sebelumnya, tiba - tiba saja Rafly membalikkan badannya menghadap ke arahnya. Hal itu membuat Kina yang berlari tak siap untuk berhenti berlari dan tanpa ia sadari, menabrakkan dirinya sendiri pada dada bidang Rafly.

Bruk!

Tubuh Kina menghantam tubuh Rafly. Kina menutup matanya rapat - rapat. Takut - takut ia terjatuh. Namun tidak ada yang terjadi. Kina masih belum sadar jika dia menabrak dada Rafly.

Kina membuka matanya. Tubuh mungilnya direngkuh oleh Rafly. Atau lebih tepatnya dipeluk? Kina pun tak tahu.

Ia mendongakkan kepalanya. Iris matanya bertemu dengan iris mata Rafly yang—menenangkan? Entahlah kenapa jantung Kina berubah menjadi berdegup kencang begini. Seingatnya, Kina tak pernah mempunyai riwayat penyakit jantung.

Cukup lama mereka dengan posisi seperti itu. Hingga Kina tersadar, dan langsung mendorong dada Rafly dengan gugup.

"Modus lo!" maki Kina sambil merapikan bajunya. Mengalihkan wajahnya yang memerah sempurna.

"Yang peluk gue duluan siapa? Lo kan?" balas Rafly sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Y—ya—"

"Ngapain ngejar gue?" tanya Rafly dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Y—ya biar lo tanggung jawab, lah! Masa gue sendiri yang bersihin semua toilet? Kan lo juga yang nabrak Pak Yoyo. Lo gak kasihan sama gue, cewek cantik gini disuruh bersihin toilet sendirian." kata Kina.

"Kalau gue gak mau, gimana?" Rafly menampilkan mimik wajah menyesalnya.

Mata Kina suksek membulat. "Rese lo! Harus mau! Gila aja gue sendirian yang kena hukuman. Padahal lo juga dihukum." balas Kina.

"Gue mau bantuin lo. Tapi ada syaratnya." sela Rafly.

"Belagu lo pake syarat - syarat segala!" sentak Kina sebal.

Rafly mengendikkan bahunya. "Ya, kalau lo gak mau juga gak masalah, sih! Gue juga gak rugi, kok." kata Rafly lalu berancang - ancang meninggalkan Kina.

"Eitssss!" Kina menahan lengan Rafly. "Iya. Kalau gitu, apa syaratnya?
" tanyanya malas.

Rafly melirik pergelangan tangannya yang dicekal Kina. "Udah berani pegang - pegang gue, nih?" katanya sambil menaik turunkan kedua alisnya sambil menatap Kina.

Sontak Kina melirik tangannya yang tengah memegang lengan kanan bawah Rafly. Sedetik kemudian ia menyentakkan tangan Rafly. "Najis gue pegang - pegang, lo! Ta-tadi refleks aja." katanya. "Apa syaratnya buruan! Keburu malam, nanti." lanjutnya.

"Nanti lo harus pulang bareng gue." kata Rafly santai.

"Hah? Gak bisa gitu dong!" elak Kina.

"Harus bisa lah, kalau lo mau gue bantuin. Kalau enggak ya—"

"Kalau gue gak mau?"

"Ya, gue gak bakal bantuin lo, lah."

Kina nampak berpikir. Apa ia terima saja? Lagipula, ia tak sanggup kalau melakukan hukuman ini sendirian.

"Oke! Tapi anterin gue pulang aja. Gak lebih!" katanya.

"Deal!" balas Rafly lalu berjalan mendahului Kina menuju toilet.

"Sabar, Kin. Ini ujian. " kata Kina sambil mengelus - elus dadanya.


(TBC)

Hehehe. Btw, iseng aja buat side storynya Kina sama Rafly.

Gak tahu, lucu aja si Kina sama Rafly. Aku jadi pengen buat side story mereka berdua.

Kayanya, side storynya gak hanya ini. Bakal ada dua atau tiga part lagi side storynya Kina sama Rafly.

Pretending Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang