Tipe Pengawas Ujian

2.4K 260 18
                                    

Pengawas Hobi Jogging

Eren melihat sekelilingnya, juga sesekali melihat ke arah Mikasa yang duduk di seberangnya. Mikasa yang sadar dirinya diamati pun menoleh lalu mengangkat alisnya, mengisyaratkan ada apa?

Gaya emang si Mika. Mentang-mentang udah bisa naik-turunin satu alis doang.

Eren mengecek lembar jawabnya, memeriksa nomor berapakah yang belum ia isi?

"Mik, nomor duasatu sampe limapuluh." bisiknya.

Si Eren bego emang.

Mikasa melihat lembar jawabnya, lalu memberi jawaban pada Eren melalui jari.

Itu loh, yang satu jari artinya A, dua jari artinya B, dan seterusnya.

"Ehem!"

Eren membeku di tempat mendengar deheman itu. Pelan-pelan ia menoleh ke belakang. Pak Pengawas Gendut rupanya sudah berdiri di belakangnya.

Buset. Perasaan dia udah keliling nih kelas enam kali. Tuh pengawas mau periksa apa latihan keliling ka'bah?

***

Pengawas Cuek

Erwin bersyukur saat melihat siapa yang akan mengawasi ruangannya saat ujian semester kali ini. Bu Dian namanya.

Selain cantik, Bu Dian juga termasuk guru yang cuek pada sekelilingnya. Sehingga dapat membuat Erwin cuci mata dan mencontek dengan mudah.

Rezeki emang nggak kemana.

"Woi, Lev!" Erwin berbisik dengan nada tinggi, Levi pun menoleh, "Uraian nomor satu sampe lima, dong."

Erwin merobek salah satu lembar soal, lalu menuliskan nomor satu sampai lima. Setelah itu, ia melempar kertas itu ke arah Levi.

Lo bego banget sih, Win? Soal kek gini aja nggak bisa.

***

Pengawas Diam-Diam Menghanyutkan

Setelah menyoroti Eren dan Erwin, mari kita berpindah ke Connie.

Sebetulnya, kini Connie tengah dilanda gegana. Gelisah, galau, merana.

Kenapa? Karena pengawasnya saat ini berwajah seram. Ditambah lagi, beliau merupakan guru dari SMA sebelah. Mana tau karakternya kayak gimana, 'kan?

Connie melihat sekitar. Rupanya teman-temannya banyak yang bertukar jawaban. Yah, meski pengawasnya itu berwajah seram, daritadi ia juga tak memalingkan pandangan dari koran.

Connie merogoh laci, perlahan membuka buku paket Sejarahnya dan memangkunya di atas paha. Ia melihat soal, lalu membolak-balikkan buku paketnya. Setelah mendapat jawaban, ia pun segera menorehkan pena di atas kertas.

Di luar dugaan, pengawas itu diam-diam menyeringai melihat aksi para murid, terutama Connie. Ia mengambil pena, lalu menuliskan sesuatu pada sebuah kertas yang biasa disebut berita acara.

Setelah itu, pengawas tersebut mengambil ponselnya lalu mengirim pesan ke seseorang.

Ting! Tong! Ting! Tong!

"Maaf untuk Bapak/Ibu Pengawas dan juga anak-anakku sekalian. Ada sedikit pengumuman. Untuk Connie Springer dan Jean Krischtein dari kelas 2-C, dimohon setelah ujian berakhir menemui Bapak Keith di ruang kepala sekolah. Terimakasih."

Mendengar pengumuman itu, bulu kuduk Connie dan Jean--yang juga melakukan hal serupa--berdiri. Connie menoleh ke arah pengawas.

Ngapa lo senyum-senyum njir, Pak?! Jahat bener dah lo!

***

Pengawas Ramah

Christa keringat dingin. Jantungnya saat ini tengah berdegup kencang.

Tidak, saat ini ia tidak tengah cemas menunggu pujaan hati. Tetapi, cemas menunggu Sang Pengawas yang tak kunjung menunjukkan diri.

Sret!

Seluruh pasang mata menoleh ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka, namun tak ada satu orang pun. Christa semakin takut dibuatnya. Perlu kalian ketahui, Christa ini sangat takut terhadap hantu.

"Ah, maaf, Nak. Ibu baru selesai makan." Seorang wanita paruh baya yang mengenakan seragam PNS memasuki ruangan. Ia merobek amplop besar berwarna cokelat, lalu mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam amplop itu.

Wanita itu membagikan kertas-kertas itu pada seluruh remaja di kelas ini. Setelah selesai, ia melangkah menuju pintu.

"Ibu mau ke kamar mandi bentar. Kalau mau nyontek, gapapa, asal jangan ribut."

Sorakan bahagia muncul dari seluruh siswa. Saat ulangan Matematika, diperbolehkan menyontek? Bukankah ini berita membahagiakan?

***

Pengawas Greget

Setelah melihat pengawas yang ramah, kita akan disuguhkan pada pengawas yang super duper greget.

Ingatkah kalian pada Pak Sugiyono?

Kini Pak Sugiyono kembali hadir, sebagai pengawas ujian ruang 28, kelas Armin.

Pak Sugiyono berdiri gagah di ambang pintu kelas, "Kalian baris dulu di depan!"

Baris kenapa sih?

Ngerepotin aja nih duda satu.

Mereka pun menurut, daripada disuruh yang tidak-tidak. Armin sebagai ketua kelas diperintah memimpin barisan, "Hm ... periksa kelengkapan!"

Mampus gue ga pake dasi!

Atribut gue ga lengkap anjir!

Ungkapan hati teman sekelas Armin disampaikan melalui ekspresi memelas, yang tentu saja ditujukan pada Armin.

Armin tentu saja peka akan kode tersebut. Ia pun tersenyum lebar. Gue juga ga pake dasi sama sabuk, kampret!

"Armin Arlert!" seruan Pak Sugiyono menggema di seluruh penjuru sekolah, saking menggelegarnya.

"Y-ya, Pak?"

"Kamu periksa tema--" ucapan Pak Sugiyono terpotong tatkala melihat penampilan Armin, "Apa-apaan kamu ga pake dasi sama sabuk. Udah gitu celananya pendek, kaos kaki item. Rambut gondrong lagi!" Pak Sugiyono kemudian menarik Armin ke suatu tempat, "Kalian yang atributnya ga lengkap, ga boleh ikut ulangan!"

Semuanya bersorak gembira dalam hati. Alhamdulillah ga ada ulangan fisika.

Armin terkejut saat Pak Sugiyono ternyata membawanya ke salon depan sekolah. Pak Sugiyono menyerahkan Armin kepada salah satu petugas salon.

"Tolong botakin rambut dia."

Armin menganga mendengarnya. Benang harapannya yang sudah ia panjangkan sejak kecil, dihabisi begitu saja?!

---

Manakah tipe pengawas yang sering menjaga ruanganmu saat ujian?

Armin : Eh njir kok gue dibotakin sih. Ga terima gue

Seia : Gapapa kali. Gans tau lu botak kek gitu

Attack on Line!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang