Request dari juniitaaa_
---
P.S : Mengandung unsur keyaoian dan sedikit "uh ah ser". Bagi yang benci sama yaoi, jangan dibaca nanti jijik sendiri :'v
---
Erwin memasuki kelasnya dengan santai. Ia membalas sapaan teman-temannya dengan senyum tipis.
Erwin meletakkan tasnya di atas meja, kemudian meletakkan kepala di tasnya. Ia melirik jam dinding yang bertengger manis di depan kelas.
Pukul 07.15.
Dan Levi belum datang?
Tok! Tok! Tok!
Di ambang pintu terdiri seorang gadis cantik bersurai hitam, "Permisi."
Erwin mengenal suara itu. Dengan segera Erwin mendongak dan berusaha menguping apa yang ia bicarakan dengan salah satu temannya.
Tidak, bukan karena suka.
Tapi, karena gadis itu datang ke kelasnya hanya saat ada hal penting yang berkaitan dengan Levi.
"Levi hari ini tidak berangkat karena sakit," ujar gadis itu. Ia menoleh ke arah Erwin, "Erwin, kau ditunggu Levi sepulang sekolah di rumahnya."
Erwin mengangguk. Pikirannya melayang jauh memikirkan alasan Levi memanggilnya ke rumah.
***
Erwin membereskan barang-barangnya lalu menuju bangku sekretaris kelas, Petra Ral.
"Petra, aku mau menjenguk Levi. Katakan pada semua orang nanti."
Petra menatap Erwin curiga, "Bukankah bisa nanti sepulang sekolah?"
"Terlalu lama!" sentak Erwin, "Aku khawatir padanya."
Petra menghela napas. Hal ini sudah biasa terjadi jika di antara Levi atau Erwin tidak berangkat, salah satunya pasti akan izin saat istirahat.
Tapi, tetap saja ini menyebalkan. Izin saat istirahat pertama? Enak saja.
"Baiklah, terserah kau."
***
Tok! Tok! Tok!
Pintu yang terbuat dari kayu jati itu diketuk oleh Erwin.
Erwin tersenyum lega begitu melihat Levi yang membuka pintu. Ia segera menghambur ke dekapan Levi.
Levi membalas pelukan hangat dari Erwin dan tersenyum, "Ayo masuk."
Erwin dan Levi melangkah bersama. Erwin duduk di sofa dan melanjutkan game playstation yang dimainkan Levi. Sementara Levi sedang membuat teh untuk Erwin.
"Ini tehnya." Levi meletakkan secangkir teh di hadapan Erwin kemudian menatap Erwin yang tengah bermain, "Kau lebih jago dariku."
Erwin menggeleng, "Tidak, kau yang lebih jago karena telah mengajariku."
Levi duduk di samping Erwin. Kepalanya ia letakkan di atas bahu Erwin, "Hei, Erwin."
Erwin menoleh dengan senyuman, "Ya?"
"Cium aku."
Hening.
Erwin diam membeku mendengar ucapan Levi.
Levi diam menunggu respon.
"Kenapa tiba--"
"Kenapa kau tidak mau melakukannya?" Sorot mata Levi yang tajam itu menusuk Erwin, "Kau lebih milih Eren, adik kelas itu?"
"Apa maksudmu?"
"Ada skandal tentang kau dan dia berciuman."
Levi membuka ponselnya. Ia kemudian memperlihatkan sebuah foto di mana Erwin dan Levi tengah menyatukan bibir mereka.
Erwin menghela napas. Ia tidak berpikir bahwa anak zaman sekarang dapat dengan mudahnya menyimpulkan sesuatu tanpa mencari kebenarannya dulu.
"Itu tidak sengaja," ucap Erwin.
"Jika tidak sengaja, buktikan melalui ciumanmu padaku."
Erwin menyerah. Ia tak akan pernah bisa membujuk Levi yang tengah merajuk.
"Tapi, aku ingin kau melakukannya karena dorongan pada dirimu sendiri," sambung Levi, "bukan karena paksaan dariku."
Erwin tersenyum. Ia menidurkan Levi di atas sofa, sementara dirinya berada di atas Levi.
Erwin menatap Levi lekat-lekat. Wajah tanpa ekspresi itu merebut atensi semua orang.
Tanpa ekspresi, namun rupawan.
Erwin mendekatkan wajahnya ke wajah Levi, hingga akhirnya bibir mereka bersatu. Keduanya tampak menikmati ciuman itu.
Semakin lama, ciuman itu berubah menjadi lumatan.
"Ahh.."
Erwin melepaskan tautan bibir mereka. Benang saliva tipis hadir saat kedua bibir itu terpisah.
"Aku mencintaimu, Levi." Erwin berbisik tepat di telinga Levi.
Levi mengangguk dan tersenyum, "Aku juga mencintaimu."
---
Aaaaaaaa Daddy sama Leviiii
*jerit" ala fujo*
Maapkeun FFnya jika kurang memuaskan dan kurang menggairahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on Line!
FanfictionBerisi cerita-cerita para tokoh Attack on Titan dalam aplikasi sosial media bernama "Line". Note : karakter tokoh sengaja diubah demi kesuksesan dalam menghibur para pembaca. Baca juga sequel cerita ini, Attack on Line! - Book 2. I'm not the own of...