Request dari Rnd_7703
Maap reqnya baru keanu, Seia baru buka kolom request :3
---
Banyak orang yang beranggapan bahwa jatuh cinta terhadap sahabat sendiri itu menyiksa diri. Bagaimana tidak? Di sisi lain, kau ingin ia mengetahui apa yang kau rasa. Di sisi lainnya, kau takut ia menolakmu dan persahabatan yang kalian bangun sejak lama itu perlahan pecah.
Hanji tertawa kecil memikirkan hal itu. Ah, kenapa aku jadi berpikir seperti itu?
Hanji bangkit dari kursinya. Ia berjalan menuju ruang kerja di mana Levi berada, "Permisi!"
"Masuk."
Hanji melangkah masuk. Tanpa disuruh, ia segera duduk di kursi di depan Levi. Tangannya membuka map yang sedaritadi ia genggam.
"Hei, Levi."
"Hm?"
"Kau ini sejak kecil sama sekali belum ada perubahan," Hanji menghela napas kasar. Ia meletakkan beberapa kertas yang berisi dokumen penting di meja Levi, "Ini berkas yang kauminta."
Levi menatap Hanji sejenak, lalu kembali berkutat dengan laptopnya, "Lebih baik tidak melakukan perubahan, daripada perubahan itu tak berguna."
Kedua alis Hanji berkedut. Ia merasa tersinggung mendengar perkataan Levi, "Setidaknya kau butuh perubahan. Kau ini hidup tidak hanya sekali, Bodoh."
"Hidup hanya sekali, Hanji."
Hanji tertawa, "Jika hidup hanya sekali, sudah pasti semua orang akan langsung mati setelah dilahirkan."
"Kau bodoh sekali dalam menafsirkan kata pepatah."
"Setidaknya, pendapatku ini ada benarnya, 'kan?" Hanji tersenyum seraya menopang dagu dengan tangannya.
***
Hanji menelusuri jalanan di sudut kota. Jalan itu memang sepi, tapi perasaan ini muncul kembali saat melewati jalan ini.
Di ujung jalan, terdapat sebuah taman. Itulah tujuan Hanji melangkah saat ini.
"Ah, kau sudah sampai." ucapnya saat melihat Levi berdiri di sebuah pohon sakura.
"Kau lama."
Hanji ikut serta menatap pohon sakura itu. Ia tersenyum lembut, "Pohon ini penuh kenangan, bukan?"
***
Flashback, 4 April 20xx
Di sebuah taman terdapat empat orang anak kecil. Dua laki-laki, dua perempuan.
Kedua anak perempuan itu duduk bersebelahan di sebuah ayunan. Sedangkan dua anak laki-laki itu duduk berdampingan di sebuah bench dekat pohon sakura.
"Levi, Levi." Anak lelaki bersurai pirang itu menepuk bahu temannya beberapa kali, "Kau tahu? Episode baru Ultraman akan tayang besok!"
Mendengar acara favoritnya disebut, anak bersurai hitam legam yang bernama Levi itu menatap temannya, "Benarkah, Erwin?"
Erwin mengangguk penuh semangat, "Aku juga sudah melihat trailernya. Tokoh utamanya itu keren!"
Erwin berdiri. Ia tampak mempraktekkan beberapa gerakan dalam pencak silat, "Di trailernya itu, Sang Tokoh Utama bergerak seperti ini, seperti ini, dan seperti ini. Ah, kerennya!"
Levi menatap Erwin datar. Aku belum pernah melihat trailer Ultraman. Ultraman sekarang memiliki trailer?
Erwin menepuk bahu Levi, "Suatu saat, kita akan menjadi Ultraman yang menyelamatkan dunia!"
Levi mengangguk dengan polosnya, "Um!"
Dari arah ayunan, terlihat Hanji berlari seraya memutar-mutar sebuah sepatu milik seseorang. Ia tertawa keras.
"Lemparan tornado!" Hanji melemparkan sepatu itu ke arah pohon sakura. Bingo! Sepatu itu terjebak tepat di sebuah dahan pohon, "Aksiku hebat, 'kan?"
"Hanji, kembalikan sepatuku!" rengek seorang anak perempuan berambut orange.
"Aku tidak bisa memanjat, Petra." Hanji menatap Levi dan Erwin bergantian, "Biarkan saja seperti itu. Untuk kenang-kenangan, bukan begitu?"
***
Hanji tertawa keras saat menangkap kembali memori di masa kecil. Sedangkan Levi, ia tampak bergidik ngeri, meski tidak begitu terlihat.
Hanji menatap Levi penuh arti, "Apa kau masih ingin menjadi Ultraman, Levi?"
"Berhenti mengingatkan hal itu!"
Hanji menunjuk wajah Levi yang tampak memerah, "Lihat? Kau malu! Lucu sekali!"
"Diamlah!" bentak Levi. Ia menatap Hanji serius, "Aku memanggilmu bukan untuk diejek seperti ini."
"Lalu, untuk apa?"
"Hanji, kau menyukaiku, 'kan?"
Skakmat, Hanji!
Kedua bola mata Hanji terbelalak. Darimana Levi tahu?
"Hah? T-tidak mungkin." Hanji menepuk-nepuk punggung Levi seraya tertawa renyah.
Levi mengusap punggungnya, sakit bro. "Jujur saja."
Hanji terdiam selama beberapa saat. Ia meremas kedua tangannya, "Ya, aku menyukaimu."
"Bagaimana kalau kita menikah?"
"Ya, oke--eh? Apa? Menikah?!" Hanji berseru heboh. Demi apa Levi tiba-tiba melamarnya di tempat yang tidak elite ini?
"Aku serius."
---
Sekali lagi, maaf kalau reqnya baru terkabul, Seia baru buka kolom request-an :'v
Maap ga memuaskan :3
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on Line!
Fiksi PenggemarBerisi cerita-cerita para tokoh Attack on Titan dalam aplikasi sosial media bernama "Line". Note : karakter tokoh sengaja diubah demi kesuksesan dalam menghibur para pembaca. Baca juga sequel cerita ini, Attack on Line! - Book 2. I'm not the own of...