Req dari azrinazahra25, EdogawaFadhil
---
Seorang gadis bersurai hitam legam menyusuri trotoar seorang diri. Sesekali ia melihat kanan-kiri, hanya untuk menghilangkan rasa bosan.
Ia terus berjalan tak tentu arah, tak sadar bahwa langit mulai menghitam. Bulan pun mekar, matahari layu.
Ia mendongak begitu mendengar guntur. Ia mempercepat langkah setelah memprediksi bahwa malam ini akan turun hujan.
Langkahnya terhenti begitu manik hitam yang selaras dengan surainya itu menangkap sebuah cafe. Cafe yang baginya menyimpan banyak kenangan.
Sesak menelusup ke dalam dada saat ia berjalan ke arah cafe itu. Ia membuka pintu perlahan, kemudian melihat ke seluruh penjuru ruangan.
Ia sedikit kecewa saat orang yang ia tunggu-tunggu belum juga menepati janjinya untuk mengunjunginya kembali di cafe ini. Namun, kedua matanya membelalak terkejut saat melihat seseorang. Ia pun menghampiri tempat orang itu.
"Armin?"
Sang pemilik nama mendongak lalu mengukir senyum tipis, "Oh, hai, Mikasa."
Mikasa mengambil tempat duduk di depan pria pirang itu, "Apa yang kau lakukan di sini?"
Armin terdiam. Ia mengetuk meja beberapa kali, "Hm, hanya bersantai."
Mikasa mengamati wajah Armin lamat-lamat. Wajah pria itu tampak mencurigakan, seperti tengah menyembunyikan sesuatu. Tapi, masa bodohlah, pikir Mikasa. Toh, yang disembunyikan belum tentu tentang orang yang selama ini ia tunggu, 'kan?
"Sudah lama sekali kita tidak bertemu, ya?" Armin yang sadar akan kecurigaan Mikasa mengalihkan topik pembicaraan.
Mikasa hanya berdehem singkat sebagai jawaban.
"Bagaimana karirmu?"
Mikasa menopang dagu, menatap rintik hujan yang mulai berjatuhan melalui jendela, "Ya, begitulah."
"Eren di mana?" Mikasa bergumam pelan, namun masih dapat didengar oleh Armin.
Armin kini melakukan hal yang sama dengan Mikasa, menatap rintik hujan. Ia diselimuti oleh rasa bersalah.
Keduanya sibuk menyelam dalam pikiran masing-masing.
"Aku ke toilet sebentar."
Mikasa hanya mengangguk menanggapi ucapan Armin. Setelah Armin pergi, ia melirik eskrim milik Armin yang tergeletak di atas meja.
"Armin, aku minta." ucap Mikasa bermonolog. Ia mencolek eskrim coklat itu dengan jari telunjuknya kemudian menghisapnya.
Nakal memang.
Sebuah pop-up berisikan sebuah pesan yang muncul di ponsel Armin--yang tak sengaja tertinggal--menarik perhatian Mikasa.
Ia kemudian memutuskan untuk membuka ponsel Armin, yang untungnya tidak dikunci oleh password atau semacamnya.
Bocah Hamburger Keju
Sampaikan salam untuk MikasaKedua bola mata Mikasa membelalak tak percaya. Tidak, bukan karena rename kontak itu. Tapi, pengirim pesan itulah orang yang selama ini ia nanti-nanti kehadirannya.
Rasa penasaran membuat Mikasa terus men-scroll, membaca semua pesannya, "E-Eren kembali?"
Armin yang menangkap air muka Mikasa dari kejauhan segera mengetahui apa yang terjadi. Ia mempercepat langkahnya menuju tempat duduknya.
Mikasa segera mendongakkan kepalanya saat mendengar Armim berdehem, "Armin, Eren kembali? Kenapa ia tidak memberitahuku? Kenapa ia mengancammu agar tidak memberitahukan kedatangannya padaku?"
Armin mengepalkan tangannya erat-erat, tak mampu melontarkan satu kata pun.
Mikasa yang tak menerima balasan apapun dari Armin segera berlari meninggalkan cafe. Tak ia hiraukan Armin yang menyerukan namanya.
***
Mikasa terus berlari membelah lautan manusia. Hujan deras disertai guntur pun tak ia gubris ekstistensinya.
Dalam hatinya, ia merutuki keadaan. Sebab kenangan berharga selalu terpahat saat hujan. Hujan pula yang membuat seluruh kenangan yang hampir tenggelam itu kembali menggenang, membanjiri pikirannya.
Saking cepatnya Mikasa berlari, ia sampai bertubrukan dengan seseorang. Mikasa hendak kembali berlari, namun orang itu mencekal tangannya dan menariknya ke dalam dekapan hangat.
Mikasa membelalak terkejut. Aroma orang itu sama persis dengan orang yang ia rindukan. Mikasa mendongak perlahan. Seketika air mata yang ia tahan langsung tumpah ruah tanpa ia harapkan.
"Hai." sapa orang itu, "Kenapa kau hujan-hujanan begini?"
Mikasa berterimakasih kepada hujan. Karenanya, air matanya kini tak terlihat, menyatu dengan tetesan air hujan yang membasahi wajahnya.
"Halo." sapa orang itu kembali, masih dengan senyum yang sama.
Hancur sudah pertahanan Mikasa. Ia memeluk pria itu lalu menumpahkan air matanya pada dada bidang pria tersebut, "Aku merindukanmu, Eren."
Senyum Eren memudar. Ia mengusap puncak kepala Mikasa dengan lembut, "Maaf membuatmu menunggu."
Mikasa menggeleng pelan, ia mendongak lalu tersenyum tipis, "Okaeri."
Senyum Eren terbentuk tak lama kemudian, "Tadaima."
---
Seia kembali setelah bertempur melawan ujian /ga nanya
Seia mau coerhadh ah
UN MTKNYA SUSAH BANGET OIIII /lu aja yang bego
Btw, yang reqnya belum terpenuhi, tagih aja. Kalau ga ditagih, takutnya kelupaan /ditampol
Okeh, dadah~
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on Line!
FanfictionBerisi cerita-cerita para tokoh Attack on Titan dalam aplikasi sosial media bernama "Line". Note : karakter tokoh sengaja diubah demi kesuksesan dalam menghibur para pembaca. Baca juga sequel cerita ini, Attack on Line! - Book 2. I'm not the own of...