Ciiiiiitttt..
Mobil shila berhenti tepat di depan kos yang dihuni gwen, ia menekan tombol ponselnya dengan cepat, mengirim pesan agar gwen lekas keluar kos dan menemuinya.
"Shila.. shilaaaa.." tak lama berselang, gwen mengetuk kaca mobil shila.
"Pergi ke rumah jordano sekarang juga." Tambah gwen masih dengan nafasnya yang memburu.
"Jordano? Siapa itu?"
"Jalan garuda, cepet shil."
Rasa panik membantu shila bergerak cepat, entahlah siapa jordano pikirnya, tapi sudah jelas gwen takkan ceroboh memutuskan hendak pergi kemana.
Dalam perjalanan, ia menjelaskan bahwa jordano adalah temannya, yang berasal dari jalan delima, ia penduduk asli setempat yang kini pindah ke jalan garuda.
Mengenal jordano setahun belakangan, ia hampir lupa tentang hal itu. Sifat jordano yang pendiam, bahkan jarang sekali ditemui berinteraksi dengan orang luar membuat gwen awalnya ragu untuk mendatanginya.
"Ini adalah jalan satu-satunya, jordan pasti tau sesuatu tentang jalan delima." Gwen mengakhiri praduganya.
"Lalu gwen? Kunti yang kamu maksud?"
Mereka terdiam, mata gwen sedikit melirik ke kiri dan kanan, memastikan ia tak melihat apa-apa di sampingnya.
"Kuntilanak itu mendekatiku, dia duduk di ujung pintu sambil menangis."
Menangis? Lagi? Kenapa setan-setan ini cengeng sekali?-----pikir shila.
"Lagian sore-sore gentayangan, dia gatau apa kalo jam gentayangan itu harusnya tengah malem? Gak profesional banget jadi setan!" Gerutu shila kesal.
"Shila, jaga bicaramu. Mereka bisa aja ada disekitar kita."
Shila mendelik, dia hampir lupa bahwa makhluk seperti itu bisa muncul tiba-tiba dan dimana saja.
**
Jordano S
Sebuah papan plakat terpampang di dinding luar rumah besar itu, rumah tiga lantai dengan nuansa brown yang kental, pagarnya hitam menjulang tinggi, ada sebuah patung besar di bagian depan rumah, ini bukan lagi mewah, tajir banget ini sih!
"Permisi.." gwen menekan tombol bel di sisi kanan rumah.
"Halloooo.." shila mengikuti.
Untuk beberapa saat, rumah itu masih sunyi, semua lampu padam, tak ada tanda kehidupan.
Krietttt.. suara pintu dibuka pelan, pintu besar itu mulai terlihat cela nya. Seorang lelaki perlahan-lahan muncul dari belakang pintu. Wajahnya yang tampan, kulitnya yang putih serta hidungnya yang mancung.
"Jordan.." gwen tersenyum tipis.
Tapi lelaki itu hanya memicingkan alisnya, agaknya ia berusaha mengingat-ngingat apa ia mengenal gwen atau tidak.
"Aku gwen, gwendiska." Dari raut wajahnya, gwen betul-betul mengharap ia tak dilupakan.
"Ooh.." laki-laki itu tersenyum. "Masuklah gwen" tambahnya sembari membuka pintu lebih lebar.
Didalam ruang tamu itu, terlihat guci-guci antik, sofa panjang dan meja kaca, semua tampak rapi dan tetap ada dalam nuansa cokelat.
Tapi untuk ukuran rumah sebesar itu, harusnya ada foto-foto keluarga yang terpajang, tapi disini tidak, dindingnya hanya terhias foto-foto jordan dengan ukuran yang besar.
"A-apa....." shila masih menggantung kalimatnya.
"Aku tinggal sendiri. Jangan heran kalo tidak ada apapun dirumahku." Jordan menyauti seolah ia bisa membaca pikiran shila dengan amat baik.
Shila hanya terdiam, mereka duduk berjajar di sofa panjang, jordan menghela nafas sambil menyalakan puntung rokoknya.
"Jordan, kita kesini mau tanya sesuatu.." gwen mulai membuka obrolan untuk menjabarkan tujuannya.
"Apa yang mau kau tanyakan?"
"Tentang supermarket SS"
Suasana hening sejenak, jordan terdiam, shila dan gwen pun semakin deg-degan.
"Supermarket ss ya?" Jordan berhenti, mematikan rokok yang baru beberapa kali ia hisap.
"Supermarket SS, adalah supermarket yang sangat lama, milik keluarga Shasimley, aku tak tau persis. Tapi keluarga itu tiba-tiba menghilang, lalu supermarket yang juga rumah bagi mereka itu lambat laun tak terurus."
"Tak terurus? Lalu barang dagangannya?"
"Aku kurang tau, mungkin di ambil warga sekitar."
"Apa kau tau hal lain?" Shila berusaha mengorek informasi
"Tidak. Hanya itu. Sampai sekarang mereka tidak di temukan, polisi sudah mencari tapi tetap tidak ditemukan."
Shila merasa ia sedikit mendapat informasi, tapi belum semuanya. Ia benar-benar harus tau kenapa malam itu ig story nya berubah menjadi menyeramkan.
"Jordan, apa kau tau salah satu keluarga mereka yang mungkin masih ada? Kerabat jauhnya?"
"Tidak, aku tidak terlalu dekat dengan keluarga itu. Keluarga yang sombong."
Sombong? Apa maksudmu?---- shila berusaha menahan rasa penasarannya.
Mata jordan yang menerawang jauh, menuntunnya untuk terus bercerita, bahwa keluarga itu adalah keluarga yang sombong, yang sangat jarang bergaul dengan orang lain, hanya karena mereka kaya raya dan yang lain tidak.
Haruskah kupercaya kalimatnya? Shila hanya mengangguk-angguk, seolah ia memahami padahal tidak.
"Baiklah, terimakasih jordan, aku beharap semuanya segera selesai." Shila hendak beranjak dari tempat duduknya.
"Ku sarankan jauhilah, daripada kalian kenapa-kenapa."
Langkahnya terhenti, ia melirik ke arah jordan sejenak lalu pergi lagi.
----_______________-------
Gimana? Udah tegang? Haha slow masih ada part yang tegang.
Vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
MATI TUJUH
Horror#21 in horror (mei & juni 2018) #2 in misteri (juni 2018) #3 in horror (agustus 2018) Shila Albartha, mahasiswi fakultas hukum yang sangat antusias ingin memiliki pengalaman melihat makhluk tak kasat mata, ternyata membuatnya nekat melakukan ritual...