Malam itu shila kembali ke kamar kos nya, setelah sepanjang sore berusaha mencari petunjuk.
Shilaa..
Suara itu samar tapi jelas, bulu kuduk shila berdiri lagi, tapi nyalinya cukup kuat untuk mencari sumber suara.
Ia turun ke lantai 1, tapi tak menemukan siapa-siapa disana. Ia pergi ke dapur, dan mengambil segelas air. Dapur itu dibatasi oleh sepasang jendela besar yang langsung menuju halaman belakang kosan tersebut. Dari posisi tempat ia berdiri sekarang, ia bisa melihat langit hitam yang menurunkan hujan, aroma rerumputan juga khas memasuki hidungnya.
Ia menyandarkan tubuh di dinding, meneguk air putih yang ia ambil beberapa menit lalu.
Ma-in.. ma-in..
Shila menajamkan telinganya, ia yakin suara sayup itu ada di dekatnya. Ia melihat ke sekeliling, matanya tak menemukan apapun, badannya juga terasa berat, seperti ada rasa lelah yang menumpuk dipunggungnya. Ia berjalan pelan keluar dari dapur, melewati anak tangga dan memasuki kamarnya.
"Tolonggggg to-loooong" suaranya kencang memekik.
Ia berusaha membuka pintu kamar yang telah ia tutup sendiri, pantulan dirinya di cermin membuat ketakutan.
"Pergi!! Pergiii!!" Ia terus menggoyang-goyangkan bahunya.
Ayoo.. mainn..
Suara itu tetap terdengar sayup, dan tenang. Shila menggedor-gedor pintu berharap ada yang datang membukakan
AYO MAIN SHILAAAAAAA!!
Suara sayup itu kini menjadi sangat keras, melengking tak karuan, hampir saja gendang telinga shila rusak karena kerasnya.
Tepat di atas bahunya, seorang anak kecil dengan wajah yang hampir rusak setengahnya telah duduk manis, membuat jantungnya seperti ingin lepas dari tempatnya.
"Pergi.. pergi.." shila masih terus meronta.
Shilaaa..
Ayo main.."Shila kamu kenapa?" Seseorang menggebrak pintu kamarnya.
"To-tolong aku diss.. lepasin diss.."
"Tolong apa? Lepasin apa?" Adis memegang bahu shila dengan wajah datarnya.
"A-adis.. dia udah pergi.." shila menatap ke cermin, kini bahunya tak lagi berat.
Adis memang tak mengerti apa yang tengah terjadi, tapi mata nanar shila dan tingkahnya yang gelagapan membuatnya mengerti bahwa ada yang tidak baik dengan situasi ini.
**
"Udah gak ada cara lain, kita gak mungkin terus-terusan di terror begini.." gwen membuka pembicaraan.Sore itu, kantin kampus teramat longgar, mungkin akibat hari senin jadi banyak mahasiswa yang melakukan puasa sunnah.
"Ada satu cara gwen.."
"Apa?"
"Main jelangkung."
"Kamu udah ga waras?" Gwen membentak dengan keras.
"Main jelangkung itu beresiko, ya kalo yang dateng itu setan yang kita tuju, kalo ada setan lain yang ikut masuk dan lebih jahat gimana?"
Shila terdiam, pemikiran gwen ada benarnya juga. Ia tak ingin masalah ini menjadi semakin runyam.
Woy. Ada yang kesurupan. Ada yang kesurupan.
Suasana tenang itu menjadi ricuh seketika, para mahasiswa berlarian ke arah tengah lapangan tak terkecuali shila.
Ia menyelipkan badannya di antara banyaknya orang. Berusaha melihat apa yang tengah terjadi disana. Matanya terbelalak, seorang mahasiswa yang tak asing baginya, dialah alan. Alan verus.
Merintih, menangis di tengah kerumunan orang, ia berteriak sejadi-jadinya. Sekelebat bayangan shila membuatnya semakin histeris, ia bangkit dan menarik shila.
Lepasin, alan apa-apaan ini?----shila berusaha melepaskan diri.
Tangan alan begitu kuat, mencengkram lehernya hingga ia merasa sangat sulit bernafas. Gwen dan yang lainnya menjadi panik, mereka buru-buru menarik alan, tapi cengkramannya begitu kuat.
"A-Allah.. A-Allah.." shila terus menyebut nama Allah, selanjutnya berkecumik membaca surat-surat apapun yang ia bisa.
Alan semakin berteriak, menjambak-jambak rambutnya, lalu dengan satu tangan ia melempar shila ke arah tong sampah besi hingga tersungkur.
Bruak!!
Shilaaaaa-----gwen berlari menuju arah shila.
"Gwen, ini bukan sekedar han-hantu.."
Alan kembali bangkit, semua orang meneriakkan nama shila, agar ia segera pergi dari tempat itu, tapi tubuh shila terlalu lemah, ia bahkan tak kuat mengangkat kepalanya, bekas cekikan alan membuatnya sakit.
Hari itu kekuatan alan berlipat-lipat ganda, seperti ada sesuatu dalam dirinya yang mendorongnya menyakiti shila. Makin banyak orang berkumpul dihadapan mereka, menarik-narik alan, beberapa juga menahan kaki alan yang hendak menginjak bagian perut shila.
"ALAAAAANNNNN BERHENTIIIII!!" Pekik gwen kesal.
Mata alan merah, tubuhnya menegang, situasi semakin panas, shila sudah hampir kehilangan kesadarannya.
"Berhenti."
Gwen terhenyak, ia benar-benar berhenti mendengar suara itu.
"Cegah dia, aku akan bawa shila."
Dengan sigap, laki-laki itu mengangkat shila, yaaa laki-laki itu adalah teman seangkatannya, yang biasa ia sebut abra.
Menghilang dari keramaian, tubuh shila lunglai di bopong abra. Kesadarannya hampir menghilang tapi ia masih berusaha bertahan.
"Jika ini adalah gangguan makhluk halus, tak mungkin ia sampai menyakitiku, aku yakin ini ada hubungannya dengan hal lain, ilmu hitam"-----nalar shila dalam hatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/145004548-288-k576772.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MATI TUJUH
Horror#21 in horror (mei & juni 2018) #2 in misteri (juni 2018) #3 in horror (agustus 2018) Shila Albartha, mahasiswi fakultas hukum yang sangat antusias ingin memiliki pengalaman melihat makhluk tak kasat mata, ternyata membuatnya nekat melakukan ritual...