Drttt.. drrrrttt..
Pagi yang cerah itu terpecahkan oleh getar ponselnya sendiri, sepertinya sudah ada lebih dari sepuluh kali ponsel itu bergetar..
Berisik banget-- pikir shila sembari mencari ponselnya dengan mata tertutup. Tangannya bergerak kekiri dan kekanan, meraba mencari sumber ponsel itu berada.
Kepalanya pusing, matanya perlahan terbuka untuk mampu menerima cahaya ponsel yang amat terang.
"Apa sih ini? Rame banget pagi-pagi." Ia mengusap kedua matanya.
Perlahan dibukanya ponsel putih kesayangannya itu, ada puluhan notifikasi dari instagram, sembari mengingat-ngingat apa yang telah ia unggah hingga menimbulkan respon sebanyak ini?
"Kak? Kok temen kakak makan itu sih?"
"Shil, itu gwen ngapain nyemil sampe bibirnya berdarah?"
"Yatuhan shil, itu belatungan. Ngapain di makan?"
Shila tersentak melihat komentar-komentar aneh yang ada di direct message nya. Ia buru-buru membuka IG story yang mereka maksud.
Mata shila terbelalak, hampir mencuat dari tempatnya, ia membanting ponsel itu ke atas kasur dan buru-buru pergi ke wastafel kamar mandinya.
"Hoekkkkk-hoekkkk.."
Ia berusaha memuntahkan seluruh isi perutnya, merogoh-rogohnya dengan jemari tangan, matanya nanae menatap cermin, pemandangan yang baru saja ia lihat sangat membuatnya tidak berselera. Seingatnya ia hanya mengupload adegan makan roti bersama gwen di sampingnya yang asik memakan keripik, tapi yang ia lihat bukanlah itu, ia melihat dirinya tengah mengunyah daging, daging yang bersimbah darah dan penuh belatung berjatuhan, lalu gwen asik memasukkan pecahan kaca dalam mulutnya, hingga berdarah-darah.
Tubuhnya melemas, ia masih terus berusaha mengosongkan isi perutnya, lalu membersihkan semuanya dan mencuci wajahnya hingga bersih.
Dengan buru-buru ia kembali ke ranjang tempat tidurnya, menyimpan IG story dengan aplikasi record miliknya sebelum video itu hilang karena hanya bertahan 24jam.
Gwen, lihat ini---pesan singkat shila yang menemani terkirimnya video menjijikkan itu ke ponsel gwen, ia berharap gwen tidak sedang makan agar nafsu makannya tidak hilang.
Shila bergegas, mandi dan mengganti pakaiannya, ia harus segera bertemu gwen di kampus, meski mata kuliah hari ini tak sepagi buta ini, tapi ini harus ia lakukan segera.
**
Di sudut kantin kampus mereka berkumpul, sebelumnya gwen telah memberikan reaksi terburuknya untuk video itu, dan shila juga telah menghapus dari akun miliknya.
"Jadi menurutmu gimana?" Shila membuka pembicaraan.
Semuanya terdiam, disana tidak hanya ada shila dan gwen, tapi ada juga lina dan audri, dua orang teman baik shila yang menyarankannya untuk berkenalan dengn gwen.
"Aku gak merasa bibirku berdarah malam itu shil.." gwen menyentuh bibirnya dengan telunjuk "lagi pula kalau benar kita makan hal gak bener, aku pasti tau."
"Tapi itu buktinya gwen, aku ngosongin perut pagi buta karena jijik."
Lina dan audri hanya saling pandang, masih berhati-hati menyikapi masalah yang tengah dihadapi kedua orang temannya.
"Gimana kalo sepulang ini, kita pergi ke minimarket itu lagi? Kita tanyain ke mbak-mbaknya, bener gak kita beli roti kesitu kemarin?" Imbuh gwen menatap shila.
"Iya kalo mbak-mbaknya masih sama, kalo beda?"
"Udahlah coba aja dulu shil. Kita kan gak akan pernah tau kalo gak nyoba." Kali ini lina yang angkat bicara, disambut anggukan persetujuan audri.
"Tapi kalian ikut ya?"
"Loh? Kok jadi kami?"
"Udahlah, kalo banyak orang lebih baik kan?"
Shila memberi aba-aba untuk pergi, empat sekawan itu pergi dengan mobil shila, sejujurnya audri dan lina sempat was-was karena posisi duduk mereka dibelakang, mereka takut jika ada sesuatu yang tiba-tiba muncul tak menyenangkan.
"Tutup rapat jendelanya. Bantalnya taruh dibelakang aja biar kacanya ga serem.."
Lina dan audri mematuhi perintah shila, meski hari masih siang, tapi mengingat cerita pagi ini, siapa yang akan bernyali untuk bergabung dengan mereka.
Seisi mobil berdoa sebelum berangkat, mereka memejamkan mata, berharap tuhan senantiasa melindungi mereka apapun kondisinya nanti.
Jalanan ramai, cuaca yang terik, dan lampu merah yang padat berhasil menambah tegang suasana. Shila melanjukan mobilnya ke jalan delima, sebuah jalan panjang yang semalam ia lewati, tak begitu jauh dari rumahnya, tapi juga tak bisa dibilang dekat, kira-kira seperti melintasi dua kecamatan.
Tak ada obrolan yang berarti didalam mobil, keempatnya gugup bukan main, bahkan kaleng permen yang berisi hampir setengahnya kini tinggallah kulit pembungkus.
Ketegangan itu makin menjadi, kala mereka mendapati gwen dengan tatapan kosongnya, tapi juga tak berani menegur, takut tersinggung.
"Gwen, aku boleh bertanya sesuatu? Tapi jangan tersinggung."
"Apa shil?"
"Kalo ardio mengikutimu, kenapa dia gak tau kejadian semalam?"
"Shil, aku cuma bisa melihat ardio ada di dekatku, kadang di sebelahku, dibelakangku, atau kadang tidak ada. Tapi kami tidak bisa berkomunikasi dengan baik, kami tetap dua sosok dengan beda alam."
Shila mengangguk-angguk paham.
![](https://img.wattpad.com/cover/145004548-288-k576772.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MATI TUJUH
Horor#21 in horror (mei & juni 2018) #2 in misteri (juni 2018) #3 in horror (agustus 2018) Shila Albartha, mahasiswi fakultas hukum yang sangat antusias ingin memiliki pengalaman melihat makhluk tak kasat mata, ternyata membuatnya nekat melakukan ritual...