Chapt 11 - Celaka

7.7K 524 15
                                    

Shila berusaha membangkitkan tubuhnya, tapi ia tak berdaya, beberapa kali ia berusaha bangkit, beberapa kali juga ia terjatuh.

Ia mendapati makhluk besar hitam itu menarik kakinya, dengan air liur yang menetes ke kaki shila, rongga mulutnya yang besar, taringnya yang panjang serta merta membuat nyali shila menciut.

"Shilaaaa!!" Gwen berteriak.

Berusaha menarik tangan shila, tapi kekuatannya tak cukup, ia ikut jatuh tersungkur dan berguling ke lantai rumah itu.

Shila terus berkecumik, ia berusaha berteriak sekerasnya tapi tak ada suara yang keluar, makhluk itu terus menariknya ke dalam rumah, membiarkan tubuh shila tengkurap, terseret sejauh-jauhnya.

Shila berusaha menahan diri, meraih pinggiran dinding untuk membuatnya tidak pergi, tapi sialnya ia gagal, dinding itu justru runtuh terkena pegangan tangannya.

Allahuakbar! Allah! Allah!---- rasa takut menyelimuti shila.

Bibirnya mengucapkan apa yang ia rasa mampu menolongnya, ia yakin allah takkan membiarkannya mati sia-sia ditangan setan biadap yang tengah menyeretnya.

Bruak!

Shila terlempar, punggungnya tergores patahan kayu dari meja yang baru saja ia tabrak. Ia merintih kesakitan.

Arggghhh-- tanpa sadar suaranya kembali lagi.

"Shilaaa" gwen berlari kearahnya. "Kamu baik-baik aja?" Tanya gwen menatap sahabatnya itu.

"Iya gwen, aku gakpapa."

Mereka berada di sebuah ruangan dekat tangga, ruangan kosong yang mereka sendiri tak tau tempat apa itu.

Makhluk besar itu tiba-tiba menghilang, mungkin karena semua doa-doa yang shila panjatkan, atau bisa jadi karena ia telah puas menyiksa shila hingga kini punggungnya berdarah.

"Tangga?" Shila menatap gwen.

"Iya, tangga ke lantai dua. Bagian atas rumah ini."

Shila melirik jam tangan di pergelangannya, waktu menunjukkan hampir pukul sepuluh malam, masih ada waktu untuk naik sebentar dan mencari petunjuk, semoga tak ada lagi makhluk biadap yang membuatnya kualahan.

Ia bangkit dan menaiki anak tangga, meski setengah tubuhnya harus di bopong oleh gwen, tapi itu tak menyurutkan semangatnya, ia terus berjalan perlahan menaiki seluruh anak tangga rumah itu.

Euhhhhh, bau apa ini? ---- shila menutup hidungnya.

Gwen bahkan hampir muntah dibuatnya.

Bau anyir seperti darah, atau mungkin hanya baru rumah lama yang tak berpenghuni, bagian atas rumah ini lebih parah lagi, dibagian lantainya ada bekas berwarna cokelat yang tertutup debu, shila tak tau bekas apa itu.

"Shil.. ki-kita harus pergi."

Gwen lagi-lagi ketakutan, ia menarik-narik tangan shila yang masih berusaha mencari sesuatu.

Shila sudah paham maksudnya, gwen pastilah melihat sesuatu yang tak mengenakkan, shila tak melakukan perlawanan, ia khawatir kalau luka dipunggungnya akan menjadi semakin parah jika tak segera pergi. Dengan cepat mereka berbalik arah, menuruni anak tangga yang sama lalu berjalan keluar rumah dengan menyelinap.

****

"Pelan-pelan gwen.. sakit" shila merintih, ia menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit.

"Iya ini pelan kok."

Mereka telah berada di kosan milik gwen, mengobati luka shila yang ternyata cukup parah.

"Aku penasaran sama rumah itu, aku penasaran sama isi penghuninya." Shila memulai lagi.

Ia membuka album foto yang ia dapatkan dari rumah tua itu.

Dihalaman pertama, ia temukan foto seorang perempuan dengan anak bayi digendongannya, wajah perempuan itu terlihat tersenyum bahagia.

"Itu siapa ya?" Tanya gwen yang diam-diam ikut memperhatikan.

"Entahlah, masih teka-teki."

"Kurasa dia pemilik rumah itu."

"Bisa jadi."

Dihalaman berikutnya, shila melihat foto sepasang wanita dan lelaki, wanita yang sama di foto halaman pertama, bersama empat orang anak kecil, diperkirakan umurnya masih sekitar tiga sampe lima tahun untuk masing-masingnya.

"Gak ada yang aneh ah, ini kan cuman foto keluarga biasa." Sahut gwen berkomentar.

"Kita lihat yang selanjutnya."

Dihalaman berikutnya, shila menemukan foto yang terlihat masih bagus, ia rasa foto dihalaman ini tak selama foto dihalaman-halaman sebelumnya. Disini jumlah orangnya juga semakin banyak, ada delapan orang, enam orang dewasa dan dua orang anak-anak, tapi dengan wajah yang belum pernah ia lihat di foto sebelumnya.

"Cuma dua orang ini yang ada di foto sebelumnya, yang lainnya gak ada. Bahkan foto dua balita yang disini, beda sama foto balita di yang sebelum ini." Gwen mulai melakukan penjabaran.

"Aku juga gak ngerti, apa mungkin dua orang balita yang disini, udah besar? Dan jadi orang-orang dewasa disini? Soalnya wajahnya agak mirip, tapi terus yang balita di foto barusan ini siapa?" Shila mengernyit.

"Dan kenapa isi albumnya dikit banget? Terus kayak berjarak beberapa tahun gitu?"

"Aneh." Shila menambahkan.

Jemari shila melanjutkan di foto terakhir, foto dengan jumlah anggota yang sama, tapi situasi dan pose berbeda. Sepertinya foto yang terakhir ini, sekitar dua atau tiga tahun kemudian, karena dua balita yang tadi hanya duduk, kini sudah berdiri dan terlihat lebih besar..

Tapi anehnya, ada wajah yang di coret-coret di foto ini..

MATI TUJUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang