"Setan ing kan ono nang alam liyo.. aku njaluk wenehi rupomu.. rupomu.. rupomu.. (hantu yang ada di alam lain, aku minta tunjukin wajahmu, wajahmu, wajahmu..)"
Suasana ritual pemanggilan arwah oleh pak parno, ia membaca banyak mantra dengan bahasa jawa, yang intinya meminta arwah siapapun yang ada sangkut pautnya dengan minimarket SS untuk datang.
Beberapa kali ia memercikkan air ke arah langit-langit, lalu bergumam yang tak begitu jelas di dengarkan.
ARGGGHHHHH!!!!!!
Seluruh mata mengarah ke Gwen, tubuhnya mengejang, ia terlentang, menendang-nendangkan kakinya ke segala arah.
"Tenang-tenang, dia tidak apa-apa." Kata pak parno mengambil alih kendali.
"Kamu siapa?" Pak parno memulai perbincangan dengan arwah yang memasuki tubuh gwen.
Grrrr.. raaawwwrrrr..
Sepanjang usaha pak parno, hanya suara erangan yang terdengar dari bibir gwen.
"Keluarkan aku! Keluarkan aku!"
Suasana tiba-tiba mencekam, abra memegang erat shila dan terus mewanti-wantinya untuk tidak memiliki pikiran yang kosong. Tubuh shila bergetar, ia tak berani lagi menyentuh gwen yang semakin mengejang, pak parno terus berinteraksi tapi terasa amat sulit, karena jawaban arwah di tubuh gwen hanyalah erangan dan kalimat kalimat yang tak memberi petunjuk.
"Bukan aku! Bukan aku!"
Arrrrrrghhhhhh! Gwen akhirnya jatuh pingsan.
"Gwenn.. gwennn.." shila menggoyang-goyang tubuh gwen dengan penuh kekhawatiran.
"Saya merasa, yang kalian hadapi ini bukan makhluk ghaib biasa. Ada sesuatu yang tersembunyi, bahkan saya tidak bisa menjangkaunya."
"Lalu bagaimana pak?" Abra terlihat kebingungan.
"Satu-satunya cara adalah, mendatangi makam keluarga SS, dan meminta maaf karena kalian telah mengganggunya."
"Makam? Dimana makam mereka?"
"Entahlah, kalian bisa cari tau itu dari warga setempat"
Pandangan mata ibra mengarah ke shila, ia benar-benar tak ingin apapun terjadi pada shila lagi, pandangan itu kini beralih ke gwen, sebelum akhirnya mereka berpamitan kepada pak parno setelah gwen tersadar dari pingsannya.
****
"Aku gak inget apapun, kecuali ada bayangan hitam yang tiba-tiba menyerangku. Terus aku gak ingat apa-apa lagi" jelas gwen sesampainya mereka di mobil.
"Jadi sekarang gimana?" Shila menatap ibra yang tengah duduk di bangku kemudi.
"Aku juga ga tau, tapi kata pak parno, kita harus menemukan makam mereka."
"Tapi mereka menghilang misterius bra."
"Makamnya pasti ada, kalaupun gak semua, tapi pasti ada bagian keluarga SS yang meninggal secara wajar dan dimakamkan di pemakaman milik warga jalan delima. Satu-satunya cara, kita harus kesana. Membaca satu persatu nama di batu nisan, memungkinkan nama yang memiliki nama belakang Shashimley..
Tanpa banyak pikir , mereka setuju untuk pergi ke pemakaman jalan delima, dan sepakat untuk mencari nama siapapun dengan nama beakang shasimley disana. Terlihat konyol tapi mereka benar-benar tak punya petunjuk.
Roda mobil melaju, mereka terus berjalan ke arah pemakaman, memarkir mobil tepat di depan pagar pemakaman, lalu memasuki.
Ada dua jalan disana, jalan kiri dan jalan kanan, dua-duanya adalah daratan penuh makam orang-orang yang telah meninggal dunia.
"Aku ke kiri, kalian ke kanan." Kata abra membagi tugas.
"Iya." Shila mengangguk mantap.
Shila dan gwen dengan sigap pergi ke sisi kanan, tubuh gwen sudah cukup membaik setelah meminum sebotol air pemberian abra di mobil.
Satu persatu nama di batu nisan mereka baca.
"Bukan.."
"Ini bukan.."
"Ini juga bukan.." shila masih terus mengurutkan satu persatu makam disana.
"Shi-Shilaaa to-toloooong"
Shila langsung meloncat seketika itu juga. Di dengarnya suara gwen, tapi ia tak bisa menemukan gwen dimanapun.
"Gweeeen.. gweeeeennnn.." ia berteriak panik.
"Abraaa!! Gweeenn hilaaaang"
Dari kejauhan abra berlari, mencari keduanya, menemukan shila, tapi tidak dengan gwen.
"Dimana dia?"
"Aku gak tau."
Shila dan abra mencari sumber suara, berteriak kesana kemari, menyusuri setiap petak pemakaman, tapi belum menemukan gwen dimanapun.
"Gwennnnn, kamu dimana?" Air mata shila telah membasahi pelupuknya, jantungnya berdebar benar-benar takut kehilangan sahabatnya.
"Disini shil!" Abra mengangkat tangannya untuk memberi shila petunjuk keberadaannya.
"Gweeeenn!" Shila berlari kencang.
Pemandangan yang amat tak menyenangkan, gwen terbaring tak berdaya di sebuah lubang pemakaman, lubang yang sepertinya di gali tapi belum di tempati, di tanah itu terlihat sebuah ukiran seperti diukir dengan batang kayu bertulis "Gwendiska"
Mata keduanya terbelalak, siapa yang melakukan hal sekejam itu? Abra langsung mengangkat gwen, sembari menginjak-injak tulisan itu, menyingkirkan nama gwen dari sana.
Ini udah keterlaluan, ini bukan perbuatan setan. Ini pasti ilmu hitam, aku yakin. Ada yang tidak senang kita melakukan ini, ini pasti! -- batin shila.
"Ayo bra, bawa gwen ke rumah sakit sekarang." Shila berusaha mengusap air matanya.
Sore itu rasanya duka menghampirinya, menyesakkan seluruh ruang di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATI TUJUH
Horror#21 in horror (mei & juni 2018) #2 in misteri (juni 2018) #3 in horror (agustus 2018) Shila Albartha, mahasiswi fakultas hukum yang sangat antusias ingin memiliki pengalaman melihat makhluk tak kasat mata, ternyata membuatnya nekat melakukan ritual...