Shila hampir menangis, bukan karena ia takut menghadapi jordan, tapi karena ia tak percaya bahwa pak rengga juga bersekongkol dengannya, membawanya kesini dan membuatnya dalam bahaya.
"Ma-maafkan saya non shila, saya dipaksa"
Pak rengga meringkuk, menangkupkan kedua tangannya, dengan tubuh yang tersudut di dinding.
Licik, iblis, cih. Shila geram, pelupuk air matanya basah melihat jordan, orang misterius yang mulanya tak pernah ia sangka akan menjadi dalang dari semuanya, pembunuh berdarah dingin.
"Eits, sudah shila albartha, jangan banyak mikir. Kalo kau ingin tau siapa yang menembak polisi itu, rengga lah pelakunya! Hahahaha"
Tawanya memekik, shila begidik, ia ingat betul suara tembakan yang membuat rekan polisi pak rengga jatuh tersungkur, bahkan ia memekik histeris kala itu.
"Biadap! Gak tau diri!" Shila tak bisa lagi menahan emosinya.
Ia menyungut, tak lagi dapat di redamnya, semua perilaku jordan sudah melewati batas kesabarannya.
"Hahahaha. Kau mau apa? Kau tau siapa yang membunuh si broto? Aku juga orangnya! Bahkan tanpa menyentuhnya! Hahahaha"
Jordan terus menyombongkan dirinya, menganggap takkan ada yang mampu mengalahkannya, semua kejadian itu berputar di otak shila, video nando tentang bu broto yang mengatakan bahwa suaminya di bunuh seolah terus berputar di memori pikiran shila, juga mimpi-mimpinya, semua bermain menjadi satu.
Sama dengan shila, begitu juga ekspresi abra, gwen, adhis dan nando, semua berubah menjadi merah menyala, ini pertama kalinya bagi mereka menatap manusia biadap seperti jordan.
"Jeduarrr!"
Mata shila membulat, biburnya keluh tak bisa mengeluarkan suara apapun, tembakan yang membuat semua orang terbelalak.
"Pak renggaaaaa!!"
Gwen berteriak histeris melihat tubuh pak rengga tersungkur, tepat di depan matanya, lelaki itu berteriak, bergerak-gerak menahan rasa sakit yang di alaminya.
"Jangan mendekat! Atau pistolku akan mengenai kalian."
Shila menghentikan langkahnya, berjalan mundur karena acungan pistol milik jordan, ia hanya bisa melihat pak rengga menggeliat kesakitan, sekarat menghadapi mautnya tepat di depan matanya.
"BIADAP! BAGAIMANA BISA KAU MEMBUNUH ORANG DENGAN SEKEJAM ITU!!" Teriak shila.
"DIAMMMMM!!" Jordan menyeringai. "Kalo kau tidak memulai ke sok tau anmu itu, semua akan baik-baik saja shila albartha."
"Joooorrr----"
"Shila awas!"
"Jeduarrr!!"
Tembakan yang melambung ke ruang kosong, abra menarik tangan shila, membuatnya jatuh ke lantai dan terhindar dari tembakan jordan.
"Hahahhaa! Katanya pemberani, tapi ditembak saja takut" jordan meniup ujung pistolnya seakan menunjukkan bahwa ia lah pemegang permainan hari ini.
Jantung shila semakin berdegup kencang, ia taunya nyawanya benar-benar berada di ujung tanduk, tergantung kapan jordan mau ia mati, maka ia akan mati segera.
"Tenanglah shila, aku takkan membunuhmu dengan pistol ini" jordan meletakkan pistolnya di saku kiri ikat pinggangnya.
Shila kembali berdiri, ia masih mencoba mengerti apa yang akan jordan mainkan selanjutnya.
"TAPI DENGAN INI!!"
Jordan mengeluarkan sesuatu dari dalam lemari kayu di ujung ruangan itu, dua buah benda yang sangat tak terduga, sebuah papan berbentuk persegi panjang, dan sebuah boneka kecil yang ia letakkan di atasnya.
"Kau tau apa ini shila?"
Jordan menarik boneka itu menuju ujung papan, seketika tubuh shila ikut tertarik kencang, punggungnya menubruk tumpukan meja dengan keras.
"Arghhh!!!" Shila mengaduh.
"Shilaaaa!!" Abra dan gwen memekik hampir bersamaan.
"Jangan ada yang mendekat, atau akan ku buat dia lebih sengsara!"
Abra menghentikan langkahnya, otaknya buntu, ia tak tau harus berbuat apa untuk menyelamatkan shila.
Jordan menarik lagi boneka itu, kini ke arah kanan, hingga shila menabrak tumbukan kardus yang kemudian jatuh ke tubuhnya, bukan kardus kosong, melainkan kardus berisi piring yang pecah tepat disekitar kakinya.
Prankkk!!
"Arghhhhh"
Suaranya memecah seisi ruangan., shila meringis kesakitan, ia merasa bagian kakinya ada yang terbelah oleh pecahan piring, ia menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang ia dapatkan.
"Shilaaaaa!!"
Abra menahan air matanya, ia ingin sekali menghampiri jordan dan membunuhnya, tapi ia tak mungkin mengambil resiko jika shila bisa saja dilukai lebih dan lebih lagi.
"Tenanglah, ini baru awal permainan!"
Kalimat jordan membuat abra kesal, ia mengepalkan tangannya untuk menahan emosi.
"Biadap!" Adhis memekik.
"Ckckckck.. kalian berlima, dan aku sendiri. Kenapa kalian bisa kalah?"
Semua orang menyungut, sedangkan shila masih menahan dirinya kesakitan. Ia berusaha berdiri dan melangkah dengan perlahan
"Shilaaaa shilaaaa.."
Lagi-lagi jordan melakukan permainannya, kali ini ia menarik tangan boneka itu, hingga tangan shila ikut tertarik kuat
Bruakkkk!!
Shila tersungkur ke lantai, bibirnya berdarah terkena benturan lantai, kepalanya juga tergerut lantai hingga mengalamai sedikit luka.
"Shilaaaa!!"
abra tidak perduli lagi, dia berlari menghampiri shila.
"Jangan mendekat!!!!!" Jordan memekik.
Bruakkkkk!!
Shila terlempar ke sisi lantai yang lain, punggungnya kesakitan, ia terus berusaha menarik punggungnya ke atas untuk menahan rasa sakitnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/145004548-288-k576772.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MATI TUJUH
Horror#21 in horror (mei & juni 2018) #2 in misteri (juni 2018) #3 in horror (agustus 2018) Shila Albartha, mahasiswi fakultas hukum yang sangat antusias ingin memiliki pengalaman melihat makhluk tak kasat mata, ternyata membuatnya nekat melakukan ritual...