Mobil itu melambat, shila dan ketiga temannya menatap kiri dan kanan sembari memastikan mereka tak salah jalan.
"Jalan delima, aku yakin ini tempatnya. Pas di pertigaan ini." Shila menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Shil, disini gak ada mi-minimarket" ucap lina gugup.
Shila cukup kuat nyali untuk turun tanpa perduli teman-temannya akan mengikutinya atau tidak. Ia terus berjalan, sedang gwen telah mengikuti dari belakang, lina dan audri juga meski harus saling tarik menarik ketakutan.
Mereka tak menemukan minimarket di lingkungan itu, mereka hanya menemukan sebuah rumah, dengan dua lantai, hampir setengah dari bangunannya mulai retak rumah lama yang tak berpenghuni, begitu tepatnya.
"Ini?" Audri mengerutkan keningnya.
Shila masih meragu, ia mencoba mencari penduduk sekitar. Rumah lain di daerah ini tak berdekatan, berjarak sekitar beberapa meter, barulah rumah-rumah yang lain saling berdekatan.
Jantung shila semakin berdebar, ia stres bukan kepalang, apa benar kebodohannya, rasa penasarannya membuat dia celaka?
"Mbak mencari apa?"
Suara lembut itu membuatnya membalikkan badan, sosok seorang bapak tua berambur putih dengan tongkat kayu di tangannya. Tubuhnya sedikit membungkuk, dan wajahnya keriput.
"Sa-saya nyari minimarket yang ada disini.."
"Minimarket apa nak? Disini tidak ada minimarket, pulanglah.."
Bapak tua itu berlalu begitu saja.
Shila memandang tajam rumah dihadapannya, rumah besar yang sepertinya tak berpenghuni, ia berusaha masuk tapi ketiga kawannya mencegah.
Pasti ada yang tidak beres--pikirnya.
"Udah ayo shil, kita gausah buang-buang waktu disini." Lina menarik tangan shila.
"Disini ada sesuatu." Bisik gwen.
"Oke kita balik sekarang."
Terlalu riskan untuk mencari tau ada apa disana sekarang, wajah teman-temannya sudah sangat murung, ketakutan dan itu tidak bagus.
Mereka kembali ke mobil, tapi tidak langsung pergi. Shila berdiam beberapa saat, untuk membuka ponselnya, ia berfikir ada yang ganjal dengan rumah tua ini.
Gwen mengirimkan pesan singkat agar lina dan audri tak mendengarnya.
"Ada seorang anak kecil disana, aku gak tau persis dia siapa. Tapi daritadi dia meratap sedih. Bersembunyi dibalik jendela yang hampir pecah itu."
Seketika shila bergidik, seperti ada yang meniup di bagian tengkuknya. Ia memutuskan pergi dan mencari tahu dulu ada apa disana.
Sepanjang jalan ia masih berfikir, bagaimana mini market yang ia temukan itu ternyata hanya bangunan tua tak berpenghuni, pikirannya kacau, ia masih ingat betul ia tak salah jalan, ia ingat betul wajah cantik kasir yang melayaninya dengan sopan.
*****
Shila berenti di kamar kos yang dihuni oleh gwen, matanya menahan kantuk akibat pagi tadi. Otaknya berputar linglung, sedangkan lina dan audri telah dipulangkan ke rumah masing-masing.
"Ada yang gak beres disana, aku mencium bau yang aneh, anyir, tapi gak menusuk." Gwen menatap shila dalam.
Shila masih belum menjawab, ia menyandarkan tubuhnya di dinding ranjang kos itu, sesekali menghela nafas panjang guna membuat dirinya sendiri tenang. Masih teringat pemandangan tidak mengenakkan tadi pagi, memakan makanan sisa kemarin aja dia takmau, apalagi memakan daging penuh belatung macam itu.
"Shil" gwen menyadarkannya dari lamunan.
"Gwen, menurutmu perlu gak kita selidikin tentang itu?"
"Tentang apa?"
"Rumah tua itu gwen. Aku ngerasa ada yang gak bener disana."
"Coba cek di internet, siapa tau kita dapat petunjuk."
Shila mengangguk, ia meraih ponselnya dan mencoba membuka artikel-artikel dengan kata kunci "misteri jalan delima bogor"
Jemarinya menyusuri semua artikel yang ada, tak ada satupun yang berkaitan dengan jalanan ini, kebanyakan hanya menunjukkan tentang seberapa bersihnya jalan delima sekarang, tidak ada sampah yang dibuang sembarangan, dan juga foto-foto lokasi yang tenang.
Tangan shila berhenti pada satu foto, yakni foto jalan delima tepat lima tahun yang lalu..
"Ini pertigaan yang kita tadi datang kan?"
Ia mencocokkan cirinya, disana terdapat sebuah minimarket, namanya SS MINIMARKET.
"Ss minimarket?" Kening shila lagi-lagi mengkerut.
"Iya, ini lima tahun yang lalu, sedangkan aku baru dua tahun disini."
"Aku juga." Tambah shila.
Mereka mencoba mencari keterangan tambahan tentang minimarket ini, tapi artikelnya sangat sedikit sehingga membuat mereka kesulitan.
"Atau kita coba cari ke temen yang memang asli orang sini aja, ada nggak di jurusanmu?"
"Aku gak yakin." Shila menggeleng "lagipula jalan dilema cukup jauh dari kampus kita, dan kalopun ada yang tinggal disini, belum tentu dia tau tentang minimarket itu, bogor cukup luas kan"
"Iya benar."
Mereka masih saling melempar pandang, berusaha mencari jalan keluar terbaik untuk misteri ini, shila merutuki dirinya, jika saja malam itu ia tidak nekat untuk pergi ke makam dan beruji nyali, ia mungkin sekarang bisa tidur tenang tanpa rasa was-was.
------___________--------
Chapter selanjutnya adalah sedikit ulasan masalalu tentang Minimarket SS yaaaa..❤❤
Selamat menikmati, jangan lupa vomment nya💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
MATI TUJUH
Horror#21 in horror (mei & juni 2018) #2 in misteri (juni 2018) #3 in horror (agustus 2018) Shila Albartha, mahasiswi fakultas hukum yang sangat antusias ingin memiliki pengalaman melihat makhluk tak kasat mata, ternyata membuatnya nekat melakukan ritual...