"Duhh rambut gue. hiks. Susah banget sih di bentuk, licin nih. Suka gini emang kalau lagi musim dingin, rambut susah di kroisangin, capek banget deh guee.." Gerutu Isma di depan cermin, menyisir rambut, dan memutarnya lagi berusaha menjepit rambutnya untuk kembali lagi dibuat frenchtwist.Para Pramugari bilang, frenchtwist itu croisang, jadi lebih familiar model rambut croisang julukannya, namun karena bentuk rambutnya itu model keong ketika sudah rapi dibuat, nah, maka nama jenisnya adalah frenchtwist.
"Sabar, Ma, pelan-pelan, istirahatin dulu tangannya." tambah Vanya merespon Isma, Vanya sedang menepuk-nepuk wajahnya dengan spons, menabur bedak tabur, meratakannya.
Pagi itu jam 8.20 pagi waktu London, kalau jakarta berarti jam 2.20 siang.
"hh.. susah parah, Van! nyerah gue, nyerahh." Isma kesal, karena 40 menit lagi sudah harus turun ke lobby hotel untuk check out.
"Istighfar, Ma, ulang lagi baca bismillah." Tambah Vanya.
"Astaghfirullah Ya Allah, Bismillah. Rambutku, be nice ya, kamu baik, kamu oke, bantuin aku dong biar gampang di croisang, kita kan mau kerja, oke?" Isma memutar rambutnya, dinaikan semua helai bagiannya untuk di jepit, Vanya terkekeh mendengar doa Isma. Pramugari memang suka begitu, dilema ketika susah bikin rambut; kesel iya, deg-degan iya, sedih iya, campur aduk.
20 menit menjelang turun ke lobby, Isma sudah anteng dengan tatanan rambutnya yang rapi.
"tuh, kan jadi." Vanya menggoda Isma, sambil menyemprotkan pharfum ke badannya.
"hehe, iya, Nya."
Mata Vanya menoleh ke arah jendela kamar, pagi itu menyisakan dingin, langit sendu, di depan kamarnya ada perumahan warga, garasinya bisa terlihat jelas dari dalam kamar melalui jendela, isinya mobil minicooper tapi tidak terawat, kalau di Inggris, mobil-mobil itu seperti barang biasa saja, tidak mewah, berbeda halnya jika di Indonesia.
"Udah siap belum?" Tanya Isma sambil menyeleting kopernya.
"Udah, yuk." jawab Vanya. Ia menggamit doa, melantun ayat kursi, berharap perjalanannya akan baik-baik saja.
Kaki-kaki mengentak lantai hotel, harum aroma pharfum menyebar di udara, senyum merekah dari wajah-wajah perempuan itu. Keduanya memasuki lift yang bergerak turun kebawah.
Sebelum memulai penerbangan, setiap awak pesawat melakukan briefing; menyamakan persepsi, memfokuskan keselamatan penerbangan, menjalin komunikasi yang baik antara satu set crew begitupun dengan penumpang.
Setelah melakukan briefing, satu per satu berdoa, memohon kepada Sang Maha Satu, agar penerbangan berjalan aman, selamat sampai tujuan, karena tanpa tanganNya semua yang di usahakan adalah percuma.
Setiap hati dan kepala yang tertunduk, memuja-muji Tuhan, atas keterbatasan manusia, hati-hati tersebut memohon dengan sangat. Langit bergetar mengangkat setiap doa-doa yang terpanjat, kaki-kaki yang penuh semangat dan harapan itu memulai hari, satu per satu memasuki bis yang akan mengantarkannya ke bandara.
"Duhai, Illahi, ku mohonkan keridhaanMu." Vanya mengembus nafas, matanya berbinar. Pepohonan sekitar menyuguhkan ranting-ranting yang telah tiada lagi dedaunan di dahannya, sebentar lagi salju turun.***
Pesawat melakukan manuver, telah jauh dari permukaan tanah, meninggalkan London.
Vanya menyiapkan aneka minuman di atas troley yang di dalamnya terisi makanan panas yang akan di hidangkan.
"Udah siap, mas?"
"Oke, tinggal tarik aja troleynya."
"Makasih mas Jo"
Hari ini penumpang penuh, totalnya 425.
"Selamat siang ibu, pilihan makanan siangnya adalah ayam teriyaki dengan sayur pokchoy tumis bersama nasi putih, atau ikan kakap fillet asam manis dengan wortel tumis bersama nasi hainan. Mau pilihan yang mana?"
"hmm.. enak yang mana ya mbak?" Tanya ibu warga negara Indonesia yang memakai baju merah, kalung mutiara melingkar di lehernya."
"wah, dua, duanya enak bu, tapi kan tergantung selera ibu, apa ibu ada alergi ikan?"
"bingung saya, enak semua kayaknya ya, gak ada alergi sih. Saya mau ayam aja deh, 3 ya, samain aja semua."
"baik, bu. Silakan, makanannya. Untuk pilihan minumannya adalah Jus Apel, Jeruk, Mangga, Teh, Kopi, Susu, air putih?"
"ayah mau apa?" tanya si ibu kepada suaminya.
"Kopi susu, mah, gula dua."
"Kaka mau susu, dong."
"Minumannya satu apel dengan es, kopi susu gula dua, susu satu. Makasih ya mbak."
"baik bu." Vanya mengambil satu kotakan jus, dan pilihan minuman yang sudah di pilih ke dalam monocup.
"Silakan, selamat menikmati." Sambil tersenyum mempersilakan, kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pramugari Undercover.
BeletrieVanya merupakan Tokoh Utama di cerita ini. Wanita yang masih terjebak dengan perasaan di masa lalunya, dan lahir dari keluarga yang sederhana,di penuhi dengan cinta kasih. Saat Vanya dewasa bekerja menjadi Pramugari, sedangkan Ibunya mengalami sakit...