"Gimana terbangnya tadi ?" Tanya Sandy sambil mengemudi.
Pagi itu langit cerah, hijau dedaunan pohon-pohon tersibak angin jalanan. Vanya dari tempatnya duduk, menyimpan cerita perjalanan terbangnya dari Jeddah-Cengkareng.
Vanya Mencoba menarik garis senyum di bibirnya.
Tangannya dingin, ada yang mau ia tanyakan pada Sandy.
"Tadi penumpangku ada yang meninggal." Jawabnya singkat.
"Innalillahi wa innaillaihi roji'un.." Sandy memasang raut wajah prihatin.
"Penumpangnya yang meninggal terbang sama keluarganya atau sendiri? Perempuan atau laki-laki?" Tanya Sandy bersambung.
"Ibu-ibu paruh baya namanya bu Asiah, almarhumah gak sama keluarganya dan bukan jamaah umroh, di Saudi kerja udah belasan tahun, dan Alhamdulillahnya ada bapak-bapak yang terbang bareng sama Ibu Asiah.Jadi pas landing tadi jenazahnya langsung di urus sama petugas karantina dan medis bandara, dan bapak itu dampingin terus."
"Dia sakit atau mendadak meninggal?"
"Sempet ngeluh sakit perut dan kepala, gak mau makan, tapi setelah itu ada dokter yang nanganin, setelah itu keadaan bu Asiah sedikit membaik dan mau makan, udah bisa tidur juga, keluhan sakitnya berkurang. Meninggalnya pas pesawat udah berhenti, semua penumpang mau turun, terus bu Asiah mendadak jatoh, mungkin abis itu pingsan, tapi setelah itu udah gak ada napasnya."
"Ooh, jadi seperti itu, syukurlah meninggal di tanah air, setidaknya urusan dokumen terkait ibu tersebut pada saat hidup sampai keterangan kematiannya di tangani oleh negara sendiri, bukan di Saudi, karena urusannya pasti akan lebih rumit. Kita doakan saja agar urusannya di permudah dan keluarga yang di tinggalkan bisa segera bertemu dengan almarhumah bu Asiah.
Selain itu aku bersyukur sekali karena di penerbangan kamu aman, dan Pak pilot melandingkan pesawatnya dengan hati-hati, karena saat ini aku masih bisa bertemu dengan kekasihku ini?" Sandy menengok ke arah Vanya, dan menarik garis senyum paling tulus dari hatinya, lesung pipinya timbul.Jujur, dari senyum itu dalam hati Sandy ia ingin menunjukan seberapa bahagianya ia melihat Vanya pulang, dan bisa melihat kembali mata Vanya yang indah.
Tingkah Vanya yang sedikit jutek, tapi itu yang bikin ia rindu.
Vanya menoleh ke arah Sandy, membalas senyumannya. "Terus gimana kerjaan kamu?" Vanya masih menahan pertanyaan yang ada di kepalanya."All is running good, ada proyek baru lagi, Alhamdulillah."
"Alhamdulillah, semoga menjadi berkah buat kamu." Vanya kembali memberikan senyumannya.
"Amiin Yaa Allah, makasih, sayang." Vanya mengangguk, dan merasa sedikit asing dengan panggilan Sayang.Sandy menyalakan musik, di putarnya lagu Sempurna dari Andra & The Backbone.
"Ini lagunya buat kamu." Vanya mendadak mengangkat kedua alisnya, pipinya merona.
Sebelum pulang, kita mampir makan dulu ya, aku bawa switer buat kamu pake pas kita makan nanti.
"Boleh, makasih, Sandy." Sandy mengangguk.
Vanya mengedar pandang, sebentar-sebentar melihat ke arah spion mobil, badannya sengaja tak ia rebahkan, kedua tangannya menggenggam mengisyaratkan dirinya yang sedang grogi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pramugari Undercover.
Fiksi UmumVanya merupakan Tokoh Utama di cerita ini. Wanita yang masih terjebak dengan perasaan di masa lalunya, dan lahir dari keluarga yang sederhana,di penuhi dengan cinta kasih. Saat Vanya dewasa bekerja menjadi Pramugari, sedangkan Ibunya mengalami sakit...