"Semesta adalah tempat kita bertemu. Jika belum hari ini di pertemukan, mungkin besok lusa. Percaya pada doa-doa yang selalu kita sematkan, ia datang pada Tuhan. Para malaikat mengaminkan. Bersabarlah, Nona."-Arka.
***"Bolehkah aku masuk ke dalam hatimu?
Aku tahu tidak mudah untukmu melupakan masa lalu.
Kau tak perlu melupakannya, jika itu manis bagimu.
Maka izinkanku menambahkan cerita itu untuk membahagiakanmu"-Sandy.
***"Nya!"
"E?" Vanya terkesiap—terkejut dari lamunannya.
"Lo kenapa sih? Beresin dulu sajadahnya, Nya"
"Iya." Vanya beringsut-menjawab singkat. Di lipatnya sajadah dan mukena yang ia kenakan.Malam di Jeddah sama seperti malam di Jakarta, kehidupan manusia begitu hiruk-pikuk di jalanan.
Kendaraan roda empat di dominasi oleh warna putih. Kendaraan di sini banyak yang di biarkan begitu saja, terbuang di pinggiran jalan, di gang-gang perumahan, hingga pinggiran supermarket—tidak bertuan, berdebu.
Pasar tradisional ramai oleh kios-kios pakaian timur tengah, oleh-oleh khas Negri Jazirah Arab, rumah makan yang menawarkan dan menyajikan hidangan lokal hingga masakan Indonesia—sudah tentu para jamaah yang datang ke Negri Arab ini akan masuk ke restoran masakan Indonesia; bakso, nasi goreng, ayam bakar, sup iga, bihun goreng, hingga gado-gado—lebih menggiurkan karena bisa sedikit mengobati rindu masakan rumah. Lampu-lampu neon menyala terang seolah sedang mengucapkan selamat datang untuk para pengunjung sehingga meramaikan mata manusia yang berkunjung ke dalam Pasar tradisional ini.
Herannya, masih ada satu manusia yang berkelut dengan keluh-kesah yang ada di kepalanya. Padahal dunia ini sudah begitu indah jika dinikmati dan di syukuri.Bukankah tugas manusia hanya cukup menjalankan saja yang menjadi perannya? Mengenai hari esok? ada tangan Tuhan yang mengaturnya. Mengenai masa lalu? Adalah pelajaran yang bisa di ambil kebaikannya.
Vanya merebahkan badannya di atas kasur, melayangkan pikirannya ke segala sudut ruang yang ia arahkan pandangnya. Ana menoleh ke arah Vanya, menerka-nerka, ada apa dengan Vanya?
"Ana" Vanya memanggil dari sudut kasurnya.
"Iya, Vanya.."
"Aku pengen cerita..." Vanya menarik nafas dalam.
"Iya,Vanya. Mau cerita apa, sini?" Ana memasang mimik simpatik, di kecilkannya volume televisi.
"Ana, kalau orang yang kita tunggu-tunggu tapi gak dateng-dateng. Berarti apa ya?"
"Hmm.." Ana membiarkan Vanya menuntaskan ceritanya.
"Namanya Arka. Dulu kami deket banget, An. Berangkat dan pulang sekolah bareng. Terakhir kami bertemu di hari pertama aku flight training siswa Pramugari. Begitu aku pulang, Arka udah gak ada di Jakarta. Aku tungguin dia besoknya, di minggu kemudiannya, bulan kemudian, sampai di tahun kemudian setelah kepergian Arka yang mendadak gak ada kabar berita. Aku cuma punya surat terakhir dari Arka yang isinya aku gak ngerti apa." Vanya menceritakan kisahnya. Ana mendengarkan.
"Terus, kamu masih nungguin sampai sekarang, gitu?"
"Iya.." suara Vanya surut.
"Kamu udah ke rumahnya buat mastiin dia ada apa enggak?"
"Udah, rumahnya kosong."
"Teleponin Arka? Atau saudaranya yang kamu kenal?"
"Udah, telepon Arka gak aktif. Dan, aku gak punya nomor telpon kakaknya, atau ibu, atau papanya."
"Yah.. gak ngerti juga sih kalau begitu jalannya. Kenapa kamu masih mikirin Arka?" Tanya Ana bingung.
"Kenangannya yang gak bisa di lupain, An.. dan kenapa dia hilang gitu aja? Aku gak ngerti.."
"Kamu gak ngerti, apalagi gue yang dengerin. Nya.. terkadang kita harus tega sama diri sendiri untuk lupain masa lalu. Terjebak di masa lalu itu gak bagus. Liat deh kamu sekarang, bentar-bentar sedih, mood swing banget. Masih ada orang-orang yang sayang sama kamu, yang peratian sama kamu." Tandas Ana.
"Tapi, An.. yang masih ganjel itu, kenapa Arka tiba-tiba gak ada kabar, ngilang." Pertanyaan itu selalu ada di benaknya sampai hari ini.
"Ana.. dan ada seseorang yang bersedia hadir untuk aku, tapi aku ragu." Tambahnya sambil menerawang sosok Sandy.
"Apa yang bikin ragu?"
"Jadi.. waktu itu aku lagi ngobrol-ngobrol sama junior pas lagi ron di Makassar, pas lagi sarapan bareng, terus cerita-cerita lagi deket sama siapa. Nama anaknya Risa kalau gak salah. Dia bilang lagi deket sama pengusaha muda, dari situ aku tertarik juga untuk cerita sosok yang lagi deket sama aku. Dari cerita kami berdua, ciri-cirinya justru semakin mendekati ke sosok Sandy. Begitu kami menyebutkan namanya secara bersamaan, ternyata benar. SANDY. Di situ, kok perasaanku aneh banget.. Lalu, kedua kalinya, aku papasan dengan Sandy di mall, dia lagi jalan berdua sama perempuan yang keliatannya akrab banget. Aku samperin aja, terus Sandy ngeliat aku biasa aja di hadapan perempuan itu. Yaudah, aku pergi ninggalin mereka berdua, pura-pura gak liat." Vanya menjelaskan.
"Vanya, memangnya kalian berdua pacaran?" Tanya Ana hati-hati—Vanya menggeleng.
"Tapi, kan, An. Dia bilang mau serius sama aku, tapi kenapa dia deketin perempuan lain?" Tanya Vanya tidak mengerti.
"Terus, kamu suka nggak sama Sandy?" tanya Ana mencoba memahami Vanya. Vanya diam, mencoba mengenali perasaannya yang canggung.
Ana menyimak jawaban Vanya yang menggantung sembari mengunyah kurma.
"Coba kamu perbaiki dulu hati kamu, sampai kamu bisa menyikapi suatu hal dengan pikiran yang baik. Apa kamu udah tanya Sandy tentang hal yang mengganggu pikiran kamu?" sambung Ana pada Vanya.
"Itu sih namanya kamu cemburu" Ana menggoda.
"Belum nanya.. ih apaan sih Na" Wajah Vanya merona.
"Idiih merah mukanya.. hahaha. Nah..baiknya coba tanyain deh ke Sandy tentang anak junior tadi. Biar gak penasaran sendiri, tapi yaa.. kalau kamu biasa aja seharusnya sih gak perlu di pikirin"
"Tapi, An.." Vanya menggantungkan omongannya, urung menambahkan kata tapi yang akan keluar dari mulutnya.Isi kepalanya menerawang, bias.
Banyak hal yang tidak ia mengerti sehingga membuatnya terdiam, air matanya menggantung. Ana bangkit dari kasurnya, mendekati Vanya, dan memberikan sebuah pelukan.
"Gak semua bisa di selesaikan oleh logika kita, Nya. Serahin sama Allah. Kenali hati kamu yang terpenting dan sekarang tenang dulu ya.." Ana berbisik, Vanya menangis.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pramugari Undercover.
Genel KurguVanya merupakan Tokoh Utama di cerita ini. Wanita yang masih terjebak dengan perasaan di masa lalunya, dan lahir dari keluarga yang sederhana,di penuhi dengan cinta kasih. Saat Vanya dewasa bekerja menjadi Pramugari, sedangkan Ibunya mengalami sakit...