BAGIAN 28

2.9K 79 2
                                    

"Itu hanya rekayasa belaka. Jadi, jangan terlalu berharap".

Saat irina mengucapkan kata itu, entah mengapa ada sisi yang menghangat. Daniel tepis jauh-jauh tak mau memikirkan itu, irina melepaskan pelukannya menatap daniel senang seolah ini adalah akhir cerita. Sungguh di sayangkan cerita yang sebenarnya akan dimulai sesaat lagi.

"Kau tau, saat kau mengucapkan selamat pagi aku sungguh senang".

Daniel hanya menatapnya, menunggu kelanjutan cerita irina. Menurutnya, itu sangat berlebihan.

"Aku tak akan marah, itu sudah terjadi. Jadi, lupakanlah yang kejadian malam itu". Ucap irina dengan wajah memerah.

"Iyah".

"Hm, bolehkah aku bertanya?".

"Boleh, apa?".

" kenapa kau menatap pelayan itu dengan tatapan yang tajam. Apakah dia membuat kesalahan?". Tanya irina. Sedikit berubahan raut wajah daniel itu menyebabkan irina tak enak hati.

"Maaf, kalau aku bertanya seperti itu".

"Tak apa. Mungkin kau salah lihat, sebab aku tak menatap pelayan itu. Aku menatap penjaga yang di ujung pintu". Dusta daniel.

"Oh, aku kira kau menatap pelayan itu".

"Kau terlalu polos,irina". Pikir daniel.

Mereka telah selesai makan. Irina tau kewajibannya, menyiapkan baju kerja daniel, dan tas kantornya.

"Kau disini baik-baik saja. Jangan terlalu kelelahan, jaga dia". Perkataan daniel berhasil membuat irina bingung.

"Jaga siapa?". Tanya irina.

"Jaga anak kita". Daniel mengelus perut irina yang masih datar. Lalu pergi menuju mobil yang telah disiapakan untuk kekantor.
.   .   .   .   .    .

Di tempat lain seseorang tersenyum, melihat kelakuan daniel terhadap irina sang gadis polos tak tau apa-apa itu.  Selama ini,daniel tak pernah memperlakukannya seperti itu,hanya cacian yang dia terima dulu saat anaknya mereka ralat 'anaknya'meninggal itu pun karena penyihir hitam tak lain dan tak bukan adalah dravina. Sekarang tugasnya adalah menjaga irina, ini ia lakukan agar irina tak bernasib sama dengannya.  Seseorang itu pergi, kedapur mengambil seseuatu untuk diberikan kepada calon anak irina. 

"luna". Tegur seorang maid.  Irina menatap maid yang memanggilnya itu,  dan tersenyum hangat.

"ada apa? " tanya irina,maid itu tersenyum dan menyodorkan sesuatu sebuah sebuah topi kupluk.

Irina terlihat bingung dengan pemberian maid itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irina terlihat bingung dengan pemberian maid itu.  Sebuah topi kupluk merah maron rajut untuk anak bayi.

"topi?". Irina mengerutkan sedikit kening maid itu tersenyum agak lirih.  Harusnya topi itu untuk anaknya tapi tragedi itu terjadi.

"ini untuk anak luna,aku merajutnya khusus untuk anda, luna". Dusta maid itu, irina menerima topi rajut merah maron. Setidaknya dengan begitu irina tidak curiga, irina tetap masih dalam kebingungan tapi ia juga punya sopan santun dengan menerima hadiah dari maid itu, setidaknya masih ada yang peduli kelak dengan anaknya ini.  Maid itu setelah memberikan sebuah topi rajut kepada irina, ia pergi ke dapur memulai aktivitasnya.

Irina pergi kekamarnya,menyipan topi rajut didalam lemari. Dia juga sedikit menghela nafas dan berdoa didalam hati. Setelah ia berdoa didalam hati, irina turun dan pergi kedapur membuka lemari pendingin mencari sesuatu untuk dimakan. Padahal,belum lama ini dia makan, dan mencari makanan. Irina rasa dia mulai sedikit mengidam, dilemari pendingin ia menemukan mangga.

"Mangga,ini aja deh".

Mengambil pisau yang terletak dimeja, lalu mengpuanya dengan hati-hati agar tidak terkena tangannya. Seorang maid melihat itu dan menegur irina.

"Maaf,luna. Biarkan saya yang mengupas mangga itu". Kata maid dengan wajah yang ditundukan.

"Aku bisa sendiri,lagi pula ini hanya mangga, dan--". Perkataanya terpotong saat tanpa disengaja irina melukai tanganya sendiri. Maid itu kaget dan buru-buru mengobati luka irina, irina sedikit meringis saat alkohol itu terkena lukanya.

"Sudah selesai,luna. Dan mari mangga itu saya yang kupas".

Irina menyerahkan mangga itu kepada maid, dia menongka kedua wajahnya dengan kedua tanganya sendiri. Maid itu sedikit bingung dan berani bertanya kepada irina.

"Ada apa,luna?".

"Ahg, dunia ini kejam yah. Mereka mengambil apa yang bukan milik mereka dan menghancurkan orang yang sudah mereka rampas, padahal itu sesuatu yang belum tercapai".

Maid itu sedikit tersenyum dan tetap memotong mangga itu dengan potongan dadu.

"Bukanlah dunia yang kejam,melainkan takdir kita yang sudah diatur tuhan. Kita sbagai manusia hanya bisa menerima,berusaha,dan hasilnya ditentukan oleh yang maha kuasa". Perkataan itu berhasil membuang irina tercengang atas perkataan maid tadi.

"Benar juga perkataanamu itu. kau tau,aku juga bingung kenapa bisa terjebak didalam dunia yang sangat berbeda dengan duniaku. Dulu,aku hidup tanpa mengenal apa itu cinta,tapi sekarang aku tau apa itu cinta. Dan cinta itu menyakitkan sekaligus juga membahagiakan".

"Cinta itu adalah dua orang yang berkomitmen,jujur,menjaga kepercayaan,menghargai satu sama lain. Dan cinta juga mengajarkan, kesetian,kesabaran, saling menjaga satu sama lain, tidak egois, dan masih banyak lagi". Kata maid itu sambil tersenyum kepada irina.

"Kayanya,kau lebih berpengalaman soal namanya cinta?".

"Tidak juga luna,aku hanya menyampaikan apa yang pernah aku rasa".

"Oh begitu". Sambil menongka tanganya melihat kearah maid itu.

"L-luna,jangan melihatku seperti itu".

"Oke,jujur padaku".

"Jujur apa,luna?".

"Apa kau mempunyai,kekasih?".

Pertanyaan irina,membuat maid tersebut tersedak ludah sendiri.

"Ah,ini minumnya".

"Tidak,makasih. Kekasih?,ah aku dengannya sudah pisaha".

"Pisah?,maafkan aku".

"Tidak apa,luna aku ijin untuk kebelakang".

"Ah,baikalah. Dan makasih sudah mengobati lukaku".

Irina duduk diruang tamu, tiba-tiba hpnya berderit menunjukan ada pesan yang masuk.

"Dia--".

Hai..hai..bagaimana dichapter ini?, agak yh,yh. Dan makasih yh yg sudah mau baca critaku ini 😊😊😊😊😍😍,dan jgn lupa vote dan komen. Tapi ingat komen nya dengan bahasa yang sopan yah. Dah..dah..😊😊😊☺☺☺😍😍😍

Always The Alpha ( Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang