41. Berpisah

2.3K 67 3
                                    

"Jika saat ini lo pergi, siapa yang akan jaga gue? Siapa yang akan ngejahilin gue? Siapa yang akan ngusik hidup gue?"

-Allencia-

*******

"Gimana dok anak saya?" tanya Vania setelah dokter keluar dari ruang UGD.

"Kondisinya baik-baik saja bu, dia hanya drop dan syok. Hanya saja wajahnya sangat buruk. Banyak sekali luka goresan di wajahnya" ucap dokter itu.

"Goresan? Apa maksud dokter?" tanya Vania.

"Iya, banyak sekali goresan benda tajam, mungkin semacam pisau" ucap dokter itu lagi.

"Saran saya, Clara harus operasi plastik. Karena, wajahnya tidak memungkinkan akan kembali normal" ucap dokter itu lagi.

"Baik dok, nanti saya akan konfirmasi dengan suami saya" jawab Vania.

"Boleh saya masuk dok?" tanya Vania. Dokter itu mengangguk membolehkan.

Vania masuk ke dalam di ikuti oleh Karin dan Key. Sebagian yang lain berada di luar.

Vania berjalan pelan menghampiri anaknya. Ia menangis lagi melihat anaknya terbaring lemah.

"Sayang. Kamu kenapa bisa seperti ini sayang?" tanya Vania dengan air mata yang terus mengalir.

"Bangun dong sayang" ucap Vania lagi.

"Mama!!" panggil 2 orang laki-laki yang baru saja memasuki ruangan.

"Gimana keadaan Lensi, ma?" tanya Arnan, kakak Lensi.

"Mukanya kenapa di perban kayak gini sih, ma?" tanya Gerald yang sekarang sedang mengusap punggung mamanya.

"Mama nggak tau sayang, mama-- mama--" Vania tak mampu meneruskan kata-katanya. Ia merasa bukan ibu yang baik. Ia tidak bisa menjaga anaknya.

"Ma udah ma, mama tenang dulu, Enci pasti nggak apa-apa" ucap Arnan menenangkan Vania. Lalu memeluk Vania penuh hangat.

"Kak, sebenernya kakak gue kenapa?" tanya Gerald kepada Key dan Karin.

"Gue nggak tau Ge, Excel yang bawa kesini" jawab Erin.

Tanpa berkata apapun, Gerald keluar menghampiri Excel.

"Kak, kakak gue kenapa? Sebenernya apa yang terjadi sama kakak gue?" tanya Gerald kepada Excel dengan tidak sabar.

Gerald menatap Angga. Angga mengangguk. Lalu menghela napas berat.

"Biar gue yang jelasin" ucap Angga.

Lalu ia menjelaskan semua secara detail. Tentang Aldriel yang marah-marah saat di telfon seseorang sampai mereka berdua menyaksikan kejahatan Erin.

Gerald mengepalkan tangannya kuat. Begitu juga yang di lakukan Alex dkk.

"ANJING!!!" teriak Gerald sambil meninju di udara.

"Tega banget Erin bisa ngelakuin itu, benar-benar nggak nyangka gue" ucap Alex dengan geleng-geleng kepala.

"Sekarang bang Aldriel mana?" tanya Gerald.

Angga menggeleng. Excel juga sama. "Gue nggak tau dia dimana. Setelah tau lokasi itu, dia langsung pergi tanpa berkata apapun. Gue juga sempat di bentak" jelas Excel.

"Apa dia bener-bener cinta sama kakak gue? Disaat kondisi kakak gue seperti ini, dia malah pergi entah kemana" ucap Gerald dengan amarahnya.

"Jangan ngomong kayak gitu Ge, gue yakin Aldriel nggak kayak gitu. Dia nggak bakal ninggalin orang yang dia sayang" sela Angga membela Aldriel.

The Sincerity Of Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang