Leo 3 - Khawatir

480 71 82
                                    

Leo

Gue selalu suka kebisingan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue selalu suka kebisingan.

Meskipun menurut kebanyakan orang kebisingan itu membuat kepala pening, tapi menurut gue itu malah saat-saat yang tepat untuk bersenang-senang. Melupakan semua masalah yang lo tanggung sendirian meski hanya sementara.

Gue gak suka sepi. Karena saat sepi pikiran gue penuh.

Saat berada di tengah keramaian gak ada satu hal pun yang gue pikirkan selain bersenang-senang untuk menikmati hidup walau cuma sebentar.

Karena selama ini hidup gue lebih didominasi oleh kesunyian yang mengharuskan gue untuk banyak berpikir sampai rasanya kepala gue mau meledak.

Gue gak suka banyak berpikir. Apalagi memikirkan hal-hal yang gak seharusnya gue pikirkan.

Tapi gue sering melakukannya.

"Tumben lo ke sini lagi? Ada apaan nih?" tanya sosok cowok berjaket kulit hitam yang sekarang duduk di samping gue sambil menuangkan vodkanya ke dalam gelas.

Seharusnya gue tau kalau dateng ke sini pasti bakalan ketemu sama dia.

"Gak ada apa-apa. Lagi pengen aja," jawab gue seadanya kemudian meneguk gelas ke tiga tequila yang gue pesan. Gue harus mengingatkan diri gue sendiri supaya gak hangover karena gue gak mau kebablasan lagi.

"Mata lo gak bilang begitu."

Gue menarik nafas lelah. Walaupun gue gak terlalu deket sama cowok brengsek yang sekarang duduk di
samping gue  ini kecuali dalam urusan band, tapi dia selalu tau kapan gue berbohong. Dan itu yang membuat gue sangat menghindarinya.

"Gue denger bokap lo mau nikah lagi?"

"Gak tau. Gak ngurusin."

Sejujurnya gue tau karena pria bangkotan itu gak pernah berhenti mengirimi gue pesan singkat yang memerintahkan gue untuk menghadiri pernikahan dia dengan perempuan berbisa itu. Dan jelas gue gak akan mau untuk menghadirinya.

Oke, mungkin kalian bakal mengira kalau gue ini anak durhaka yang gak tau terimakasih. Udah dibiayain kuliah mahal-mahal, saldo ATM gak pernah kosong, hidup terjamin, tapi masih aja musuhin orangtua.

Tapi yang perlu kalian tau. Gue jarang banget make uang bokap untuk keperluan hidup gue. Gue selalu berusaha untuk memenuhi hidup gue dengan hasil kerja keras gue sendiri. Manggung sana-sini, ngajar les private menggambar, atau sekedar bantu-bantu di tokonya Keanu.

Gak seberapa emang hasilnya. Dan gak akan sebanding juga sama apa yang udah bokap kasih. Tapi gue selalu berusaha.

Pernah waktu itu gue telat bayar uang semester karena gue sama sekali gak punya uang. Jangankan buat bayar uang semester, makan aja harus irit-irit.

Dan setelah itu gue mendapat telepon dari Baginda Raja yang langsung menyemburkan amarahnya karena dia tau kalau gue belum bayar uang semester. Dia langsung mentransfer uang tersebut pada pihak administrasi meskipun gue gak pernah meminta.

Tacenda [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang