Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suasana toko hari ini mendadak lebih ramai dari biasanya. Gue bahkan sampe kerepotan sendiri ngurus barang yang baru dateng sekaligus ngelayanin pembeli. Gak cuma gue sih sebenernya, ada beberapa rekan gue yang ikut andil.
Banyak yang nyuruh gue untuk berhenti kerja dan fokus kuliah aja, bahkan nyokap gue sendiri bilang begitu.
Tapi gue gak mau.
Toko ini satu-satunya aset keluarga gue yang ada di Bandung karena semua perusahaan atau toko-toko berada di Jakarta. Gue seneng kok kerja di sini. Walaupun pekerja-pekerja di sini menganggap gue sebagai atasan mereka karena gue anak pemilik toko, gue gak pernah menganggap diri gue demikian. Gue tetep mahasiswa biasa yang bekerja untuk sekedar menambah uang jajan.
Gue gak pernah merasa keberatan kok kalau misalnya gue dapet tugas yang berat-berat seperti mengangkut barang yang baru dateng dari truk. Selagi gue bisa ya pasti gue kerjain.
Toko ini sebenernya cuma sekedar toko buku peralatan sekolah biasa. Baru-baru ini sih gue memberi usul buat menjual beberapa kaset dvd biar pengunjung gak bosen cuma membeli buku atau alat tulis aja, eh tau nya malah laku dan bikin toko makin ramai. Lumayan lah nambah pemasukan toko.
Dengan begini seengaknya gue bisa mengurangi sedikit beban nyokap yang selama ini banting tulang buat mencari nafkah.
Setelah papa pergi.
"Belom kelar juga tugas lo?"
Gue mengalihkan fokus dari layar laptop ke arah cowok bertubuh jangkung yang entah sejak kapan berdiri di samping gue. Gue hanya memberikan sebuah gelengan atas pertanyaannya.
"Pulang aja terus kerjain di rumah. Lebih enak 'kan?"
Gue yang mendengarnya cuma bisa tertawa. Kalau pulang mana bisa ngerjain tugas gue, diajakin main PES iya. Secara seisi rumah otaknya mencong semua-kecuali gue dan Darel tentunya.
Gue melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangan gue. Ternyata udah jam sepuluh, dan tandanya udah waktunya tutup toko.
"Lo balik duluan aja, biar gue yang nutup toko," kata gue sambil menutup laptop yang layarnya udah mati.
"Gue bantuin lo nutup aja."
Asalways. Reandra Arvino gak akan pernah mau pulang duluan sebelum gue pulang kalau kita lagi jaga bareng.
Gue tersenyum kemudian memasukan laptop dan buku catetan gue ke dalam tas. Gue bangkit dari kursi kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru toko. Tinggal tiga orang pengunjung, dua nya udah berdiri di depan meja kasir yang saat itu lagi dijaga sama Airin-junior gue.
Cuma ada satu cewek yang masih berdiri diantara rak berisi sketchbook dan alat-alat gambar lainnya.
Cewek itu. Cewek yang setiap dua minggu sekali dateng ke toko ini buat membeli peralatan gambar.