Bara
Hari ini judulnya Sabtu sial. Gimana nggak? Pertama, gue lupa buang kulit pisang—lagi— dan menyebabkan gue jatoh dari tangga yang tentunya mendapatkan sambutan berupa tawa biadab dari seorang Raskal Gevanio. Kedua, saat gue mandi air nya mendadak mati dan posisinya itu lagi keramas dan gak ada air sedikit pun di ember tampungan. Ketiga, boxer gue robek—oke itu emang agak konyol tapi tetep aja itu masuk ke dalam daftar barang berharga gue. Boxer bergambar spongebob si celana kotak pemberian dari kesayangan gue alias Naina Syarmila robek gara-gara kelakuan manusia ceroboh yang telinganya kebanyak baking powder, Alchandra Leonardy. Gak tau deh gimana ceritanya bisa robek pokonya dia ngaku kalau dia pelakunya. Anjing emang.Hari ini niatnya gue mau ngajak Naina jalan-jalan karena kemaren sore dia baru balik dari Sigapura dan gue belum sempet ngehubungin dia. Gue belum bilang sih, ya semoga aja dia gak ada acara mengingat kesayangan gue sekarang udah jadi kesayangan orang banyak juga.
Setelah Naina debut dan namanya melejit dengan cepat di industri musik, gue merasa kalau waktu kita buat bareng-bareng berkurang. Ya gue ngerti sih dia sibuk dan gue juga—walaupun gak sesibuk dia. Gue selalu nyoba buat ngerti dan percaya karena kunci untuk mempertahankan sebuah hubungan yaitu saling mengerti dan saling percaya.
Anjay banget gak sih woi? Baraputra Rajendra nih yang ngomong.
Gue memarkirkan Milky di depan pekarangan rumah yang dihiasi dengan berbagai macam jenis bunga kesukannya Tante Mira, nyokapnya Naina. Oh iya, Milky yang gue sebut ini bukan susu kotak beroda yang bisa jalan, bukan. Milky adalah ninja putih yang gue beli dari hasil tabungan gue sendiri—ditambahin emak sih dikit ehehe.
Kenapa gue kasih nama Milky? Karena kata Naina warnanya putih kayak susu vanilla yang sering kita beli setiap jalan kemana aja. Iya Naina sesuka itu sama susu vanilla. Setiap kita hunting pasti dia selalu nitip buat bawa minimal tiga kotak susu vanilla, gak boleh kurang tapi kalau lebih boleh. Jujur sampe saat ini gue masih bertanya-tanya apa dia gak enek minum susu vanilla sebanyak itu? Gue aja yang liat mual sendiri.
Begitu gue keluar dari mobil, pengelihatan gue manangkap sosok cewek yang lagi berdiri di balkon kamarnya masih dengan setelan piyama tidur yang udh belel tapi gak pernah bosen buat dia pake. Siapa dulu yang beliin, Bara gitu loh.
"Bara!"
Gue cuma bisa nyengir setelah mendengar teriakan nyaring seorang Naina Syarmila yang menyerukan nama gue. Terserah deh ya lo semua mau bilang gue dangdut atau apa kek yang jelas hati gue sekarang cenat-cenut kayak ABG yang kena love at the first sight.
"Kamu ngapain?!" dia masih berdiri di tempatnya, belum beranjak sama sekali.
Gue cuma bisa cengengesan sambil garuk pipi gue yang gak gatel. Cuma tiga hari gak ketemu masa bisa canggung sih?
"Ngajak jalan?"
Gak. Itu sama sekali gak terdengar seperti jawaban melainkan pertanyaan.
"Hah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda [Republish]
Ficción General[ON HOLD] (n.) things better left unsaid; matters to be passed over in silence "Not all words should be spoken."