Adriel 5 - Asing yang Segalanya

437 65 13
                                    

Adriel

Dulu, gue selalu suka jalan-jalan malam sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dulu, gue selalu suka jalan-jalan malam sendirian. Semenjak Clara pindah ke USA, gue gak menemukan seorang pun yang cocok untuk gue jadikan teman jalan-jalan seperti yang sering gue lakukan bersama dia.

Gue kira cuma Clara Sheinafia yang selalu antusias saat gue ajak jalan-jalan ke tempat-tempat yang selalu ramai saat malam tiba.

Gue kira cuma Clara Sheinafia yang akan melihat kembang api berlomba-lomba menunjukkan kencantikan warna-warnya di langit sana dengan tatapan takjub.

Gue kira... Cuma Clara Sheinafia yang menjadi satu-satunya orang yang bisa menemani salah satu kegiatan kesukaan gue selain melukis-jalan-jalan malam.

"Gue mau beli gulali deh, tapi ngantre bangeeeet."

"Riel, naik bianglala yuk!"

"Liat deh boneka beruangnya gede bangeeet! Ayok main, Riel, biar dapet beruang!"

Ternyata ada satu orang yang sama antusiasnya, yang sama hebohnya, dan sama cerewetnya dengan cewek yang sukses membuat gue kecewa hari ini.

Ada dia, Lunadya Valery.

Melihat gimana dia persis seperti anak SD yang baru pertama kali pergi ke pasar malam membuat gue sedikit terkejut karena gue kira cewek kayak dia gak akan suka diajak ke tempat ramai begini. Gue kira dia juga akan risih saat berdesak-desakkan di area yang dipadati manusia seperti cewek-cewek yang gue kenal pada umumnya.

Tapi ternyata enggak.

Dia justru kelihatan jauh lebih senang berada di tempat ini.

Saat ini kami berdua duduk di salah satu bangku kosong yang berada tepat di depan stand permainan lempar gelang sambil menyantap permen kapas ukuran besar yang berhasil dia beli meskipun harus mengantre lama.

Rambutnya sedikit berantakan. Raut mukanya pun kelihatan capek banget, tapi dia sama sekali gak mengeluh akan hal itu. Mungkin kalau gue gak menyuruhnya untuk istirahat sejenak dia masih sibuk lari dari satu wahana ke wahana lain.

Dan ngeliat gimana cara dia tersenyum, gue akui kalau gue agak sedikit lega.

Lega karena dia udah gak sesedih beberapa jam yang lalu.

Lega karena gue bisa ngembaliin senyumnya.

"Lo baru pertama kali ya ke tempat kayak gini?" tanya gue sambil terus memandanginya yang masih sibuk mengunyah permen kapasnya.

"Enggak."

"Serius?"

Mendengar nada terkejut yang keluar dari mulut gue, dia langsung menoleh kemudian secara tiba-tiba menyemburkan kekehan pelan.

Anjir, pasti ekspresi muka gue kocak banget sekarang makanya dia ketawa.

"Kok lo kaget gitu sih?"

Secepat mungkin gue kembali mengubah raut wajah gue seperti biasanya, datar.

Tacenda [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang