1. Awal dari segalanya

13.2K 942 498
                                    

Prankkk

Suara pecahan seperti itu sudah tidak asing lagi di pendegaran Bintang Pramudya Jaya yang biasa dipanggil Bintang ataupun Monyet oleh sahabat dekatnya.

Sunyinya malam dengan angin yang berhembus seketika berubah mencekam setelah kedatangan Bimo, ayah tirinya.

Tak berselang lama, suara itu tergantikan oleh tangisan wanita yang amat menohok hati Bintang. Wanita itu amat Bintang sayangi, melebihi sayangnya pada dirinya sendiri yang kacau.

"CUKUP!"

Plakkk

Bintang mengumpat kasar dan berjalan menuruni anak tangga. Menghampiri lelaki brengsek dengan kedua telapak tangannya yang mengepal keras.

Bluggg

"Bintang, jangan!"

Telat seperempat detik untuk mengucapkan dua baris kata itu. Sudah, hanya sekali tinjuan cantik seorang Bintang mengenai  perut kiri ayahnya. Sekali, tapi efeknya luar biasa.

Gejolak amarah sudah tidak bisa ditahan lagi. Buat apa bersikap bodoh seakan tidak tahu di hadapan orangtuanya. Bintang menatap tajam melebihi tajam silet.

"Ini yang mamah bilang papah?!" tanya Bintang menunjuk tepat ke wajah Bimo.

"Jaga sikapmu, Bintang!" sahut Bimo tak kalah emosi.

"Anda suruh saya menjaga sikap, sedangkan sikap anda sendiri seperti tadi! Hah!" ucap Bintang sebelum dirinya benar-benar meninggalkan rumah dengan motor ninja hitam miliknya.

Semua masalah mulai bermunculan di kehidupan Bintang semenjak dirinya memasuki masa SMA.

Masa dimana semua orang menganggap masa terindah, tapi tidak dengan Bintang. Bahkan, Bintang sendiri ingin kembali ke masa kanak-kanak. Masa dimana dirinya bisa tertawa lepas tanpa beban seperti sekarang.

Bingung, satu kata yang mewakili Bintang saat ini. Seperti air yang mengalir tanpa tujuan yang jelas, membiarkan dirinya terbawa arus apapun.

Tak ada yang tahu dan mengerti kondisi Bintang saat ini, karena Bintang selalu bisa menutupinya dengan sebuah senyuman palsu di hadapan sahabatnya.

Citt

Jari-jari di tangan kanannya refleks mengerem motor miliknya yang hampir saja menabrak seseorang. Bintang lantas turun dari motornya, bagaimanapun juga dirinya harus tanggung jawab.

"Lo gak kenapa-kenapa kan?" tanya Bintang.

Gadis itu menggeleng lemah lalu meninggalkan Bintang dan melanjutkan jalannya.

"Nama lo siapa? Lumayan buat nambah kontak WA," ucap Bintang seraya tertawa garing diakhri kalimatnya.

Gadis itu menoleh dan menjawab, "Gue kasih tau kalau kita ketemu lagi," setelah itu gadis itu benar-benar pergi dan tak terlihat sampai di ujung jalan yang sepi.

Bintang terus menatap kepergian orang asing yang terkikis oleh jarak. "Bodo amat juga unfaedah," monolognya.

Tinnnn

Suara klakson motor dari arah belakang sukses membuat Bintang mengumpat kesal.

"Nyet! Ini gue, Nathan," ucap seseorang dari balik helm fullfacenya.

"Eh lo, gak nyangka kita ketemu. Jangan-jangan kita jo..." jeda.

"Lanjut ngomong gue sumpel pake kaos kaki nih," potong Nathan.

Bintang menyatukan kedua bibir atas dan bawahnya. Sudah kapok dengan kaus kaki busuk milik Nathan yang hampir membuatnya pingsan saat di kelas tempo hari. Bayangkan saja, kaus kaki tidak dicuci selama 5 hari berturut-turut dan di hari terakhir disumpelkan ke sumur kembar Bintang yang mancung.

"Eh malah bengong, lo mau kemana?" tanya Nathan.

"Ke hatimu, ih najis geli sendiri gue," jawab Bintang bergidik geli atas candaannya tadi.

Nathan tak mengubris dan segera melajukan motornya. Meninggalkan Bintang yang masih bingung ingin kemana.

"Kenapa gue gak ikut tuh anak aja ya? Ah, emaknya bawel males gue," monolog Bintang.

Ide cemerlang muncul dalam benaknya. Cowok itu cepat-cepat menaiki motornya dan melajukan dengan kecepatan rata-rata.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di sebuah danau yang ada di Jakarta. Danau berbentuk lingkaran yang sering disebut Danau Cincin di daerah setempat. Pinggiran danau dikelilingi sebuah tembok terbuat dari semen yang aman jika diduduki.

Dari sini, Bintang bisa melihat lampu-lampu jalan yang menyala menghiasi malam dan juga bintang-bintang yang menghiasi langit. Perpaduan yang pas dengan tambahan bulan purnama yang bayangannya memantul dengan genangan air.

Cukup membuat jiwa Bintang tenang dan damai. Seolah-olah lupa dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. Bintang melihat pantulan dirinya sendiri yang tidak jelas di atas air.

Bintang sedikit tersentak saat melihat seseorang di belakangnya.

"Lo yang tadi itu kan? Lo manusia kan?" ungkap keterkejutan Bintang.

Gadis itu terkekeh dan duduk di samping Bintang. Seakan sudah akrab dengan Bintang atau biasa disebut SKSD.

"Kita ketemu lagi loh, jadi nama lo siapa?" tanya Bintang penasarannya yang sudah melebihi batas.

Gadis itu menjulurkan tangan kanannya dan menjawab, "Aura Mentari Senja," tersenyum simpul diakhir kalimatnya.

Bintang meraih uluran tangan itu dan berucap, "Bintang Pramudya Jaya," tersenyum tipis diakhir kalimatnya. Sangat tipis dan Bintang yakin tak akan terlihat.

Mentari mengalihkan pandangannya ke atas tepat dimana bintang-bintang bertaburan.

Bintang justru mengalihkan pandangannya kembali ke bawah tepat dimana air menggenang dengan damai.

Kedua insan itu menoleh secara serempak tanpa dikomando. Seperti satu hati yang dibagi menjadi dua bagian. Satu untuk Bintang dan satunya lagi untuk Mentari.

"Mau kemana?" tanya Mentari.

"Gak tau, bingung gue," jawab Bintang jujur.

Mentari mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Lo sendiri?" tanya Bintang.

"Sama kayak lo, bingung," jawab Mentari lalu tertawa miris.

Bintang bangkit dari duduknya disusul rasa heran dari Mentari.

"Eh, mau ngapain?" tanya Mentari yang melihat Bintang berdiri di atas pinggiran danau.

"Mau teriak kenceng biar gue bisa lupain masalah hari ini," jawab Bintang lalu menyatukan kedua telapak tangannya ke mulut.

Aaaaaaaaaa

"Cuman segitu? Denger nih," ucap Mentari seraya bangkit mengikuti Bintang.

Aaaaaaaaaaaaaa

Bintang dan Mentari bersamaan tertawa lepas. Melupakan masalah yang Tuhan berikan masing-masing hari ini. Keduanya yakin bahwa Tuhan sayang dan tidak akan memberikan masalah melebihi batas kemampuan masing-masing.

"Lain waktu semoga kita bisa ketemu," ucap Bintang lalu turun dan berjalan menuju motornya.

Aamiin, batin Mentari.

Mentari melambaikan tangan kanannya ke udara tanda perpisahan. Kemudian disusul deru knalpot dari motor ninja hitam milik Bintang yang membelah jalanan Ibu kota yang lenggang.

-Love with badboy-

Next?
Jakarta,
09-05-18
Malam






Love with badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang