Hari ketiga dimana hari penentuan. Bagaimana pun juga Mentari sudah janji menjawab pada hari ini, entah pagi, siang, sore, atau pun malam. Dan apa pun jawaban yang terlotar dari Mentari, Bintang sudah siap dan menerima dengan ikhlas.
Tinnn
Tidak salah lagi, itu pasti suara klakson motor Bintang. Semua yang berada di meja makan saling pandang satu sama lain.
Mentari yang sudah rapi dengan seragamnya itu bangkit dan berjalan untuk menemui sang pengklakson.
Queen yang yakin seratus persen sang pengklakson adalah Bintang, lantas mengikuti.
"Biar gue aja yang nyamperin," seloroh Queen seraya mendahului Mentari yang ingin keluar.
Mentari hanya diam, membiarkan saudara tirinya itu bahagia.
"Hai, pagi Bintang," sapa Queen penuh senyum seraya melingkar-lingkar rambut gelombangnya yang diwarnai sedikit coklat.
Bintang hanya membalas dengan senyuman kikuk. Lalu cowok itu celingak-celinguk mencari keberadaan Mentari yang masih berada di balik pintu.
"Mentari mana?" tanya Bintang.
Queen mendengus kesal dan berbalik. Menghampiri Mentari seraya menyuruhnya keluar.
Mentari berjalan menuju Bintang. Bingung harus berkata apa yang memutuskan gadis itu untuk diam membisu.
"Berangkat bareng, bilang dulu sana!" saruh Bintang.
Saking tidak fokusnya Mentari bertanya dengan bodoh, "Bilang apa?" Sedetik kemudian gadis itu sadar.
Tapi Bintang terlanjur menyahut, "Bilang 'Mentari pamit sama calon pacar' gitu."
Mentari tak menggubris dan segera masuk ke rumahnya untuk meminta izin.
"Pah, Mentari bareng Bintang lagi ya," rengek Mentari seraya memegang tangan Witama.
"Owh, iya gak pa-pa. Asal hati-hati," sahut Witama bijaksana.
Sadar, di hadapannya bukan lagi putri kecil yang harus selalu didampingi orangtua. Melainkan putri yang harus dijaga dan diperhatikan orangtua seiring berjalannya usia.
Mentari sumringah dan segera menyalami tangan Witama dan Sonya. Sementara disamping itu, Queen dibakar api cemburu yang membara-bara.
Bintang setia menunggu di atas motornya. Berharap Mentari diperbolehkan. Ternyata harapannya tak sia-sia.
"Yuk!" ajak Mentari.
Bintang segera memakai helmnya. Mentari segera naik ke jok belakang.
"Lo udah sarapan?" tanya Bintang.
"Udah," jawab Mentari.
Gagal niatnya untuk mengajak Mentari sarapan bubur kaki lima di pinggir jalan.
Bintang lantas melajukan motornya langsung ke sekolah. Dengan kecepatan yang berbeda lebih santai. Mengingat masih terlalu pagi jika menunggu di sekolah.
"Tumben gak ngebut?" heran Mentari.
"Owh, pengennya ngebut ya biar bisa pegangan? Ngakak," jawab Bintang dengan tingkat kepercayaan dirinya yang luar biasa.
Hening.
Sampai motor Bintang berhenti di sekolah. Benar pikiran Bintang, sekarang masih pagi. Guru-guru pun hanya beberapa saja orang yang sudah datang.
"Masih sepi, lo sih jemput cepet-cepet," Bukannya bilang terima kasih itulah kata yang terlontar dari mulut Mentari.
"Siapa bilang rame, manis," sahut Bintang mulai hobinya.
Mentari mendengus kasar dan jalan mendahului. Seolah lupa dengan janjinya hari ini.
"Pura-pura lupa atau lupa beneran?" tanya Bintang seraya menyamai langkahnya dengan Mentari.
Mentari menghentikan langkahnya dikikuti gerakan refleks yang sama oleh Bintang.
"Hmm, sekarang kan masih pagi, jadi nanti dulu ya," ucap Mentari menunda-nunda.
"Gak masalah, tapi janji hari ini," sahut Bintang.
Mentari mengangguk membiarkan Bintang berjalan terlebih dahulu. Rasanya saat ini juga gadis itu ingin kembali ke rumah dan berpura-pura sakit di balik selimutnya.
Berdetik-detik Mentari menunggu Bintang supaya jalan, tapi cowok itu tetap berada di posisinya yang membuat Mentari risih karena terus dipandang.
"Gak jalan?" tanya Mentari.
"Maunya bareng biar para fans gue panas," jawab Bintang sekenanya seraya menarik dan menggandeng lengan Mentari.
Kedua insan itu menyusuri koridor, mulut Mentari komat-kamit berdoa supaya para fans Bintang belum datang.
Sekitar 10 meter, berdiri Cindy dan kawan-kawannya. Seakan menunggu dan akan menghalangi jalan Mentari dan Bintang.
"Bintang! My honey," teriak Cindy seraya berlarian menghampiri Bintang.
"Apaan sih lo pegang-pegang pacar gue!" sewot Cindy seraya melepas tangan Mentari dan Bintang yang menyatu.
Seakan tak mau, Bintang justru mempererat genggamannya dan membuat Cindy geram. Cindy melotot tajam ke arah Mentari yang tak tahu apa-apa.
"Jangan diladenin," bisik Bintang.
"Kenapa?" bisik Mentari yang semakin membuat Cindy panas.
Hiks...hiks...
Semua menoleh ke arah Cindy yang tiba-tiba menangis. Tangisan karena cemburu dan kesal kepada Mentari dan Bintang. Kawan-kawan Cindy segera menenagkan Cindy dan mengajaknya untuk pergi.
Bintang yang tak bisa melihat perempuan di hadapannya lantas ikut menenagkan Mentari.
"Gue paling gak bisa liat cewek nangis, kak," beritahu Bintang seraya jongkok untuk melihat wajah Cindy yang menunduk.
"Lo yang bikin gue nangis," sahut Cindy seraya menghapus air matanya.
Bintang bangkit dan berucap, "Masih bayak cowok di dunia ini yang sayang sama lo, berhenti ngejar-ngejar gue, kak. Karena gue bukan salah satu dari cowok itu." Setelah mengucapkan nasihat itu Bintang melenggang pergi diikuti Mentari dari belakang.
Mentari salut dengan Bintang, senakal-nakalnya dia ternyata sangat menghormati perempuan.
"Bintang..." panggil Mentari.
Mentari yakin ini yang terbaik, gadis itu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan lega.
"Iya, gue suka sama lo," putus Mentari.
Mendengar pengakuan Mentari membuat hati Bintang berbunga-bunga dalam sekejap. Gadis itu tersenyum dan dibalas senyuman juga oleh Bintang.
"Lo gak bakal buat gue nangis kan?" tanya Mentari.
Bintang mengangguk mantap.
"Kalau cinta pergi, lo bakal lakuin apa?" tanya Mentari lagi.
"Gue tetep selalu jagain lo dari kejauhan," jawab Bintang.
Mentari menunjukkan jari kelingkingnya dan segera diikat oleh Bintang. Mengikat sebuah janji untuk tidak saling mengkhianati.
One fine day, batin Bintang.
Tinggal tunggu permainan cinta, batin Mentari.
-Love with badboy-
Next?
Jakarta,
09-06-18
MalamJangan vote kalau gak baca ya
Yang baca jangan lupa vote dan komentarnya ya...Double up wkwk
Geser msh ada=>
KAMU SEDANG MEMBACA
Love with badboy [Completed]
Teen Fiction'Tentang rasa yang tak kunjung mereda' "Gue suka sama lo, lo bisa apa?" -Bintang Pramudya Jaya. Disini, di bawah langit Jakarta, Mentari menceritakan semuanya. Di atas bumi yang berputar pada porosnya dan berputar mengelilingi matahari, Mentari mera...