CLBK, bukan Cinta Lama Bersemi Kembali. Tapi Cinta Lama Belum Kelar. Ya, hubungan cinta antara Bintang dan Mentari. Masing-masing masih memendam perasaan yang belum juga kelar.
Mentari berjalan gontai menuju bangkunya yang berada di barisan kedua. Bisa dikatakan barisan anak-anak rajin dan pintar. Memang fakta bagi Mentari. Dirinya selalu mendapat gelar 5 besar di kelasnya.
"Mentari! Liat pr!"
Baru saja gadis itu menjatuhkan bokongnya, langsung disambut teriakan kencang dari arah belakang. Mentari menoleh dan berdecak kesal menatap Fifi, si preman kelas dengan wajahnya yang panik.
Hati nuraninya luruh. Merasa iba membayangkan apa yang akan menimpa Fifi nanti jika tidak ia beri contekan prnya. Menjadi lampu idiot di depan kelas samping papan tulis putih saat KBM berjalan.
"Nih," ucap Mentari seraya melempar buku tulisnya dan langsung ditangkap mesra oleh Fifi dengan senyumnya yang mengembang.
"Mentari, gue juga liat!"
"Gue juga!"
"Gue belum, gue juga ya!"
"Join!"
Disusul teriakan dari beberapa anak yang pemalas. Mentari mengangguk walau tahu pasti tidak ada yang melihat karena mereka sedang fokus menyalin. Di sinilah semuanya diuji kecepatan.
Mentari melirik jam dinding di samping foto Pak Jokowi. Jam menunjukkan pukul 06.45 masih sekitar 15 menit bel masuk akan berbunyi. Membuatnya gabut harus menunggu, lantas gadis itu keluar kelas.
Saat kaki kanannya yang terlebih dahulu melangkah di ambang pintu, diinjak oleh seseorang yang membuatnya meringis kesakitan.
Mentari mendongak, mendapati Queen sedang tersenyum sinis ke arahnya. Dengan kaki kirinya yang masih setia di atas kaki kanannya.
"Sakitan mana sama hati gue, hah?!" sewot Queen seraya melotot tajam menatap saudara tirinya di hadapannya itu.
"Lo kira cuman lo apa yang sakit? Asal lo tau hati gue juga hancur liat lo pelukan sama Bintang!" sahut Mentari dengan volume suara yang sedikit meninggi.
Siswa-siswi mulai menjadi penonton perang mulut yang sedang terjadi. Mereka berbisik-bisik dan entah apa yang mereka bisikkan. Mentari tak ambil pusing. Begitu pun dengan Queen.
"Sampai kapan pun gue gak akan relain Bintang sama lo!" ucap Queen.
Pengakuan Queen sedetik yang lalu sukses membuat semua yang berada di sana terkejut. Mitos mengatakan jika Bintang saat ini mungkin tengah cekukan karena dibicarakan.
"Kenapa, dek?!" tanya Mentari yang menyebut Queen dengan sebutan 'dek' walau hanya berselang dua bulan lahirnya.
Lagi dan lagi para penonton dibuat terkejut dengan fakta yang baru saja mereka dengar.
"Berhenti panggil gue 'dek' karena sampai kapan pun gue gak rela jadi adek tiri lo!" sahut Queen seraya mengarahkan jari telunjuknya tepat ke hadapan wajah Mentari.
Dari arah tangga tiba-tiba saja muncul Bintang yang tengah berjalan santai. Cowok itu menghampiri sumber keributan yang seakan memanaskan telingannya pagi-pagi seperti ini.
Bintang menerobos kerumunan dan segera bertanya tepat di antara Mentari dan Queen.
"Ada apa?" Dengan satu alisnya yang terangkat.
Queen tersenyum manis ke arah Bintang.
"Gue tanya ada apa, jawabnya malah senyum. Goblok kok dipelihara," sahut Bintang lalu mengalihkan pandangannya ke Mentari.
Bintang menaikkan alisnya, seolah bertanya pertanyaan yang sama. Dibalas gelengan tanda tidak apa-apa oleh gadis itu.
Bintang terkekeh seraya menjatuhkan telapak tangan kananya tepat di atas puncak kepala Mentari. Mengelusnya sebentar seraya menasihati, "Jawab jujur, bohong dosa."
Mentari diam seribu bahasa diperlakukan seperti itu oleh sang mantan. Queen dibakar api cemburu, sedangakn yang menonton dibuat baper.
Kringggg
Bel masuk mengagetkan semuanya. Membuat diri mereka tergerak berjalan menuju kelas masing-masing. Mengingat sudah bosan jika nanti pasti Pak Idris akan segera datang meniup peluitnya yang nyaringnya melebihi bel listrik sekolah.
"Belajar yang bener biar nanti kalau kita nikah terus punya anak, anaknya jadi pinter turunan dari bundanya," nasihat Bintang sebelum dirinya benar-banar pergi ke kelasnya.
Mentari tak berkutik, kondisinya saat ini benar-benar baper. Tak peduli tubuhnya yang mengahalangi murid kelas Sebelas IPS Satu untuk masuk. Terpenting saat ini menormalkan detak jantungnya.
Queen yang menyaksikan perlakuan Bintang kepada Mentari benar-benar cemburu. Detik demi detik seolah berjalan begitu lambat tadi bagi Queen.
Pelupuk mata Queen penuh dengan air mata yang mungkin beberapa detik ke depan akan terjun bebas.
"Lo jahat," lirih Queen dengan suaranya yang parau.
Mentari menatap Queen lekat seraya menaruh kedua tangannya di atas bahu saudara tirinya itu.
"Maaf, untuk kali ini gue gak bisa ngasih apa yang lo minta," desis Mentari pelan, tidak tega melihat Queen menangis.
Queen menepis kasar tangan Mentari yang menumpu pada bahunya. Tangisannya pecah dengan isakan-isakan tiap detiknya. Lalu berbalik dan berlari menuju kelasnya yang hanya berjarak beberapa meter saja.
Mentari memejamkan matanya dengan sedikit mendongak. Menahan air matanya agar tidak jatuh. Menggigit bibir bawahnya dengan kecang. Menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskan.
"Mentari, sedang apa Kamu di sini?"
Sebuah pertanyaan yang terlontar dari bibir seseorang sukses membuat Mentari tersentak dan segera membuka kelopak matanya.
"Cepat masuk!"
Mentari mengangguk patuh memasuki kelasnya. Diikuti Bu Endang yang siap mengadakan Ulangan Harian pada pagi hari ini.
Berjam-jam berlalu dan waktu istirahat hanya tinggal beberapa detik ke depan.
Kringggg
Semua mengumpulkan lembar jawaban yang telah mereka isi. Kemudia keluar kelas untuk mengisi perut mereka yang pada lapar.
Saat melewati meja Bu Endang yang sedang mengecek satu per satu jawaban muridnya, Mentari dipanggil dengan lembut oleh guru itu walau pandangannya tetap fokus pada tumpukan kertas.
"Mentari, sini bentar,"
Mentari lantas menghampiri dengan sedikit kesal pasalnya perutnya sudah sangat lapar.
"Tolong kasih ini ke kelas Sebelas IPS Tiga, bilangin yang gak tuntas siap-siap remedial," suruh Bu Endang seraya menyerahkan tumpukan kertas.
Mentari mengangguk mengiyakan dan mengambil alih. Berusaha ikhlas dengan cara tidak menggerutu sepanjang jalan.
Langkahnya terhenti begitu tepat di depan kelas Sebelas IPS Tiga, kelasnya Bintang. Tiba-tiba saja jantungnya berdegup kencang.
"Nyari gue?" tanya Bintang yang muncul dari balik pintu. Kepedean yang luar biasa!
Mentari melirik sekilas tumpukan kertas yang ia bawa.
"Apa? Surat cinta?" tanya Bintang seraya mengambil alih.
Mentari menghela nafasnya kasar dan berbalik.
"Makan yang bener biar nanti anak kita gak gizi buruk," celetuk Bintang asal seraya terkekeh di akhir kalimatnya.
Terhenti beberapa detik mendengar celetukan receh si badboy cap kadok milik sekolah.
-Love with badboy-
Next?
Kuningan,
17-10-18
PagiMakin absurd wkwk
Maaf ya
Makasih pembaca setiaku♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Love with badboy [Completed]
Teen Fiction'Tentang rasa yang tak kunjung mereda' "Gue suka sama lo, lo bisa apa?" -Bintang Pramudya Jaya. Disini, di bawah langit Jakarta, Mentari menceritakan semuanya. Di atas bumi yang berputar pada porosnya dan berputar mengelilingi matahari, Mentari mera...