Sudah hampir satu jam Bintang terdiam di kamarnya. Wajar memang, tapi masalahnya yang ia lakukan hanyalah memandangi surat merah muda dari Mentari.
Pada akhirnya, cowok itu memutuskan untuk membacanya. Perlahan tapi pasti membuka surat itu. Membaca dalam hati supaya bisa dihayati. Eaak:v
Dear, Bintang
Izinkan aku untuk menceritakan semuanya. Ini adalah kisah seorang gadis biasa saja bertemu dengan seorang badboy luar biasa. Bukan hanya bertemu, bahkan si gadis jatuh cinta.
Badboy cap kakap itu mampu membuat jantungnya berdegup kencang. Membuat pipinya merona merah. Tapi gadis itu terlalu lugu bagi badboy sepertinya.
Hingga pada akhirnya, entah apa masalahnya sang badboy menjauhinya. Dengan tatapan tajamnya yang menusuk dan nada bicaranya yang terlampau dingin.
Aku si gadis biasa saja mencintaimu, badboy luar biasa milik sekolah dan milikku.
Tertanda
Mentari.Bintang menghayati tiap-tiap kata yang dirangkai menjadi sebuah kalimat. Surat dengan isi yang rada susah dipahaminya. Tapi, maksud dari surat itu Bintang mengerti.
Kedua ujung bibirnya terangkat, meletakkan surat merah muda tepat di bagian hatinya. Merasakan indahnya mencintai dan dicintai.
Karena pada dasarnya cinta itu give and give. Jika cinta hanya menyakitkan, percayalah itu artinya kita salah memilih pasangan.
Cowok itu bangkit dengan terburu-buru, saat ini ia harus segera menemui sang pengirim surat. Dengan kecepatan seribu langkah, Bintang keluar rumahnya dan melajukan motornya.
Tak sia-sia ia mengendarai dengan kecepatan di atas rata-rata. Mentari masih terdiam diri duduk di tepi danau. Atau ini memang telah direncanakan Tuhan? Jika begitu Bintang sangat bersyukur.
"Mentari," sapa Bintang terdengar seperti lirihan seraya menjatuhkan bokongnya tepat di sebelah gadis itu.
Mentari terdiam sejenak lalu menoleh ke sumber suara. Apa ini Bintang? Atau hanya ilusinya saja? Satu alisnya terangkat, tidak mampu berbicara untuk saat ini entah kenapa.
"Makasih," hanya itu kata yang terlontar secara tak sengaja oleh mulut Mentari.
"Buat?" tanya Bintang heran.
"Makasih udah buat hati saya hancur karena cinta," jawab Mentari, dengan intonasi datarnya.
Bintang bungkam. Ya, memamg wajar jika Mentari mengucapkan kata-kata itu untuknya. Bintang telah membuktikan bahwa cinta tak selamanya bahagia.
Dengan tiba-tiba, Mentari bangkit. Menepuk sebentar celana joger levis yang dikenakannya lalu melenggang pergi. Menyisakan Bintang yang belum sempat menyampaikan isi hatinya.
"Izinin gue bu-" belum sempat Bintang melanjutkan teriakannya, gadis itu segera menjawab.
"Jawabnya pakai surat," setelah itu lalu benar-benar berjalan menuju jalan raya.
Bintang menggangguk walau tahu Mentari tak melihatnya. Ia tahu, surat punya makna tersendiri dalam menyampaikan sesuatu. Terutama untuk orang yang spesial, seperti Aura Mentari Senja.
Bintang tak punya waktu lama, secepatnya ia harus membalas surat merah muda itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love with badboy [Completed]
Teen Fiction'Tentang rasa yang tak kunjung mereda' "Gue suka sama lo, lo bisa apa?" -Bintang Pramudya Jaya. Disini, di bawah langit Jakarta, Mentari menceritakan semuanya. Di atas bumi yang berputar pada porosnya dan berputar mengelilingi matahari, Mentari mera...