Malam ini Mentari tidak akan menjalani kegitan rutinnya yaitu pergi ke danau. Mengingat bahwa ayahnya sedang berada di rumah. Pasti Mentari diperlakukan bak putri kerajaan, tidak seperti biasanya yang bak pembantu.
Gadis berbalut piyama tidur itu terus memandangi taburan bintang di langit luas. Teringat sosok Bintang yang sesungguhnya.
Angin malam terus membelai rambutnya seolah mengajaknya bermain. Sepi, bahkan sangat sepi.
Di ujung yang jauh dari penglihatannya, ia bisa melihat lampu-lampu jalan yang bersinar. Tapi tetap saja sinar bintang jauh lebih indah, menurutnya.
"Hai bintang!" sapa Mentari pada bintang-bintang yang menghiasi langit malam.
"Mentari mau curhat," ucapnya melanjutkan. Jeda, pandangan gadis itu mengikuti sebuah pesawat yang yang terbang bebas.
Tak lama ia tersenyum haru mengingat dulu saat masih ada almarhumah ibunya ia sering berteriak 'pesawat minta duit!' ketika pesawat melewati atas kepalanya.
Tesh
Setetes kristal bening dari ujung kelopak mata kanannya jatuh bebas. Teringat sosok kasih sayangnya. Sosok yang melahirkan dan membesarkannya sampai berumur 14 tahun lamanya.
Mentari menggelengkan kepalanya berusaha melupakan memori masa lalunya yang seperti kaset yang diputar kembali. Bukan karena dirinya tak peduli lagi, tapi karena mengingat kenangan sungguh menyakitkan.
"Hmm, Mentari cengeng banget ya bintang? Heheh," monolog Mentari seraya menghapus air matanya yang masih mengalir di pipi.
Drrtt
Ponsel di saku piyamanya bergetar. Segera gadis itu cek siapa yang menchatingnya malam-malam begini. Ternyata adalah Bintang.
Bintang :
P
Lo g ke danau?Mentari :
G, kan ad bpk wBintang :
Yah w sndr song_-
*dongMentari :
Ditmnn sm kntlnakBintang :
WkwkMentari tersenyum simpul lalu memasukkan kembali ponselnya. Jam yang menghiasi layar ponselnya sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Bagi anak Jakarta ini disebut 'masih sore' namanya juga hidup di kota besar.
Drrtt
Ponselnya kembali bergetar.
Bintang :
G bs kluar?Mentari :
Knp emng?Bintang :
W diluarGadis itu memutuskan untuk ke bawah, mengintip dibalik gorden memastikan adakah Bintang? Langkahnya pelan nyaris tak terdengar. Jantungnya berdebar saat melihat Bintang tengah duduk santai di atas motornya.
Ceklek
Tangan kanannya membuka pintu dan keluar. Segera disambut lekukan bulan sabit oleh Bintang.
"Ngapain sih malem-malem ke sini?" tanya Mentari.
"Kangen," jawab Bintang sekenanya.
Baper, satu kata singkat yang mewakili Mentari saat ini. Sebenarnya Bintang ini serius atau main-main sih? Mentari baper jika tidak ada yang tanggungjawab kan kasihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love with badboy [Completed]
Ficção Adolescente'Tentang rasa yang tak kunjung mereda' "Gue suka sama lo, lo bisa apa?" -Bintang Pramudya Jaya. Disini, di bawah langit Jakarta, Mentari menceritakan semuanya. Di atas bumi yang berputar pada porosnya dan berputar mengelilingi matahari, Mentari mera...