Matahari sudah tak malu-malu lagi menampakkan dirinya di ufuk timur. Sementara seorang laki-laki yang tidur di pangkuan ibunya belum juga sadar dari alam bawah sadarnya.
Menjalani mimpinya yang mungkin lebih indah dari kenyataan.
Ibu Bintang terus menatap putranya yang sangat mirip dengan almarhum suaminya. Mengelus-elus rambut Bintang supaya anak itu terbangun.
"Bintang, bangun, Nak," ucap ibu Bintang.
Bintang menguap seraya merenggangkan kedua tangannya. Mengusap wajahnya secara kasar dalam keadaan setengah sadar.
"Kok ada mamah?" heran Bintang seraya bangkit dan terduduk di sofa.
Ibu Bintang hanya menggeleng karena Bintang yang pelupa padahal masih di bawah umur. KTP pun belum punya.
"Jam berapa sih? Bintang ngantuk. Hari apa sih? Bintang gak mau sekolah," tanya Bintang dengan sekenanya.
Lagi dan lagi ibu Bintang dibuat menggeleng seraya menjawab, "Jam enam lewat lima belas, Bintang. Hari Kamis, Bintang."
Bintang bangkit dan berjalan ke arah toilet. Melaksanakan ritual yang rutin dilaksanakan setiap pagi dan sore. Hanya butuh waktu 15 menit Bintang sudah rapi menggunakan seragam sekolah.
Laki-laki itu berjalan menghampiri ibunya dan salim. "Bintang berangkat, Mah," pamitnya.
"Iya hati-hati, Nak," sahut ibu Bintang lalu menghantar putranya keluar rumah.
Ibu Bintang terdiam sejenak, mencoba manyadari kesalahannya selama ini. Tak mengurus dan memperhatikan Bintang semenjak menikah untuk yang kedua kalinya.
Bintang menaiki motornya dan segera melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Mengarahkan motornya menuju rumah Mentari.
Tak butuh waktu lama, motor Bintang sudah berada di depan rumah sang pacar. Tanpa harus mengetuk pintu, Mentari sudah keluar terlebih dahulu. Menyambut Bintang dengan senyuman hangatnya.
Di kala Bintang ingin membalas senyum Mentari, pandangannya teralihkan begitu melihat Queen muncul dari balik pintu.
Sejenak lihatlah Queen, memakai seragam yang sama dengan Mentari dan Bintang. Jangan-jangan...
"Hai Bintangku!" sapa Queen histeris seraya menghampiri Bintang yang bertengger di motornya.
Bintang hanya diam, seolah tak percaya bahwa baru saja ia terbebas dari Cindy, sekarang digantikan oleh Queen.
"Sekarang kita satu sekolah loh, yeayyy!" beritahu Queen seraya bertepuk tangan diakhir kalimatnya.
Di lain sisi Mentari pun hanya diam seperti Bintang. Dirinya memang tidak terkejut, mengingat Queen yang memaksa Witama untuk mengijinkannya pindah sekolah saat tepat di hadapannya kala itu.
Semoga aja nih anak kelas sepuluh atau enggak kelas dua belas, harap Bintang yang tak akan terkabul karena nyatanya Queen sebaya dengannya, kelas sebelas.
"Gue bareng lo ya? Please," mohon Queen seraya memasang pupy eyesnya.
Bintang tak semudah itu luruh. Laki-laki itu menggeleng lalu berteriak, "Mentari, yuk!" seraya mengalihkan pandangannya ke Mentari.
Mentari mengangguk dan berjalan menghampiri. "Gue bareng papah aja deh biar adil," putus Mentari supaya Queen tak memarahinya.
"Tuh kan Mentarinya gak mau. Gue aja ya yang bareng lo," ucap Queen.
Bintang tak percaya Mentari sebegitu takutnya kepada saudara tirinya.
"Gue maunya sama Mentari, lo bisa apa?" tanya Bintang seraya menarik paksa tangan kanan Mentari untuk naik ke jok motornya.
Mentari tak bisa menolak lantas naik ke motor Bintang. Menciptakan gejolak amarah di hati Queen yang membara.
Dengan terpaksa Queen berbalik dengan kesal. Memasuki rumahnya untuk meminta Witama agar mengantarnya ke sekolah.
"Mentari, jam berapa sih?" tanya Bintang ditengah-tengah berkendaranya.
Mentari melihat jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya lalu menjawab, "Jam tujuh kurang 15 menit."
Bintang mengangguk dan membelokkan motornya menuju kembali ke rumahnya. Membuat Mentari heran, tapi hanya bungkam.
Sesampai di rumah Bintang, tanpa harus disuruh Mentari turun. Jujur dirinya sendiri bingung karena sebelumnya Bintang tak pernah mengajaknya berkunjung ke sini.
"Yuk!" ajak Bintang lalu melangkah memasuki rumahnya. Langkahnya terhenti saat menyadari Mentari tak mengikutinya.
Mentari tak menuruti perintah Bintang karena takut.
"Ikut gue ayo! Ketemu calon mertua," jelas Bintang.
Kini Mentari menaikkan sebelah alisnya, lagi dan lagi dibuat bingung. Tapi sedetik kemudian gadis itu mengikuti Bintang untuk masuk.
"Mah, Mamah!" teriak Bintang.
Tak berselang lama ibu Bintang muncul dari dapur dengan spatula yang masih berada dalam genggamannya.
"Bintang, kenapa balik lagi? Ada yang ketinggalan? Atau kamu sakit? Terus ini siapa, Nak?" sambut ibu Bintang dengan beribu pertanyaannya.
Bintang menghela nafas dan menjawab satu demi satu, "Mau kenalin mamah sama calon menantu. Gak ada yang ketinggalan. Gak sakit. Ini Mentari calon menantu, Mah."
Mentari tersenyum kikuk dan menyalami tangan ibu Bintang. Rasanya Mentari sedikit aneh dan senang.
Mentari gelisah saat melihat jam yang bertengger manis di dinding menunjukkan tepat pukul 07.00 WIB. Saat ini bel masuk mungkin sedang berdering kencang memekakkan telinga.
"Tenang aja, kalau dihukum pasti bareng-bareng kok," ucap Bintang.
Mentari hanya mengangguk samar. Dilanda rasa canggung bertemu calon mertua.
"Yaudah deh, Bintang sama Mentari berangkat," putus Bintang lalu berbalik dan melenggang keluar. Mungkin saja lupa tidak salim.
Menyisakan Mentari dan ibu Bintang. Mentari berdehem dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Gue harus ngomong apa ini? batin Mentari bingung.
Hening.
"Kamu pacarnya Bintang?" tanya ibu Bintang memecah keheningan.
"I-iya tante," jawab Mentari sedikit terbata.
Ibu Bintang tersenyum dan berucap dengan lembut, "Jaga Bintang ya, tuntun dia supaya berubah." Seraya mengelus sekilas puncuk kepala Mentari. "Kamu cantik," lanjutnya.
Mentari membalas senyuman itu dan menjawab dengan lebih rileks, "Iya, makasih tante." Seraya menyalami tangan ibu Bintang. Lalu melenggang keluar.
Bintang sedang bertengger manis di atas motornya seketika mulai menyalakan motornya saat melihat Mentari.
"Ngapain aja? Ngomongin tanggal nikah? Canda:v" lawak Bintang.
"Mamah lo baik ya, dia bilang gue cantik dong," beritahu Mentari seraya naik ke motor Bintang.
Bintang tersenyum dibalik helmnya, mengingat dua orang yang disayanginya saling mengenal.
Gue gak bakal bikin nangis kalian, janji Bintang dalam hati. Kita pegang janji seorang Bintang Pramudya Jaya.
-Love with badboy-
Next?
Jakarta,
13-06-18
MalamMinal adzin wal faidzin
Mohon maaf lahir dan batinAku minta maaf sama kalian apa pun kesalahan aku selama ini.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriyah bagi yang menjalankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love with badboy [Completed]
Roman pour Adolescents'Tentang rasa yang tak kunjung mereda' "Gue suka sama lo, lo bisa apa?" -Bintang Pramudya Jaya. Disini, di bawah langit Jakarta, Mentari menceritakan semuanya. Di atas bumi yang berputar pada porosnya dan berputar mengelilingi matahari, Mentari mera...