8. Hari pertama

5.7K 419 44
                                    

Suasana kantin yang ramai dan penuh sesak membuat Mentari semakin pusing. Kebisingan senior yang membuat ulah selalu saja membuatnya kesal.

Pandangan Mentari jatuh begitu melihat Bintang bergabung dengan gerombolan tersebut. Sedikit tak menyangka bahwa Bintang ternyata senakal itu.

Bintang menoleh dan tatapan mereka bertemu. Cukup lama sampai dihentikan oleh Nathan yang mendaratkan telapak tangannya di bahu Bintang.

"Weh Bintang, ngeliatin siapa sih lo? Gebetan baru?" tanya Nathan tanpa dosanya ceplas-ceplos.

"Kepo ae lo," cibir Bintang.

Nathan berdiri dan berteriak kencang layaknya memakai toa masjid, "WEH ITU ANAK PASKIB! DICARIIN BULAN EH BINTANG!"

Sontak semua pandangan yang berada di kantin mengarah pada Mentari sebagai anak Paskibra yang dimaksud.

Gadis itu menundukkan kepalanya malu dan menyumpah-serapahi sahabat Bintang yang satu itu.

Bintang menyambut Nathan yang baru saja menjatuhkan bokongnya ke bangku dengan sebuah teloyoran.

"Aduh, lo mah gitu kalau mau neloyor bilang dulu dong biar gue siap-siap," umpat Nathan.

Terkadang Bintang berpikir, kenapa dia bisa berteman bahkan layak dikatakan bersahabat dengan Nathan?

"Nathan, gue tau lo gak pinter. Tapi apa separah itukah?" tanya Bintang.

"Mana saya tau, kan saya gak tau," jawab Nathan seraya mengambil alih makanan ringan yang sedang dimakan salah satu senior bertubuh gemuk.

"Apaan sih lo, Nathan?!" sewot senior itu tak terima.

"Kak Rizki udah gendut, ngeri takutnya obesitas," jawab Nathan sekenanya.

Gelak tawa menghiasi gerombolan itu. Menjadi pusat perhatian para siswi. Lontaran canda yang keluar spontan dari mulut Nathan cukup membuat Bintang bersyukur memiliki sahabat sepertinya.

"Weh guys, gue cabut bentar," pamit Bintang seraya bangkit lalu melenggang pergi ke salah satu meja kantin.

Meja kantin yang dimaksud adalah meja yang sedang ditaruh beban sepiring batagor milik Mentari.

"Ngapain ke sini? Nanti gue jadi pusat perhatian lagi," rengek Mentari yang secara tidak langsung menyuruh Bintang pergi kembali ke gerombolan itu.

"Inget sekarang hari pertama, masih ada dua hari lagi," bisik Bintang tepat di telinga kanan Mentari.

Membuat seluruh aliran darah seakan mengumpul menjadi satu di kedua pipinya.

Kringggg

Bel tanda istirahat telah usai. Membuat siswa-siswi diuji kecepatannya dalam memakan makanan. Batagor milik Mentari masih tersisa membuat Bintang menoleh sekilas dan meraih piring itu.

"Mau disuapin?" tanya Bintang seraya menyodorkan sesendok batagor yang dibaluri bumbu kacang dan kecap.

Mentari spontan menggelang dan menjawab, "Enggak lah, gila ya lo yang ada gue dijadiin perkedel sama fans-fans lo itu."

Bintang terkekeh dan memasukkan sendok itu kemulutnya sendiri. Berbalik seraya mengunyah batagor.

Howalah, ternyata Kak Bintang suka batagor
Besok gue rela buatin senampan deh
Alis sama matanya bikin gue meleleh
Sumpah gue butuh oksigen tambahan

Begitulah celotehan berlebihan segerombolan kecil siswi kelas sepuluh yang dilewati Bintang.
Bintang centil, dengan mengedipkan sebelah matanya yang pasti membuat para siswi itu kejang-kejang.

Mentari segera berjalan untuk ke kelasnya. Mengingat akan dimulai dengan pelajaran sejarah oleh Bu Widya.

Bintang dan kawan-kawannya pun melakukan hal yang sama. Dengan Nathan yang nyerocos meminta pajak jadian.

"Bintang, lo mah gitu. Jadi orang pelitnya Naudzubillah. Amit-amit jabang bayi," ucap Nathan seraya mengusap-usap perut Kak Rizki yang tepat berada di sampingnya.

"Eh lo kira gue bakal bunting apa?!" sewot Kak Rizki lalu meneloyor kepala Nathan dengan sadis.

Tawa Bintang dan yang lainnya lagi-lagi pecah. Setelah puas tertawa sepanjang koridor Bintang berucap, "Bukan pelit Nathanku, tapi gue belum jadian."

Nathan berhenti tepat di ambang pintu kelas. Diikuti Bintang yang menunggu tanggapan dari Nathan.

"APA?! BELUM JADIAN? DIANYA GAK MAU SAMA LO?" teriak Nathan dengan volume suaranya yang khas. Memekakkan gendang telinga.

"Ayolah Nathan buluk, bacotmu dijaga," sahut Bintang sudah termasuk sabar.

Nathan terkekeh dan mengacungkan dua jarinya di udara. Tanda damai. Sementara Bintang mendengus kesal dan masuk ke kelas.

Dengan gayanya yang sudah seperti ibu kost-kostan, Siska selaku bendahara berdiri di tengah-tengah kelas. Membawa sebuah buku bertuliskan 'kas' disampulnya.

"BAYAR KAS WOY!"

"Aduh, gue kebelet," pamit Bintang seraya bangkit dan mendapat pelototan tajam dari Siska seolah menyuruh Bintang tetap di tempatnya.

Bintang pasrah menunggu namanya dipanggil dan ditahih uang kasnya yang bolong.

"Aldi Saputra bolong dua," beritahu Siska seraya menoleh sekilas ke arah Aldi. Sekilas memang, tapi tajam.

"Alfarizi bolong satu," lanjut Siska.

"BINTANG PRAMUDYA JAYA BOLONG SEPULUH!" teriak Siska. Tidak seperti sebelumnya yang normal volumenya.

Hening.

"Aduh, duit gue ketingalan di Mang Daud," elak Bintang seraya melirik isi saku seragamnya.

"Bintang, ada yang nyariin di luar," beritahu Riko sang ketua kelas yang kebetulan bebas dari tagihan jadi diperbolehkan jalan-jalan oleh Siska.

Bintang menghela nafasnya lega dan melenggang keluar kelas untuk menemui siapa yang mencarinya.

"Ada apa?" tanya Bintang kepada seorang siswi dengan sebuah tempat makan di tangan kanannya.

"Hmm, ini anu itu. Buat kakak," jawab siswi itu menyerahkan tempat makannya lalu menundukkan kepalanya.

Bintang tertawa renyah dan menerima. "Lain kali biasa aja kali, gue gak gigit kok," nasihatnya. Lalu Bintang kembali masuk membawa sesuatu yang ia yakini makanan.

"Siska, imut, manis, cantik, baik hati, dan tidak sombong. Nunggak lagi ya, nih gue kasih sesuatu. Taraaaa!" goda Bintang seraya membuka tempat makan itu tepat di wajah Siska.

Siska yang mudah tergiur melihat makanan manis langsung terbinar-binar.

Bintang tersenyum puas dan kembali keluar kelas. Berjalan melewati satu kelas untuk sampai di kelas Mentari.

Rupanya kelas Mentari sedang KBM. Dengan nekatnya, Bintang mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Lalu masuk dan menyalami Bu Widya dengan sopan.

"Mau apa kamu? Bikin ulah apa lagi?!" sambut Bu Widya.

"Mau ketemu calon pacar saya, Bu," jawab Bintang sekenanya seraya melirik Mentari.

Perasaan Mentari bercampur aduk saat ini. Rasanya ingin sekali mencuci otak Bintang.

Bintang mengedipkan sebelah matanya lalu berjalan keluar kelas tanpa dosa.

Andai Mentari punya kekuatan untuk menghilang, saat ini juga Mentari ingin menghilang dari muka bumi.

Gue baper sih, tapi dia kok bego baget ya, batin Mentari.

-Love with badboy-
Next?
Jakarta,
02-06-18
Malam

Hai mksh yg msh mau ikutin lnjtn crt ini. Smg kalian suka biar vommentnya ditinggal.

Oh iy, nekat gk sih crt ini ikutan Wattys2018? Wkwk:v
Doain y smg menang. Aamiin.


Love with badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang