Kupu-kupu seakan berterbangan mengisi perut seorang laki-laki yang tengah berkutat pada tugasnya. Seisi kelas menatapnya dengan tatapan aneh, tapi sama sekali tak dihiraukan.
Setelah usai menjalani hukuman skorsnya selama tiga hari, seketika penampilan dan sikapnya berubah 180 derajat menjadi jauh lebih baik.
Bukan anak urakan yang dulu membuat gaya baju sendiri yaitu dikeluarkan dengan satu kancing atas yang terbuka. Juga bukan laki-laki dengan rambut acak-acakan layaknya kucing kecebur got. Dan juga bukan anak pemalas yang setiap hari tidur di kelas.
Detik ini seakan mematuhi semua peraturan yang ada. Sampai di sekolah 15 menit sebelum bel berbunyi. Menyalami tiap guru yang berpapasan. Dengan senyuman sopan yang dipamerkan.
Riko sang ketua kelas yang takut terjadi apa-apa dengan anak buahnya, langsung bergerak menuju TKP. Mengangkat tangan kanannya lalu menempelkan ke dahi Bintang. Menggeleng ke arah yang lain seolah tak apa-apa.
"Bintang,"
Bintang hanya berdehem sama sekali tak menoleh. Saat ini yang terpenting adalah mengerjakan tugas dari Bu Widya walaupun perintahnya dikerjakan di rumah. Setidaknya dirinya ada usaha.
"Sakit?"
Bintang menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan dari orang yang sama. Lalu disusul helaan nafas lega karena sudah selesai. Tinggal menunggu Bu Widya mengkoreksi kesalahannya nanti.
"Lo semua pada kenapa sih?" tanya Bintang heran sendiri ditatap seperti itu oleh teman-temannya.
Merasa tenggorokannya haus, cowok itu mengeluarkan botol plastik berisi susu coklat yang dibekali oleh ibunya tadi pagi.
Satu kata yang mewakili yang lain adalah shock. Bagaimana tidak, seorang badboy membawa bekal minuman ke sekolah, susu pula.
"Napa lo, mau?" tawar Bintang seraya menyodorkan botol berwarna transparan itu kepada Riko yang berada di hadapannya.
"GUYS DIA KESURUPAN!"
"PANGGIL DUKUN CEPET!"
"GOODBOY NIH YANG NEMPEL!"
"LAPOR DULU OGEB!"
Teriakan heboh itu bersumber dari siswi-siswi yang panik. Tanpa dosanya menuduh Bintang kesurupan makhluk halus penunggu sekolah.
Lagi dan lagi Bintang dibuat heran. Lantas cowok itu memutuskan untuk keluar dan berdiri di balkon.
Riko tanpa ba bi bu lagi, memeluk Bintang dari belakang. Lalu yang lain segera membantu, satu di antaranya membawa air mineral milik salah satu siswi.
Air itu diambil alih oleh siswa lainnya degan mulutnya yang komat-kamit. Lalu meneguk dan.....
Byurrrr
Disembur tepat ke hadapan wajah Bintang. Baru saja Bintang ingin menumpahkan semua amarahnya, lagi dan lagi ia hanya bisa diam saat Riko menaruh telapak tangan kanan di atas kepalanya.
"SAHA ETA?!"
(Siapa Kamu?!)Dengan logat Sundanya yang kental. Berasa menjadi orang pintar yang berusaha mengeluarkan makhluk astral dari tubuh temannya.
Cukup,
"Gue rasa lo pada butuh asupan gizi yang seimbang. Dengan menerapkan pola hidup sehat dan makan 4 sehat 5 sempurna. Tidak lupa pula olahraga yang teratur dan tidak bergadang. Hindari kontak mata dengan mantan." nasihat Bintang panjang lebar.
Merasa puas melihat respon cengo teman-teman sekelasnya, cowok itu melenggang keluar. Sesuai niat awalnya, berdiri menunggu bel masuk di balkon. Semilir angin pagi menyambutnya.
Cowok itu tersenyum simpul, ternyata menjadi anak baik-baik tak seburuk yang ia pikirkan. Walaupun dikira kerasukan, tapi biarlah. Toh siapa sih yang tidak kaget? Siapa? Para guru pun mungkin akan bertanya-tanya.
"Udah berubah?"
Suara tak asing masuk ke pendengarannya. Lantas cowok itu menoleh ke kanan dan mendapati Mentari sedang tersenyum manis ke arahnya.
"Seperti yang lo liat," jawab Bintang.
Mentari menganggukkan kepalanya. Lalu meneliti Bintang dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ada yang mengganjal, tidak ada dasi yang terpasang menghiasi seragam putih bersih itu.
"Dasinya mana?" tanya Mentari.
"Gak bisa buatnya," jawab Bintang seraya mengeluarkan dasi berwarna abu-abu dari saku celananya.
Mentari terkekeh lalu mengambil alih dasi tersebut. Mulai menyilangkan di lehernya. Tahap demi tahap ia lalui dan akhirnya selesai. Menyerahkan kembali ke sang pemilik.
"Makasih," ucap Bintang seraya memakai di lingkar lehernya, pas. Terlihat lebih tampan dan berwibawa.
Hening.
Keduanya bersamaan menoleh. Mulut mereka menganga karena ingin berucap sesuatu. Mentari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sementara Bintang menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal pula.
"Makasih," ucap Bintang mendahului.
"Buat?" tanya Mentari seraya mengangkat sebelah alisnya.
"Makasih buat semuanya, kamu merubah duniaku," jawab Bintang.
Mentari mendengar secara baik-baik, terutama kata 'Aku-kamu' saat Bintang berkomunikasi di hadapannya. Sedetik kemudian gadis itu mengangguk tertegun.
"Ngomongnya 'Aku-kamu' ya? Kan kita pacaran," ucap Bintang mendadak menjadi Dilan 2018 dengan segala keromantisannya.
Membuat Mentari (Milea) terbang sampai langit ketujuh."Terlalu pasaran, gimana kalau 'Saya-kamu' aja? Lebih enak aja gitu didenger, gak terlalu alay," kontra Mentari mengutarakan pendapatnya.
"Yaudah, saya sayang kamu," ucap Bintang seraya mengelus-elus puncak kepala gadisnya.
Kondisi Mentari saat ini tidak bisa dijelakan dengan kata-kata. Baper? Lebih dari itu. Butuh oksigen tambahan baginya. Mengingat Bintang sangat romantis pagi ini.
Kringgg
"Belajar ya, biar anak kita pinter. Turunan dari mamah sama papahnya," nasihat Bintang lalu sedetik kemudian berbalik dan memasuki kelasnya. Meninggalkan Mentari yang belum percaya cowok itu Bintang.
-Love with badboy-
Next?
Jakarta,
14-07-18
MalamDetik ini masih sama, semoga suka♡
Bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Love with badboy [Completed]
Fiksi Remaja'Tentang rasa yang tak kunjung mereda' "Gue suka sama lo, lo bisa apa?" -Bintang Pramudya Jaya. Disini, di bawah langit Jakarta, Mentari menceritakan semuanya. Di atas bumi yang berputar pada porosnya dan berputar mengelilingi matahari, Mentari mera...