Part 19 - Gara-gara bubur

23.7K 1K 4
                                    

Marah karena cemburu? Berhakkah aku melakukan itu? Mungkin aku yang terlalu berlebihan menanggapi sikap mu. Jadinya seperti ini.

****

Maida terbangun dari tidurnya. Hal yang ia lihat pertama kali yaitu melihat Nabil menatap Nasha yang tersenyum kikuk. Deheman Maida menyadarkan mereka.

"Eh Mai, kok bangun?" tanya Nasha.

Maida bangkit dan membenarkan tatanan rambutnya. "Aku ganggu gitu?" Maida balik tanya.

Nasha menggeleng. "Ini jam berapa? Pulang yuk, malu eh jam segini tampilan masih kayak gini." kata Maida.

Nasha sedikit melihat ke arah jam tangannya. Jarum jam itu menunjukkan pukul delapan.

"Kamu pulang aja dulu. Kan belum mandi juga, lagian disini ada Vino." perintah Nabil.

"Pulang?" Nasha mengangguk setuju. Maida segera lari ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

Vino datang dengan membawa dua kresek hitam. "Mau kemana Nas? " tanya Vino.

"Pulang." Jawab Nasha.

"Aku udah beliin sarapan. Makan dulu yah?" ujar Vino.

Maida datang dengan rambut di kuncir asal. "Ayo Nas!" seru Maida mengambil kunci mobil.

"Nanti dulu Mai, sarapan dulu." suruh Vino

"Udah siang. Malu aku masih dekil di tempat umum," kata Maida.

"Kalian cantik kok gitu juga, bener gak Bil?" kata Vino mendapat pendapat Nabil. Nabil yang diam terlihat bingung menjawab.

"Ini udah terlalu siang Nas," Maida merengek. Nasha tidak ada pilihan lain selain mengikuti Maida.

Mereka keluar rumah sakit dengan mendunduk layaknya idol kpop takut paparazzi. Melihat tingkah Maida dan Nasha beberapa orang memandang aneh.


Selama ini hubungan Nasha dan Nabil berjalan baik layaknya yang tertera di kertas. Kondisi Nabil juga sudah membaik. Hari ini Nabil di perboleh 'kan pulang setelah beberapa hari ini di rawat inap.

Nasha juga sering menjenguk Nabil. Membawakannya makanan dari rumah. Nabil tidak suka masakan rumah sakit. Nasha juga sering membawakan bubur. Lalu kemana bubur itu larinya? Karena Nabil pulangnya nanti sore, sekarang Nasha datang menjenguk. Tidak lupa membawa bubur untuk sarapan.

Bukan tanpa alasan, Nabil selalu mengatakan bahwa bubur buatannya enak sekali. Kali ini Nasha menyimpan bubur itu di samping tempat tidur. Nasha pamit untuk menyelesaikan administrasi dan mampir ke apotek. Begitu sosok Nasha menghilang dari balik pintu. Nabil segera menjauhkan bubur itu, dia memandang tidak suka.

Sang pahlawan kesiangan datang, Vino. Vino baru akan menyapa tapi Nabil sudah menyuruhnya menjauhkan mangkuk bubur itu.

"Sampai segitunya sama makanan. Gak baik," Vino menatap haru pada mangkuk bubur itu.

"Lu makan atau buang!" seru Nabil. "Jijik gue, " Dan tepat saat itu Nasha ada dibalik pintu dan mendengarnya.

Hatinya sakit mendengar itu. Satu yang Nasha simpulkan, Nabil berbohong. Kemudian Nasha membuka pintu pelan. Dia bertindak seakan tidak terjadi apa-apa. Vino dan Nabil diam tak bergeming.

"Nasha." Vino tersenyum.

"Aku ketinggalan tas," Nasha berlalu begitu saja.

"Dia denger gak yah?" tanya Nabil ketika Nasha sudah benar-benar pergi.

My Love is on PaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang