Lupakan kenangannya! Itu sulit, karena semua telah tersimpan rapi dalam file yang di beri nama 'masa lalu' yang sulit dalam melupakan adalah kenangannya, bukan orangnya.
***
Nabil mengusap wajahnya kasar, merasa gelisah. Berkali-kali dia bertanya akan apa mau-nya. Tapi, berkali-kali juga dia tidak menemukan jawaban. Bayangan akan masa lalu belakangan ini selalu menghampirinya. Sungguh bukan hal mudah melupakan seseorang yang banyak memberi warna di masa lalunya. Cindy, mengapa wanita itu muncul setelah sekian lamanya dia menghilang. Andai saja Nabil belum menikah, mungkin dia tidak akan se-gelisah ini.Andai saja.. Terus dia menggunakan dua kata itu untuk menenangkan hatinya.
Bagaimana Nasib pernikahannya dengan Nasha? Gadis yang setiap harinya selalu tersenyum, yang selalu mengganggu hari-harinya yang damai. Tidak mudah menyakiti hati gadis yang beberapa bulan kebelakang hidup bersamanya, menyandang status sebagai istri sah.
Ibu?.. Keluarganya?.. Juga bagaimana keluarga Nasha? Tidak dapat Nabil bohongi, dia juga merasa nyaman berada di samping istrinya itu.
Mentari mulai meninggi, tapi suhu udara cukup rendah membuat Nasha megeratkan outer yang dipakainya. Sesekali matanya memandang hal di depannya. Dia melihat orang berlalu lalang. Beberapa pasangan yang tampak manis seakan menyita perhatian Nasha.
Nasha memang berdiam diri di taman yang tidak jauh dari kedutaan Indonesia. Membuat Nasha sesekali melihat orang Indonesia yang tersenyum padanya.
"Annyeong hasimnika," ucap seseorang yang menghampiri Nasha, Ayesha.
Ayesha adalah teman Nasha yang tinggal di Korea. Iya, selain Maida Ayesha adalah temannya ketika sekolah. Melihat Ayesha dia adalah wanita mengagumkan, bagaimana caranya mewujudkan mimpi membuat kedua orang tuanya bangga. Ayesha kebetulan magang di kantor kedutaan. Hebat bukan?
Segera mereka saling berpelukan. Melepas rindu lama tak jumpa.
"Ih, jahat baru bilang sekarang ada disini," keluh Ayesha saat melepaskan pelukannya.
Nasha terkekeh, "Aku sibuk soalnya, kamu juga jahat.. Nikahan aku gak datang."
"Kan aku gak bisa pulang waktu itu. Oh iya, mana suaminya? Kenalin dong."
"Dia kerja say,"
Pertemuan Nasha dan Ayesha cukup lama. Hingga Nasha lupa waktu dan lupa akan janjinya bersama Maida dan Daehan. Nasha ke Korea, selain untuk menemani Maida juga untuk urusan pekerjaan. Wajar saja beberapa hari kebelakang ini baru hari ini dia bebas tugas.
Dilain tempat Maida di temani Daehan tengah berada di sebuah rumah bergaya modern minimalis dengan beberapa aksen yang menjadi pelengkap rumah ini. Ini adalah kediaman Daehan."Daehan-ssi?" panggil Maida.
"Nde?" jawabnya dengan gaya khas Korea. Maida terkekeh mendengarnya, ia menggeleng dan melihat ke arah jendela luar. Kebetulan mereka tengah berada di lantai dua.
Sementara Daehan tengah sibuk dengan kamera miliknya. Maida sibuk memandangi halaman depan rumah Daehan, tempatnya dahulu bermain disana.
Rasa sesak menyelimuti dadanya. Mengingat setiap kenangan berharga sewaktu ibunya masih disampingnya. Maida tersenyum getir melihat rumah yang jauh lebih besar dari milik Daehan. Itu adalah rumah ayahnya. Dia rindu sosok ayah yang dulu selalu hangat padanya.
Hubungan Maida dan ayahnya kurang baik. Maida menganggap ayahnya sudah tiada. Selama dia tinggal di Indonesia, hanya beberapa kali ayahnya datang mengunjungi. Bahkan ketika Maida masuk rumah sakit karena percobaan bunuh diri pun ayahnya tidak hadir. Dengan alasan pekerjaan. Padahal jika dilihat, kondisi keuangan keluarga Maida lebih dari cukup. Setiap bulan pun ayahnya selalu mengirim uang ke rekening Maida. Tapi, sepeser pun tidak Maida gunakan. Dia hidup dari jerih payahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is on Paper
Ficção GeralNasha yang terbiasa hidup bebas kesana kemari berkeliling Indonesia karena hobi jalan-jalannya ternyata diam-diam dijodohkan. Mengetahui hal itu jelas Nasha menolaknya toh dia belum tertarik dengan pernikahan, Nasha juga berpikir hal itu akan membat...