Part 42 - Bimbang

18.7K 864 32
                                    

Hati ini memang satu. Namun, kenapa serasa bercabang. Entah langkah mana yang harus ku pilih. Bimbang, bingung jadi satu.

***


Saat malam mulai menyapa. Sebuah suasana yang sangat Nasha sukai. Malam pekat, Nasha sibuk mengayun-ayunkan kakinya. Duduk di sebuah kursi sembari memotret sana sini. Nasha meringis kala botol minuman bersoda menempel di pipi kanannya.  Sang pelaku malah terkekeh, Rasya.

"Gimana kalo kamera aku jatoh? Mau gantiin? Ini dari Jepang, tau."

"Sombong sekali anda."

"Umur berapa sih? Masih bisa di suap es krim," nyinyir Rasya melihat Nasha yang langsung menyambar es krim itu.

Tapi, Nasha malah bersikap bodo amat. "Kenapa gak rasa vanila, sih."

"Makan, jangan banyak omong."

"Eh, si Mai sama Alan mana? Kok gak ikut kesini," kata Nasha disela-sela makan es krim.

"Tadi beli bastus dulu sama cilor, katanya," Nasha hanya ber-oh ria.

Hening tidak ada percakapan lagi. Nasha sibuk memakan es krim sementara Rasya sibuk memandang Nasha.

"Terus liat aku kayak gitu, matanya tak colok." Ternyata Nasha sedari tadi tahu bahwa Rasya memandangnya. Rasya tertawa.

"Yang galak gini kok bisa sold out duluan, yah. Heran, aslina."

Kala mereka sibuk berbincang, sambil sesekali bercanda. Rasya kala itu meminta di foto menggunakan kamera Nasha terperanjat saat netranya menangkap sosok Nabil.

"Sok candid, gila," ungkap Nasha yang belum sadar kehadiran Nabil.

Kala Nasha merasa heran akan tatapan Rasya yang menatap ke arah belakang mengikuti tatapan itu.

"Lagi ngapain?" kata Nabil dingin.

"Hay, bro. Apa kabar?" sapa Rasya. Bukannya menanggapi Nabil malah menatap Nasha meminta penjelasan.

"Gak usah takut, Bil. Gak bakalan gue culik, gak bakalan gue ambil.. Kecuali lu sia-siain."

"Ayo pulang. Enggak baik berduaan dengan yang bukan muhrim," mata Nabil sedikit mendelik ke arah Rasya.

"Aku gak berduaan, Ta. Tadi sama Maida sama Alan. Cuman Rasya dateng bawain es krim."

"Udah ayo pulang," seakan tidak peduli dengan ucapan Nasha.

Rasya baru akan berkata, tapi dengan sigap Nasha memberi isyarat agar tetap diam.

"Ca. Duluan yah, bilangin ke anak-anak."


Nabil membuka pintu mobil dan menyuruh Nasha masuk. Namun sebelum itu Nasha menepiskan tangan Nabil.

"Sakit." Bukan Nasha namanya jika drama mode on. Suaranya tegas.

"Kenapa sih? Gak usah gitu juga kan bisa."

"Kamu yang kenapa? Kamu itu istri saya, ngapain berduaan sama yang dia. Kamu bilang pergi sama Mai. Tapi, apa kenyataannya."

Nabil bergeming dan mulai menyalakan mesin mobilnya.

"Astagfirullah. Aku kesini selain buat nongkrong kita ada kerjaan. Nah, aku gak cuman berdua sama Caca. Maida dan Alan jajan. Anak-anak yang lain lagi di mushola."

"Iya, tapi kamu akhirnya berdua sama dia." Nasha menghembuskan nafas kesal.

"Kamu tadi ngasih izin."

My Love is on PaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang