Terkadang ketika aku mengatakan "Aku baik-baik saja" Aku menginginkan seseorang menyadari dan melihat di mataku, lalu memelukku dengan erat dan mengatakan "Kamu tidak baik-baik saja").-Anonymous-
•••
Seperti harapan yang selalu aku adukan pada Tuhan. Tanpa perlu mengatakannya. Aku harap dia akan baik-baik saja. Tulis Rasya di instagramnya, sebagai caption dari foto yang ia unggah. Sebuah foto dirinya bersama Nasha yang memegang lampion bersama. Sungguh bukan pilihan Rasya ingin menjauh dari Nasha. Tapi bagaimana lagi hatinya sering terasa sakit mengetahui kenyataan bahwa Nasha sudah menjadi milik orang lain. Mungkin dengan kepergiannya akan sedikit mengobati luka hatinya.
Allah cemburu karena setiap hari doa yang selalu di panjatkan agar Nasha menjadi pendampingnya. Kini kenyataannya jauh dari harapannya.
Melihat tawa lepas Nasha Rasya tidak tega menceritakan hal yang tadi ia lihat. Kini Rasya sedikit banyaknya mengetahui pernikahan seperti apa yang di lalui Nabil dan Nasha. Rasya mengenal orang seperti apa Nasha. Nasha adalah tipe yang tidak suka menunjukan bahkan menjelaskan hal yang ia rasakan dan yang sedang dialaminya. Baginya tawa dan tangisnya cukup ia yang tahu.
Nasha menikmati malam ini tanpa ia ketahui Nabil berada tidak jauh darinya. Nasha, Maida, Arsalan dan Rasya berjalan menuju hotel. Kamarnya masing-masing sambil tertawa bersama di sepanjang jalan.
"Nabil?" lirih Nasha.
Sontak tiga sahabatnya itu memalingkan wajah mengikuti pandangan Nasha. Nabil pun yang menyadarinya terkejut karena melihat istrinya berada disini.
"Siapa tuh?" serentak Arsalan dan Maida bertanya-tanya sosok wanita yang bersama Nabil.
Rasya refleks menggenggam tangan Nasha bermaksud menguatkannya. Sebelum Nabil menjawab Rasya sudah membawa Nasha kembali ke luar. Dia tidak ingin Nasha terluka meskipun sebetulnya ia tak tahu siapa wanita yang bersama Nabil, pikirannya langsung buruk.
"Siapa ini Bil?" tanya Maida sinis. Memandang dari atas sampai bawah tidak suka.
"Kenalkan saya Indah, saya adalah juniornya kapten Nabil," jelas indah.
Entah ada angin apa Nabil memilih pergi mencari Nasha. Dia berlari mencari sosok yang di carinya. Nasha pergi dengan kesalah pahaman. Indah adalah kawannya, mereka memang berkawan dekat. Melihat tangan Nasha yang di genggam membuat hati dan pikiran Nabil tidak suka.
"Kamu baik-baik aja kan Nas?" tanya Rasya melihat Nasha yang masih terdiam.
"Aku baik-baik saja, " jawab Nasha tanpa memandang wajah Rasya.
Untuk kali ini biarkan saja dia lancang atau apa pun sebutannya. Hatinya terluka melihat Nasha seperti ini. Nasha berpikir atas ucapan Maida bahwa dirinya adalah calon janda. Tanpa di duga Rasya memeluk Nasha. Ketika itu pula bulir bening jatuh membasahi pipi Nasha.
"Aku tahu kamu tidak baik-baik saja," ucap Rasya pelan. "Jangan pura-pura kuat di depan ku. Menangis lah jika kamu ingin. Tidak usah dipaksakan untuk tersenyum, " lanjut Rasya.
Nabil memperhatikan keduanya, ia mengepalkan tangannya. Menahan amarah yang ada padanya.
Hari terus berganti semenjak kejadian itu Nabil memilih tidak berbicara lagi pada Nasha. Entah apa alasannya bukan kah ia tidak cinta. Tapi kenapa tidak suka melihat Nasha bersama pria lain.
Kini Nasha mengantar Rasya ke bandara bersama Maida dan Arsalan. Dua rekan yang setia menemaninya.
"Aku harap kamu gak betah disana. Biar cepet pulang ke Indonesia," ujar Nasha memperlihatkan deretan giginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is on Paper
General FictionNasha yang terbiasa hidup bebas kesana kemari berkeliling Indonesia karena hobi jalan-jalannya ternyata diam-diam dijodohkan. Mengetahui hal itu jelas Nasha menolaknya toh dia belum tertarik dengan pernikahan, Nasha juga berpikir hal itu akan membat...