“Sesungguhnya wanita sanggup menyembunyikan cinta selama empat puluh tahun, namun tidak sanggup menyembunyikan kebencian walau hanya sesaat.” - Ali bin Abi Thalib
°°°•••°°°
"Siapa sih cewek itu, Zid?" tanya Nasha penasaran. Nasha memperhatikan gerak-gerik wanita itu yang begitu akrab dengan Nabil.
Zidan menyunggingkan bibirnya. "Ooo.. Jadi kamu disini itu karena cemburu sama Nabila? Hmm,"
"Idih apaan sih. Cemburu? Enggaklah. Aku cuman penasaran dia kok bisa se-akrab itu sama Nabil," elak Nasha.
"Jujur aja lagi sama gue. Cewek itu gak bisa nyembunyiin cemburu meski sebentar,"
Zidan menjelaskan bahwa gadis cantik itu adalah Nabila. Mantan pacar Nabil di SMA, pacar pertamanya. Mereka menjalin hubungan cukup manis tapi entah alasan apa yang pastinya hubungan mereka tiba-tiba kandas di tengah jalan.
Nabila dan Nabil termasuk dua siswa yang cukup bersinar di sekolah. Nabil si tampan yang berkarisma dengan segudang kemampuan akademik-nya, seorang ketua osis yang menjadi idola. Sedang kan, Nabila adalah gadis ayu yang terkenal keanggunannya. Juga gadis yang aktif di berbagai kegiatan sekolah. Gadis pintar dan sering mondar-mandir olimpiade. Ketika mereka mempublikasi 'kan hubungan mereka ke publik. Banyak hati yang terluka. Dua idola di sekolahan resmi berpacaran.
Nasha begitu khusyuk mendengarkan cerita Zidan. Dia berpikir pantas saja mereka akrab. Kalau niat membandingkan dengan dirinya sendiri. Sudah pasti Nasha kalah.
"Hebatnya mereka itu udah putus tapi biasa aja gitu. Gak kayak yang lain suka jadi musuh," tutur Zidan menutup cerita.
Mereka tidak menyadari Nabil memperhatikan keduanya dari tadi. Ekor matanya tidak berhenti curi-curi pandang.
"Kamu mau bikin Nabil cemburu gak?" tanya Zidan tiba-tiba.
Nasha mengangkat kedua alisnya seakan bertanya, bagaimana caranya?
"Jadi istri aku aja, gimana? Dia pasti cemburu, dijamin," Zidan tertawa terbahak-bahak. Nasha reflek memukul lengan Zidan.
Nabil melihat Nasha akrab dengan sahabatnya sendiri. Dalam hatinya dia pun penasaran apa yang dibicarakan Zidan hingga membuat Nasha tertawa.
"Seriusan kalo kamu mau, Nas. Aku mah gak nolak. Biar dibikin ftv, istriku menikah dengan sahabat ku sendiri. Sadis 'kan?" Zidan tidak henti-henti tertawa.
Nabil yang mulai panas, menghampiri Zidan dan Nasha. "Dan, kamu bukannya kerja malah diem disini."
"Sorry, bos. Soalnya disini adem, apalagi ditemenin bidadari. Lagian saya 'kan bagian nanti," kara Zidan.
"Ada bidadari sendiri masa di anggurin, mending di apel-in," lanjut Zidan.
Acara demi acara terlewati, kini semua sedang bermain. Nasha yang sedang mencuci pinggiran sepatunya di keran samping bersama salah satu anak panti didatangi kehadiran Nabil.
Nabil melihat kaki sebelah Nasha yang menginjak rumput basah. Nabil pura-pura batuk sebagai pertanda dia ada di sampingnya. Nasha acuh, dia malah asyik menyikat sepatu. Anak panti itu yang mengikuti Nasha pun hanya melirik ke arah Nabil sekilas.
"Nabil," panggil Nabila dari jauh. "Sini bentar," titah Nabila.
Nasha bertingkah seakan hendak melempar sepatu ke arah Nabil yang berjalan menjauhinya. Cipratan air dari sepatu sukses melewati Nabil yang membuatnya membalikkan badan.
"Kakak kenapa sih sama si kakak itu?" tanya polos anak panti yang dari tadi setia di sampingnya.
"Enggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is on Paper
Fiksi UmumNasha yang terbiasa hidup bebas kesana kemari berkeliling Indonesia karena hobi jalan-jalannya ternyata diam-diam dijodohkan. Mengetahui hal itu jelas Nasha menolaknya toh dia belum tertarik dengan pernikahan, Nasha juga berpikir hal itu akan membat...